Postingan

Unilever Indonesia

Gambar
Sejak dulu, setiap kali pasar saham mengalami periode koreksi/IHSG turun signifikan, maka selalu ada saja beberapa saham   yang seperti tidak bergeming alias tidak ikut turun, atau ikut turun tapi penurunannya sedikit saja. Nah, di masa lalu, saham   yang tidak ikut turun tersebut salah satunya Unilever Indonesia (UNVR), sehingga UNVR kemudian memperoleh reputasi sebagai safe haven, alias salah satu saham yang dianggap paling aman di BEI. However, dalam beberapa waktu terakhir, UNVR justru menjadi salah satu saham yang turun paling signifikan dalam periode bear market ini, dimana ketika analisa ini ditulis, UNVR berada di posisi 7,300, alias drop 13.1% secara YTD, dan totalnya sudah anjlok 26.8% dalam setahun terakhir. Jadi benarkah UNVR ini aman?

Meraup Profit Permanen dari Saham

Gambar
Untuk pertama kalinya sejak tahun 2011, pasar saham Indonesia menjalani periode awal tahun dengan kurang mulus, dimana hingga 14 Februari kemarin, IHSG ditutup turun 6.9% secara year to date (pada tahun 2011, IHSG juga turun 7.9% pada periode waktu yang sama) . Ada banyak faktor yang menyebabkan penurunan tersebut, mulai dari kelanjutan kasus Jiwasraya yang bikin pasar sepi transaksi, kasus saham gorengan yang merembet ke gagal bayar sejumlah reksadana, hingga cerita Coronavirus. However, disini kita tidak akan membahas itu semua, melainkan seperti biasa pertanyaannya adalah, adakah peluang yang bisa kita ambil dari kejatuhan bursa kali ini?

Rekaman Seminar Terbaru – Tahun 2020

Gambar
Dear investor, penulis pada bulan Januari dan awal Februari 2020 kemarin menyelenggarakan kelas value investing di Surabaya, dan Jakarta, dan Alhamdulillah berjalan lancar. Untuk materi yang disampaikan sendiri sebenarnya kurang lebih masih sama dengan seminar-seminar sebelumnya, namun ada beberapa update materi yang disesuaikan dengan kondisi pasar saat ini, dan demikian pula ada perbedaan pada contoh-contoh saham yang dibahas. Penulis bersama temen-temen peserta kelas tanggal 2 Februari 2020

PP Properti: Prospek Cerah, Tapi..

Gambar
Bagi penulis, PT PP Properti, Tbk (PPRO) , merupakan salah satu saham yang sukses menghasilkan profit jumbo di masa lalu, tepatnya di tahun 2015 lalu ketika penulis melihat bahwa sahamnya cukup murah pada PBV 0.9 kali (harga 127, sebelum stocksplit), sedangkan kinerja perusahaan terbilang bagus, prospek kedepannya bagus, sahamnya likuid, dan perusahaan punya keunggulan sebagai bagian dari PT Pembangunan Perumahan, Tbk (PTPP), salah satu perusahaan konstruksi terintegrasi terbesar dan termapan di Indonesia. Anda bisa baca lagi ulasannya disini .

Untuk Pasar Modal Indonesia, Yang Lebih Baik

Gambar
Selasa kemarin, 28 Januari, penulis memenuhi undangan acara rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI, DPR RI, di Gedung DPR, Jakarta, untuk membahas Kasus Jiwasraya. Rapat tersebut dihadiri oleh tiga narasumber, dua dari industri asuransi, dan satu (penulis) dari pasar modal. Kehadiran penulis diperlukan karena temen-temen dari DPR sudah mendengar sebelumnya bahwa Jiwasraya mengalami gagal bayar karena nyangkut di ‘saham gorengan’. Sehingga mereka memerlukan penjelasan, apa itu saham gorengan? Dan bagaimana persisnya hubungan kasus Jiwasraya ini dengan investasi di pasar modal?

