Postingan

Penyebab Saham SOHO Naik Terus: Multibagger?

Gambar
Salah satu saham pendatang baru di bursa, PT Soho Global Health, Tbk (SOHO), belakangan menjadi pusat perhatian setelah  autoreject atas terus menerus, hingga harganya naik dari Rp1,820 ketika sahamnya melantai di bursa pada tanggal 8 September kemarin, hingga sempat menyentuh 16,300 pada Rabu, 23 September, alias melejit hampir 9 kali lipat hanya dalam waktu dua minggu! Dan hebatnya itu terjadi ketika IHSG, seperti yang kita ketahui, cenderung turun sepanjang September ini. Nah, jadi apakah SOHO ini memang bagus? Dan apa sebenarnya yang menyebabkan kenaikannya yang tidak wajar tersebut?

Kumpulan Video Webinar Value Investing

Gambar
Dear investor, pada hari Sabtu, 19 September kemarin, penulis menyelenggarakan kelas online untuk diskusi & tanya jawab seputar investasi saham, dan khususnya value investing. Dan Alhamdulillah kelasnya berjalan lancar selama total 2.5 jam, dan terutama penulis juga antusias karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bagus-bagus semua :D Nah, jadi agar teman-teman yang lain juga bisa memperoleh materi yang disampaikan, maka penulis sengaja merekam kelasnya, dan bisa anda tonton pada link berikut:

Bank Banten (BEKS) Prank!

Gambar
Pada Senin, 14 September kemarin, terkait rencana perusahaan untuk reverse stock dan right issue, Bank Banten (BEKS) merilis laporan dari Kantor Jasa Penilai (KJP) Maulana, Andesta, & Rekan, mengenai perhitungan nilai wajar dari 100% saham perusahaan, dimana perhitungannya menggunakan metode perbandingan perusahaan Tbk, dan discounted cashflow (DCF). Dan hasilnya, pihak KJP menyimpulkan bahwa nilai wajar dari saham BEKS adalah.. well.. Rp4,68 per saham, atau jika dibulatkan Rp5 per saham. Yup, anda tidak salah baca: Lima perak!

Indonesia di Masa Lalu, Hari Ini, dan 10 Tahun yang Akan Datang

Gambar
Ketika saya untuk pertama kalinya belajar tentang dunia keuangan, dan khususnya investasi saham pada tahun 2009 lalu, maka saya mendengar satu pepatah dari negeri China yang masih saya ingat sampai hari ini, ‘Waktu terbaik untuk menanam pohon adalah 20 tahun yang lalu. Dan waktu kedua terbaik untuk menanam pohon adalah sekarang.’ Sebagai investor saham itu sendiri, saya mengartikan pepatah itu sebagai, jika kita ingin sukses, maka kita harus mulai saat ini juga. Karena waktu yang sekarang ini akan dianggap sebagai ‘waktu terbaik untuk berinvestasi’ pada 20 tahun yang akan datang.

Prospek Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA), Setelah Suspensinya Dibuka

Gambar
Setelah disuspensi selama dua tahun, persisnya sejak Juli 2018 lalu, maka pada hari Senin, 31 Agustus kemarin, Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali membuka perdagangan saham PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk (AISA). Dan sayangnya sahamnya tanpa ampun langsung turun, yakni dari harga 168 ketika disuspen hingga sekarang sudah 147, dan kemungkinan masih akan lanjut turun mengingat hingga Kuartal I 2020, perusahaan masih membukukan defisiensi modal, alias ekuitas negatif. Disisi lain, berdasarkan laporan dari Kantor Jasa Penilai Publik, Suwendho Rinaldy & Rekan, disebutkan bahwa nilai wajar dari 100% saham AISA adalah Rp559 milyar, atau jauh diatas market cap perusahaan di level Rp201 milyar (pada harga saham 147). Nah, jadi jika penilaian tersebut benar, bukankah ini peluang? Lalu jika saya sejak awal sudah pegang saham AISA ini sejak tahun 2017 – 2018 lalu, maka apakah sekarang sebaiknya saya hold saja, tambah posisi/beli lagi, atau justru cut loss ?

