Postingan

Prospek Global Mediacom (BMTR) Setelah ‘Diakuisisi’ Lo Kheng Hong

Gambar
Pada tanggal 11 Agustus lalu, PT Global Mediacom, Tbk (BMTR) melakukan private placement dengan menerbitkan 700 juta lembar saham baru pada harga pelaksanaan Rp200 per saham, sehingga perusahaan memperoleh tambahan modal Rp140 milyar, sedangkan jumlah saham beredarnya meningkat menjadi 16,035 juta lembar. Yang menarik adalah, anda tahu, siapa yang menyetor dana Rp140 milyar diatas? Yup, beliau adalah Pak Lo Kheng Hong, value investor legendaris yang sudah sangat terkenal di mata investor ritel. Menariknya lagi, LKH diketahui sudah mulai mengkoleksi saham BMTR sejak setidaknya awal Agustus 2020, dan dengan transaksi PP diatas maka LKH kemudian memegang setidaknya 767 juta saham BMTR, pada harga beli antara Rp199 – 204 per saham. Pertanyaannya, why??

Alasan Investasi Langsung di Saham Lebih Baik Dibanding Reksadana

Gambar
Sekitar lima atau sepuluh tahun lalu, kepada teman-teman investor pemula, penulis selalu menyarankan agar mereka mulai berinvestasi di reksadana terlebih dahulu, jadi jangan langsung masuk ke saham.  Sebab di reksadana, dana kita akan dikelola oleh manajer investasi (MI) profesional. Namun melihat perkembangannya dalam tiga tahunan terakhir, kami sekarang menyarankan agar anda langsung invest di saham saja. Kenapa demikian? Berikut alasannya:

Special Report: Transaksi Repo Saham Jaya Bersama Indo (DUCK)?

Gambar
Pada hari Senin kemarin, 10 Agustus 2020, PT Jaya Bersama Indo, Tbk (DUCK) merilis keterbukaan informasi yang menyebutkan bahwa PT Asia Kuliner Sejahtera (AKS) , yang merupakan pemegang saham pengendali perusahaan, telah menjual saham DUCK sebanyak 24 juta lembar pada harga Rp440 per saham. Tidak ada penjelasan soal apa alasan penjualan tersebut, kecuali disebutkan bahwa itu terkait transaksi/kontrak repo. Dengan penjualan tersebut, AKS kini tinggal memegang 260 juta lembar saham DUCK, yang setara 20.3% saham beredar perusahaan.

Bagaimana Nasib Saham Saya Jika Sekuritasnya Ditutup?

Gambar
Beberapa waktu lalu, ketika ramai berita tentang kasus Financial Planner Jouska, penulis menerima pertanyaan sebagai berikut. Pak Teguh, saya kebetulan punya rekening di sekuritas yang terafiliasi dengan Jouska (Phillip Sekuritas), kira-kira kasus Jouska ini bisa berdampak pada sekuritasnya gak ya? Apakah dana saya akan aman-aman saja disitu?

Proyeksi IHSG Menjelang, dan Pasca Emiten Merilis Laporan Keuangan Kuartal II 2020

Gambar
Pada tanggal 14 Juli kemarin, PT Surya Esa Perkasa, Tbk (ESSA) menjadi emiten pertama yang merilis laporan keuangan (LK) periode Kuartal II atau Q2 2020. Dan hasilnya? Well, perusahaan mencatat rugi $6.8 juta, dibanding laba $4.2 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sejak tahun 2014, ini adalah kali pertama ESSA membukukan kerugian, yang kemungkinan merupakan dampak dari pandemi Covid-19 karena pada Q1-nya, perusahaan masih mencatat laba $1.0 juta. Menariknya, keluarnya LK dengan hasil negatif ini tidak membuat sahamnya drop, dimana ketika analisa ini ditulis, saham ESSA tetap bertahan di 150 – 160, dan itu lebih tinggi dibanding posisi terendahnya pada 24 Maret lalu (yakni ketika IHSG drop sampai 3,900-an), di 118. Jadi apakah harga saham ESSA sekarang ini memang sudah price in dengan penurunan kinerjanya tersebut? Dan apakah analisa yang sama juga berlaku untuk saham-saham lainnya di BEI?

‘If It Costs You Your Peace, It’s Too Expensive!’