Asal Usul Saham Gorengan

Gambar
Suatu hari di bulan Agustus 2010, sebuah perusahaan yang terdaftar di Singapura (tapi pemiliknya orang Indonesia) dengan nama Ramba Energy Ltd (Ramba) , mengakuisisi 51% saham PT Sugih Energy, Tbk (SUGI), sebuah perusahaan kecil penyedia jasa industri migas di Indonesia yang secara teknis sudah bangkrut karena tidak lagi beroperasi, dengan nilai $1 juta saja. Selang setahun kemudian, tepatnya pada 27 Desember 2011, Ramba mengakuisisi 80.4% saham PT Hexindo Gemilang Jaya, pemilik 100% kepemilikan di Blok Lemang, sebuah ladang minyak di Provinsi Jambi. Namun pada tanggal yang sama, tepatnya persis sesaat sebelum Hexindo diakuisisi oleh Ramba, Hexindo melepas 49% kepemilikannya di Blok Lemang ke sebuah perusahaan dengan nama Eastwin Global Investment , sebuah perusahaan yang terdaftar di British Virgin Island, senilai $1.6 juta. Sehingga dengan demikian, Ramba, melalui Hexindo, hanya memegang 41% kepemilikan di Blok Lemang (80.4% x 51% = 41%).

Bank BJB (BJBR), dan Hubungannya Dengan Jiwasraya

Gambar
Saham Bank BJB (BJBR), seperti yang kita ketahui, adalah satu dari sejumlah ‘saham gorengan’ yang disebut-sebut dipegang dalam jumlah besar oleh Jiwasraya dan Asabri . Dan seperti halnya saham-saham lainnya yang juga dipegang oleh kedua institusi tersebut, yang ramai-ramai turun setelah kasusnya mencuat ke publik, maka BJBR juga sudah turun sangat signifikan jika dihitung dari posisi tertingginya yakni 3,390, akhir tahun 2016 lalu, hingga sekarang sudah di level 1,010. Menariknya, berbeda dengan katakanlah Indofarma (INAF), Semen Baturaja (SMBR), apalagi Hanson International (MYRX), atau Trada Alam Minera (TRAM) , maka fundamental BJBR tampak not too bad, dan yang paling menarik adalah dividennya, yang tahun lalu mencapai Rp89 per saham. Sehingga pada harga saham 1,010, yield- nya mencapai hampir 9%. Time to buy ?  

Setelah Jiwasraya & Asabri, Siapa Lagi?

Gambar
Masih dari acara diskusi yang dihadari penulis sebagai narasumber di Kantor Staf Presiden, tanggal 7 Januari ini, ada pertanyaan seperti ini: ‘Dalam kasus Jiwasraya & Asabri, disebutkan ada korupsi senilai sekian trilyun. Dimana korupsinya? Dan siapa pelakunya?’ Penulis jawab, ‘Kita tahu bahwa penyebab Jiwasraya gagal bayar adalah karena kesulitan likuiditas, karena dana investasi milik perusahaan nyangkut di saham-saham berkualitas rendah. Dalam hal manajer investasi (MI) di Jiwasraya membeli saham-saham itu karena tidak tahu/tidak bisa menganalisa bahwa perusahaannya memang jelek, maka memang tidak ada unsur korupsi, dan MI itu bisa dihukum sebatas karena kelalaian’.

Daftar Lengkap Saham-Saham yang Dibeli Asabri

Gambar
Minggu lalu, tepatnya hari Selasa, 7 Januari, penulis memenuhi undangan dari Kantor Staf Presiden (KSP) di Istana Negara, Jakarta, untuk menjadi narasumber dalam diskusi membahas perkembangan pasar saham, termasuk soal kasus Jiwasraya. Diskusi tersebut dihadiri oleh oleh para deputi dan staf ahli presiden, dan penulis adalah satu dari tiga narsum yang hadir. Nah, ketika kita membahas soal skema penyelamatan Jiwasraya, maka penulis katakan bahwa Jiwasraya bisa diberikan bantuan likuiditas oleh BUMN keuangan yang lain, entah itu BUMN bank, asuransi, dana pensiun dst, dan dengan demikian Jiwasraya akan bisa melunasi kewajibannya kepada para nasabah pemilik dana.

Seminar Pak Joeliardi Sunendar, Jakarta, Sabtu 8 Februari 2020

Gambar