Postingan

Jangan Anggap Remeh Uang! Meski itu ‘Uang Dingin’ Sekalipun

Gambar
Beberapa waktu lalu penulis menerima pertanyaan sebagai berikut, ‘Pak Teguh bagaimana prospek saham A? Saya beli di harga 2,000, dan dia sekarang di 1,500, jadi posisinya nyangkut. Tapi saya belinya pakai uang dingin yang gak akan saya gunakan dalam waktu dekat, jadi gak masalah jika saya harus menunggu lama hingga saham A itu naik lagi, minimal balik ke harga modalnya.’ Setelah penulis pelajari, saham A itu ternyata salah satu saham yang banyak dipom-pom oleh para influencer sehingga harganya naik tinggi, tapi fundamentalnya sendiri nol besar, dan harga 1,500 – 2,000 itu juga termasuk overvalue , harga wajarnya hanya sekitar 700. ***   Ebook Market Planning  edisi April 2021 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, dan update strategi investasi bulanan sudah terbit! Anda bisa  memperolehnya disini . gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member. *** Tapi yang penulis garis bawahi disini adalah kalimat ‘Saya belinya pakai uang dingin, jadi gak apa-apa jika sa

Stimulus Ekonomi Amerika $1.9 trilyun, Begini Dampaknya ke Indonesia, Part 2

Gambar
Pada ulasan sebelumnya (kalau belum baca, maka baca dulu, karena tulisannya nyambung), kita sudah membahas tentang kondisi terbaru ekonomi dan pasar modal di Amerika Serikat (AS), terkait stimulus tahap ke-3 yang diluncurkan oleh Pemerintah pada bulan Maret 2021 ini, dan bagaimana perkiraan dampaknya terhadap ekonomi dan Wallstreet itu sendiri. Nah, pada tulisan kali ini kita akan membahas topik yang sama tapi fokusnya ke Indonesia, terkait bagaimana kondisi ekonomi nasional, kondisi pasar modal/IHSG, dan juga prospek kedepan. Okay kita langsung saja, dimulai dari kondisi ekonomi dulu. *** Jadwal Kelas Online/Webinar Value Investing, Sabtu 20 Maret 2021, pukul 09.00 WIB, dengan pemateri Teguh Hidayat. Untuk mendaftar maka bisa klik disini . *** Sebelum pandemi, ekonomi Indonesia juga berada dalam kondisi sangat baik: GDP melanjutkan trend pertumbuhannya dari $861 milyar di tahun 2015 hingga tembus $1,119 milyar di tahun 2019, inflasi stabil di 2.5 – 3%, dan pengangguran juga t

Stimulus Ekonomi Amerika $1.9 trilyun, Begini Dampaknya ke Indonesia

Gambar
Pada tanggal 14 Februari 2021, Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, menyerahkan proposal stimulus ekonomi ke Kongres untuk disetujui oleh Senate dan House of Representative (semacam MPR dan DPR kalau di Indonesia), senilai $1.9 trilyun, yang diberi nama American Rescue Plan Act of 2021. Stimulus ini pada intinya berupa bantuan bagi masyarakat menengah kebawah, dalam bentuk kompensasi kehilangan pekerjaan, bantuan tunai sebesar $1,400 untuk individu dengan kriteria tertentu, bantuan untuk membeli makanan dan kebutuhan pokok ( food stamp ), potongan pajak, bantuan usaha kecil, bantuan biaya pendidikan, dan seterusnya, sampai bantuan untuk bayar kos/kontrakan juga ada. Kemudian setelah melewati perdebatan sengit dan banyak revisi, pada tanggal 10 Maret, Kongres akhirnya menyetujui draft final Undang-Undang stimulus diatas, dan diperkirakan akan ditanda tangani oleh Presiden Biden pada tanggal 12 Maret 2021. *** Jadwal Kelas Online/Webinar Value Investing, Sabtu 20 Maret 2021, pu