Prospek Global Mediacom (BMTR) Setelah ‘Diakuisisi’ Lo Kheng Hong

Gambar
Pada tanggal 11 Agustus lalu, PT Global Mediacom, Tbk (BMTR) melakukan private placement dengan menerbitkan 700 juta lembar saham baru pada harga pelaksanaan Rp200 per saham, sehingga perusahaan memperoleh tambahan modal Rp140 milyar, sedangkan jumlah saham beredarnya meningkat menjadi 16,035 juta lembar. Yang menarik adalah, anda tahu, siapa yang menyetor dana Rp140 milyar diatas? Yup, beliau adalah Pak Lo Kheng Hong, value investor legendaris yang sudah sangat terkenal di mata investor ritel. Menariknya lagi, LKH diketahui sudah mulai mengkoleksi saham BMTR sejak setidaknya awal Agustus 2020, dan dengan transaksi PP diatas maka LKH kemudian memegang setidaknya 767 juta saham BMTR, pada harga beli antara Rp199 – 204 per saham. Pertanyaannya, why??

Alasan Investasi Langsung di Saham Lebih Baik Dibanding Reksadana

Gambar
Sekitar lima atau sepuluh tahun lalu, kepada teman-teman investor pemula, penulis selalu menyarankan agar mereka mulai berinvestasi di reksadana terlebih dahulu, jadi jangan langsung masuk ke saham.  Sebab di reksadana, dana kita akan dikelola oleh manajer investasi (MI) profesional. Namun melihat perkembangannya dalam tiga tahunan terakhir, kami sekarang menyarankan agar anda langsung invest di saham saja. Kenapa demikian? Berikut alasannya:

Special Report: Transaksi Repo Saham Jaya Bersama Indo (DUCK)?

Gambar
Pada hari Senin kemarin, 10 Agustus 2020, PT Jaya Bersama Indo, Tbk (DUCK) merilis keterbukaan informasi yang menyebutkan bahwa PT Asia Kuliner Sejahtera (AKS) , yang merupakan pemegang saham pengendali perusahaan, telah menjual saham DUCK sebanyak 24 juta lembar pada harga Rp440 per saham. Tidak ada penjelasan soal apa alasan penjualan tersebut, kecuali disebutkan bahwa itu terkait transaksi/kontrak repo. Dengan penjualan tersebut, AKS kini tinggal memegang 260 juta lembar saham DUCK, yang setara 20.3% saham beredar perusahaan.

Bagaimana Nasib Saham Saya Jika Sekuritasnya Ditutup?

Gambar
Beberapa waktu lalu, ketika ramai berita tentang kasus Financial Planner Jouska, penulis menerima pertanyaan sebagai berikut. Pak Teguh, saya kebetulan punya rekening di sekuritas yang terafiliasi dengan Jouska (Phillip Sekuritas), kira-kira kasus Jouska ini bisa berdampak pada sekuritasnya gak ya? Apakah dana saya akan aman-aman saja disitu?

Proyeksi IHSG Menjelang, dan Pasca Emiten Merilis Laporan Keuangan Kuartal II 2020

Gambar
Pada tanggal 14 Juli kemarin, PT Surya Esa Perkasa, Tbk (ESSA) menjadi emiten pertama yang merilis laporan keuangan (LK) periode Kuartal II atau Q2 2020. Dan hasilnya? Well, perusahaan mencatat rugi $6.8 juta, dibanding laba $4.2 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sejak tahun 2014, ini adalah kali pertama ESSA membukukan kerugian, yang kemungkinan merupakan dampak dari pandemi Covid-19 karena pada Q1-nya, perusahaan masih mencatat laba $1.0 juta. Menariknya, keluarnya LK dengan hasil negatif ini tidak membuat sahamnya drop, dimana ketika analisa ini ditulis, saham ESSA tetap bertahan di 150 – 160, dan itu lebih tinggi dibanding posisi terendahnya pada 24 Maret lalu (yakni ketika IHSG drop sampai 3,900-an), di 118. Jadi apakah harga saham ESSA sekarang ini memang sudah price in dengan penurunan kinerjanya tersebut? Dan apakah analisa yang sama juga berlaku untuk saham-saham lainnya di BEI?