Postingan

Akankah IHSG Indonesia Bernasib Seperti Nikkei Jepang?

Gambar
Beberapa waktu lalu, penulis menerima pertanyaan menarik, ‘Saya baru tahu kalau indeks Nikkei 225 di Jepang pernah naik sampai 38,900 sekian pada tahun 1989, kemudian turun lagi, dan sampai hari ini tidak pernah balik lagi ke level tertingginya tersebut (saat ini Nikkei berada di posisi 19,000-an), padahal sekarang ini sudah lewat lebih dari 30 tahun sejak tahun 1989 tersebut. Nah, bukankah hal ini mematahkan mitos bahwa indeks saham pada akhirnya akan terus naik dalam jangka panjang? Karena 30 tahun jelas bukan waktu yang sebentar. Dan apakah yang dialami Nikkei juga bisa terjadi pada IHSG? Jangan-jangan setelah IHSG mencapai posisi tertingginya di 6,600-an pada awal tahun 2018 lalu, maka kesininya dia akan turun terus, dan penurunan selama dua tahunan terakhir ini barulah awal dari trend penurunan terus menerus hingga entah sampai kapan?’

Seminar: Berburu Saham ‘Mutiara Terpendam’

Gambar
Bagi anda yang sudah membaca blog ini sejak lama, anda mungkin masih ingat kalau penulis sejak tahun 2010 lalu sering menyebut istilah saham ‘mutiara terpendam’, yakni saham yang berpeluang naik hingga ratusan persen dalam waktu yang relatif singkat (disebut juga saham multibagger ). Dan meski setiap tahun selalu ada saja saham-saham seperti itu, namun dalam kondisi pasar yang normal maka jumlahnya hanya sedikit, sehingga sulit untuk ditemukan. Tapi ketika terjadi krisis dan bursa saham jatuh, maka saham mutiara terpendam ini jumlahnya akan jauh lebih banyak dibanding biasanya, sehingga tentu saja sayang jika dilewatkan.

Begini Dampak Covid-19 Terhadap Dunia Usaha

Gambar
Dalam beberapa waktu terakhir, penulis meminta sharing informasi dari teman-teman pengusaha, dan pekerja profesional, tentang kondisi di perusahaan/tempat usaha mereka masing-masing, apakah juga terdampak oleh Covid-19, dan seperti apa dampaknya. Informasi ini kami perlukan untuk mempelajari kondisi riil di lapangan, untuk membantu menganalisis arah pasar ke depannya. Dan berikut adalah beberapa ‘testimoni’ yang penulis kumpulkan.

Crisis Protocol, Part 5: Kapan Kita Belanja Saham?

Gambar
Di tulisan sebelumnya (crisis protocol, part 4), penulis menyampaikan bahwa meski setiap kali terjadi krisis dan market crash, orang-orang akan kembali menyebut istilah cash is king, tapi pada titik tertentu, menjual saham anda untuk memperoleh cash tersebut bisa jadi merupakan kesalahan terbesar yang bisa anda lakukan. Sehingga kalau posisi anda sudah pegang saham sebelum pasar jatuh, maka anda tentunya bakal panik ketika IHSG kemudian anjlok, apalagi jika posisi cash juga sudah nol. Namun pada titik kondisi inilah, jika kita tidak tahan dan akhirnya menjual saham yang dipegang, maka itu seperti kita memberikan promo ‘beli satu lot gratis satu lot’ kepada orang lain, secara sukarela.

Strategi Crisis Protocol Ketika Bursa Anjlok, Part 4

Gambar
Berikutnya, ketika krisis terjadi, maka  siapapun akan rugi , dan itu normal, sehingga kita harus bisa melihat jauh kedepan . Ini juga mungkin sulit dipahami oleh temen-temen pemula, karena bukannya kalau investor saham yang masih pegang cash justru akan untung besar karena bisa belanja saham-saham bagus pada harga super diskon? Nah, dalam hal ini kita perlu sepakati dulu definisi ‘krisis’ disini: Kalau IHSG hanya turun 10 – 20% dari puncaknya, dan itu karena ada sentimen negatif sesaat yang tidak berdampak pada ekonomi, atau memang karena pasar sudah naik tinggi sebelumnya, maka itu bukan krisis, melainkan hanya koreksi pasar biasa yang cukup sering terjadi, biasanya antara 1 atau 2 tahun sekali. Dan pada kondisi ini, betul bahwa investor yang pegang cash akan cuan besar.