Prospek PT Vale Indonesia, Tbk (INCO)

Gambar
PT Vale Indonesia, Tbk, dahulu bernama PT International Nickel Indonesia, Tbk (INCO) sudah merilis laporan keuangan tahun penuh 2020, dimana perusahaan membukukan laba bersih $82.8 juta, naik cukup signifikan dibanding 2019 sebesar $57.4 juta, namun laba tersebut tergolong kecil jika dibandingkan dengan ekuitas perusahaan yang mencapai $2.0 milyar, sehingga ROE-nya tercatat hanya 4.1%. Disisi lain, pada level harga sekarang yakni 5,850, PBV-nya tercatat 2.0 kali, relatif rendah jika perbandingannya adalah saham Aneka Tambang (ANTM) , yang sama-sama terbang dalam setahun terakhir seiring dengan cerita rencana pembangunan pabrik baterai mobil listrik di Indonesia, yang disebut-sebut akan menggunakan bahan baku nikel. Kemudian kita tahu pula bahwa, berbeda dengan ANTM yang sebenarnya lebih banyak jualan emas ketimbang nikel, maka INCO ini 100% jualan logam nikel. Nah, jadi apakah INCO ini prospeknya lebih bagus? *** Jadwal Seminar Tatap Muka Value Investing : Jakarta, Sabtu – Minggu,

Bisakah kita beli saham, bitcoin cuma modal feeling?

Gambar
Ada pengalaman menarik ketika penulis jalan-jalan keliling Turki, Januari kemarin: Ketika semua peserta tour sudah masuk ke dalam bus, dan busnya siap-siap untuk jalan, maka pemandu wisata mengumumkan ke semua peserta untuk mengenakan sabuk pengaman, karena ada kemungkinan polisi akan menghentikan bus untuk mengecek apakah penumpang mengenakan sabuk atau tidak. Mendengar itu, semua orang termasuk penulis langsung cepat-cepat memasang sabuk pengaman, dan kemudian bus-nya pun berjalan. *** Jadwal Seminar Tatap Muka Value Investing : Jakarta, Sabtu – Minggu, 6 – 7 Maret 2021. Info lengkap baca disini  (hingga 24 Februari pukul 14.00, masih tersedia 6 kursi lagi untuk kelas hari Sabtu, dan 8 kursi untuk kelas hari Minggu), tersedia juga videonya bagi anda yang tidak bisa hadir, dan alumni bisa bergabung dengan layanan webinar secara gratis. *** Tapi kemudian penulis mikir lagi: Kita ketika itu sedang berada di kota kecil yang sepi, yang jangankan polisi, mobil-mobil yang lalu lala

Bank BNI

Gambar
PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk atau Bank BNI (BBNI) melaporkan laba bersih Rp3.3 trilyun untuk tahun penuh 2020, turun signifikan dibanding 2019 sebesar Rp15.4 trilyun, dimana jika ukurannya dari laba bersih itu saja, maka ini merupakan kinerja terburuk BBNI sejak sepuluh tahun terakhir. Menariknya, dilihat dari sisi pendapatan, maka angkanya masih cukup besar yakni Rp56.2 trilyun, atau hanya turun sedikit dibanding 2019 sebesar Rp58.5 trilyun, dan ini merupakan pencapaian yang sebenarnya cukup baik jika mempertimbangkan kondisi ekonomi yang memang resesi di tahun 2020 lalu. Nah, lalu kenapa laba BBNI bisa anjlok begitu? Dan apakah dengan demikian sahamnya masih layak invest? *** Live Webinar Value Investing , Sabtu 9 Maret 2024, pukul 08.00 – 10.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini . *** Sejarah Bank BNI dimulai pada tahun 1946, yakni ketika Margono Djojohadikusumo, Ketua Dewan Pertimbangan Agung, atas persetujuan Presiden Soekarno mendirikan dan menjadi direktur utam