Gambar
Bulan lalu, persisnya pada tanggal 12 Juni 2020, seorang mahasiswa berusia 20 tahun bernama Alexander Kearns ditemukan meninggal dunia di rumah orang tuanya di Napersville, Illionis, Amerika Serikat (AS). Kearns diketahui merupakan nasabah dari Robinhood , sebuah aplikasi trading saham yang menjadi booming di kalangan investor/trader milenial, setelah bursa saham AS itu sendiri mengalami fluktuasi yang amat sangat ekstrim setelah terjadinya pandemi Covid-19. Kearns memutuskan untuk mengakhiri hidupnya setelah ia stress karena mengalami kerugian besar, hingga saldo di rekeningnya tercatat minus $730,166 (setara sekitar Rp10 milyar). Pada catatan yang ditemukan di komputer pribadinya, Kearns mengatakan, ‘Bagaimana mungkin seseorang berusia 20 tahun dan belum memiliki penghasilan, diberikan pinjaman hingga hampir 1 juta Dollar untuk melakukan trading?’

Prospek PT Sarimelati Kencana, Tbk (PZZA)

Gambar
PT Sarimelati Kencana, Tbk (PZZA), yang merupakan pemegang lisensi waralaba Pizza Hut di Indonesia, melaporkan laba bersih Rp6 milyar di Kuartal I 2020, turun signifikan dibanding Rp40 milyar di periode yang sama tahun 2019, dan diperkirakan bahwa laba bersih ini masih akan turun hingga akhir tahun nanti karena efek dari pandemi corona. Jadi bagaimana dengan prospek sahamnya? Dan benarkah perusahaan pemilik merk Pizza Hut itu sendiri di Amerika Serikat sana telah bangkrut? Simak ulasan lengkapnya disini, semoga bemanfaat.

Begini Peran Manajer Investasi (MI) dalam Skandal Jiwasraya

Gambar
Pada hari Rabu, 24 Juni 2020, terkait Kasus gagal bayar Jiwasraya , Kejaksaan Agung menetapkan status tersangka terhadap 13 perusahaan manajer investasi (MI), plus satu orang pejabat di lingkungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ke-13 MI ini diduga telah bekerja sama dengan manajemen Jiwasraya untuk membuat produk reksadana khusus, dimana dana yang disetor oleh Jiwasraya ke dalam reksadana tersebut ujung-ujungnya tetap dibelikan saham-saham gorengan . Sedangkan satu orang pejabat OJK diatas diduga mengetahui praktek kongkalikong diatas, namun membiarkannya. Sebelumnya, Kejagung sendiri sudah menetapkan status tersangka kepada 3 orang mantan direksi Jiwasraya, 1 orang pihak luar, dan 2 orang pemilik sejumlah perusahaan Tbk, yang selama ini sudah sangat dikenal sebagai ‘bandar saham’ di bursa.

‘Second Wave Corona’ Tidak Akan Terjadi, Ini Alasannya

Gambar
Salah satu isu yang diwaspadai investor terkait arah pergerakan pasar kedepan, adalah kemungkinan terjadinya coronavirus second wave, atau gelombang kedua penyebaran virus corona, yang bisa jadi lebih mematikan/memakan lebih banyak korban dibanding gelombang pertama yang terjadi sejak awal Maret lalu. Sebab kalau berkaca pada pandemi spanish flu yang terkenal di tahun 1918 – 1919, yang diperkirakan menelan korban jiwa sekitar 17 – 50 juta penduduk di seluruh dunia, maka pandeminya ketika itu juga terjadi dalam tiga gelombang berbeda, dimana yang paling mematikan adalah gelombang kedua. However , penulis termasuk yang beranggapan bahwa untuk pandemi corona tahun ini, maka second wave itu tidak akan terjadi. Why ?

Membedah Prospek Bank BRI di Tahun Pandemi, Part 2

Gambar
Pada ulasan sebelumnya tentang Bank BRI, kesimpulannya adalah bahwa kita tidak perlu khawatir bahwa BBRI akan bangkrut atau semacamnya, itu tidak akan terjadi bahkan meski kinerja perusahaan turun karena faktor pandemi Covid-19, sehingga sahamnya tetap layak untuk investasi jangka panjang. Meski demikian kalau kita pertimbangkan lagi faktor-faktornya, maka sekarang-sekarang ini mungkin masih belum waktunya untuk masuk, dan penjelasannya akan dibahas disini. Here we go.