Postingan

Energi Mega Persada

Gambar
Beberapa hari terakhir ini, salah satu saham Grup Bakrie, Energi Mega Persada (ENRG), kembali menjadi buah bibir para pelaku pasar setelah sahamnya naik dari 70 hingga sempat menembus 100, atau naik 35% hanya dalam waktu kurang dari sebulan. Penulis pribadi sebenarnya tidak peduli mau saham ini naik sampai 1,000 sekalipun, karena sejak tahun 2009 lalu penulis sudah memutuskan untuk mem- blacklist seluruh saham-saham Bakrie, termasuk juga ENRG, dan sampai sekarang keputusan tersebut belum berubah. However, mengingat ENRG mencatatkan laba US$ 214 juta di Kuartal III 2013 lalu, atau naik sekitar 10 kali lipat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, maka mungkin anda termasuk yang menganggap bahwa saham ini mulai menarik dari sisi fundamental karena disisi lain, PBV-nya pun cuma 0.4 kali alias murah sekali. Tapi benarkah demikian?

Is It Bullish Again, or What?

Gambar
Kemarin Jumat tanggal 21 Februari 2014, IHSG ditutup di posisi 4,646, sehingga secara year to date, indeks sudah naik 8.7% sepanjang tahun 2014 ini. Secara psikologis, posisi IHSG pada saat ini mungkin membuat anda bingung: Apakah dia naik terlalu cepat sehingga nanti pada akhirnya dia akan jatuh, or it’s just the beginning of another bullish period? Bagaimana kalau nanti dia sukses menembus level 5,000 lagi seperti April tahun lalu? Nah, kalau di blog ini biasanya penulis rutin memberikan semacam ‘obat penenang’ setiap kali pasar anjlok seperti yang terjadi pada Agustus lalu agar anda tidak panik, maka mulai tahun ini penulis juga mungkin akan memberikan semacam ‘shock therapy’ setiap kali pasar mengalami euforia. Intinya sih dengan mengajak anda melihat IHSG dari analisis fundamentalnya, dan bukannya dari penurunan atau kenaikannya. Okay, kita langsung saja.

Adira Dinamika Multi Finance

Gambar
Adira Dinamika Multi Finance (ADMF) menjadi satu dari beberapa emiten yang pada saat ini sudah merilis laporan keuangan untuk periode Kuartal IV 2013, alias Tahun Penuh 2013. Dan hasilnya? Well, quite good! Laba bersih perusahaan tumbuh signifikan yakni 20.3% sementara ekuitasnya juga naik 19.6%. Namun fakta menariknya adalah, berbeda dengan kinerja perusahaan yang masih lancar jaya sampai sekarang, saham ADMF justru terus melorot dalam dua tahun terakhir, dari puncaknya di 13,000-an hingga sekarang cuma 9,000 per saham. An opportunity for bargain hunter?

Jasa Marga

Gambar
Jasa Marga (JSMR), seperti yang anda ketahui, merupakan perusahaan operator jalan tol terbesar di tanah air, dimana per akhir tahun 2012, perusahaan mengoperasikan total 73% dari seluruh panjang ruas jalan tol di Indonesia. Sebagai perusahaan pionir di industrinya, JSMR juga punya sejarah panjang sejak tahun 1978, yakni sejak perusahaan mengoperasikan jalan tol pertamanya yakni jalan tol Jagorawi, sehingga jika dibandingkan dengan beberapa perusahaan jalan tol swasta, JSMR praktis merupakan perusahaan yang paling mapan. But still, kesempatan bagi perusahaan untuk tumbuh berkembang tampak masih terbuka lebar, dimana pada tahun 2013 kemarin perusahaan baru menyelesaikan pembangunan jalan tol Tanjung Benoa, Bali, belum termasuk beberapa ruas jalan tol lainnya yang juga dijadwalkan akan selesai dibangun dalam waktu beberapa tahun kedepan. Prospek jangka panjang?