Strategi Crisis Protocol Ketika Bursa Anjlok, Part 3

Gambar
Okay, sekarang kita ke bagian crisis protocol ketika krisis itu terjadi. Dan penulis sebelumnya mohon maaf karena baru posting tulisannya sekarang, karena memang sengaja saya posting pas weekend agar anda bisa konsen bacanya tanpa sedikit-sedikit ngeliat naik turunnya harga saham. Sebab dalam semingguan terakhir ini kita berada dalam kondisi yang terakhir kali terjadi Oktober 2008 lalu, atau sebulan setelah Lehman Brothers dinyatakan bangkrut, dimana saham-saham terus mengalami autoreject bawah (ARB), nyaris setiap hari.

Strategi 'Crisis Protocol', Ketika Bursa Saham Anjlok, Part 2

Gambar
Okay, lanjut, berikutnya soal utang. Bagi anda yang sudah membaca blog ini sejak lama, anda mungkin hafal kalau penulis sangat anti utang, tidak hanya di saham tapi juga di kehidupan sehari-hari, dan penulis juga rajin mengingatkan ke temen-temen investor agar jangan pernah beli saham pakai margin. Salah satunya melalui tulisan ini , yang diposting pada April 2018 lalu.

Strategi ‘Crisis Protocol’, Ketika Bursa Saham Anjlok

Gambar
Menurut Cambridge English Dictionary, crisis , atau krisis, adalah periode dimana terjadi kesulitan, masalah, dan/atau bahaya besar. Krisis adalah juga periode dimana seseorang atau suatu organisasi harus segera membuat keputusan yang bisa jadi sangat penting/krusial. Sebab, periode krisis adalah periode yang bisa jadi merupakan titik balik ( turning point ) dari suatu kondisi dan situasi yang sudah terjadi selama beberapa waktu sebelumnya.

Anjloknya Dow Jones, Wabah Coronavirus, dan Dampaknya Terhadap IHSG

Gambar
Minggu lalu, tepatnya hari Senin 20 Februari, Pemerintah Korea Selatan mengumumkan keadaan darurat setelah warganya yang positif Covid-19 bertambah dua kali lipat, dari 51 menjadi 104 pasien, hanya dalam semalam. Ini adalah kali pertama sebuah negara, diluar China, memberlakukan keadaan darurat terkait merebaknya kasus Covid-19/Coronavirus. Hanya selang tiga hari kemudian, giliran Pemerintah Italia menghentikan festival di Venice, membatalkan banyak kegiatan termasuk sejumlah pertandingan sepakbola Serie A, hingga memerintahkan warga di sejumlah kota untuk tidak keluar rumah, setelah ditemukan lebih dari seratus kasus Covid, tiga pasien diantaranya meninggal dunia.

Unilever Indonesia

Gambar
Sejak dulu, setiap kali pasar saham mengalami periode koreksi/IHSG turun signifikan, maka selalu ada saja beberapa saham   yang seperti tidak bergeming alias tidak ikut turun, atau ikut turun tapi penurunannya sedikit saja. Nah, di masa lalu, saham   yang tidak ikut turun tersebut salah satunya Unilever Indonesia (UNVR), sehingga UNVR kemudian memperoleh reputasi sebagai safe haven, alias salah satu saham yang dianggap paling aman di BEI. However, dalam beberapa waktu terakhir, UNVR justru menjadi salah satu saham yang turun paling signifikan dalam periode bear market ini, dimana ketika analisa ini ditulis, UNVR berada di posisi 7,300, alias drop 13.1% secara YTD, dan totalnya sudah anjlok 26.8% dalam setahun terakhir. Jadi benarkah UNVR ini aman?