Seminar Lo Kheng Hong - 22 Februari

Gambar
Dear investor, Penulis bekerja sama dengan Bapak Lo Kheng Hong untuk menghadirkan beliau dalam seminar singkat selama dua setengah jam, di Jakarta. Dan berikut keterangan selengkapnya:

Teknik & Strategi Diversifikasi yang Efektif

Gambar
Salah satu ‘problem alamiah’ dalam berinvestasi adalah tidak adanya kepastian akan masa depan, dimana sebuah perusahaan yang amat sangat mapan sekalipun bukannya tidak bisa tersandung masalah tertentu, mengalami kemunduran kinerja, atau bahkan bangkrut. Itu sebabnya dalam berinvestasi di saham, keputusan untuk memasukkan seluruh dana yang tersedia hanya pada satu saham saja, itu sangat tidak dianjurkan, tak peduli seyakin apapun anda terhadap saham tersebut. Kebijakan untuk menempatkan investasi pada lebih dari satu saham itulah, yang kemudian disebut dengan diversifikasi. Pertanyaannya kemudian, bagaimana sebaiknya teknik atau strategi diversifikasi yang disarankan?

Mengenal 'Strategi Kontrarian'

Gambar
Di artikel dua minggu lalu penulis menyebutkan bahwa Lo Kheng Hong adalah tipikal investor yang kontrarian, dimana ia melakukan apa yang justru orang lain menghindarinya, misalnya membeli saham yang orang kebanyakan menganggapnya sebagai saham sampah. Nah, kalau berdasarkan pengalaman penulis sendiri, memang ada yang menarik dari istilah ‘kontrarian’ ini, dan kita akan membahasnya disini.

Astra International

Gambar
Ada satu hal menarik ketika penulis melakukan screening saham rutin, beberapa waktu lalu, yakni munculnya saham Astra International (ASII) diantara saham-saham hasil screening tersebut. ASII tentu bukan nama asing bagi investor manapun, namun penulis sendiri sudah lupa kapan terakhir kali megang saham ini. However, berdasarkan beberapa pertimbangan, ASII pada saat ini mungkin bisa kembali menjadi pilihan investasi terutama bagi anda yang menyukai saham-saham blue chip dengan likuiditas tinggi.

Lo Kheng Hong, dan Bumi Resources

Gambar
Bagi anda yang sudah membaca blog ini sejak lama, anda mungkin hafal bahwa jika ada saham yang penulis seperti punya ‘dendam pribadi’ terhadapnya, maka saham itu adalah Bumi Resources (BUMI). Alasannya? Bukan, bukan karena saya pernah cut loss di BUMI ini, karena saya nggak pernah memegangnya. Melainkan karena, ketika dulu penulis mulai masuk ke saham di tahun 2009, BUMI adalah saham dengan fundamental yang nol besar tapi anehnya dipegang oleh banyak sekali investor, tidak hanya investor retail lokal melainkan juga para fund manager asing, dan ketika itu praktis merupakan saham paling populer di Indonesia. Dan ini jelas aneh: Bagaimana mungkin saham dengan pengelolaan perusahaan yang paling amburadul yang pernah ada, justru menjadi saham favorit semua orang???

Antara Wismilak dan Sido Muncul

Gambar
Dalam analisis fundamental, salah satu indikator yang biasa penulis pakai untuk mengetahui apakah perusahaan sudah cukup mapan atau tidak, adalah dengan melihat posisi saldo laba  perusahaan, atau disebut juga laba ditahan (retained earnings). Simpelnya jika sebuah perusahaan memiliki saldo laba yang besar, yang merupakan akumulasi dari perolehan laba dimasa lalu, maka perusahaan tersebut sudah mapan, terbukti dengan adanya akumulasi laba tersebut. Contohnya? Kalbe Farma (KLBF). Pada Kuartal III 2013, KLBF mencatat posisi saldo laba Rp7.6 trilyun, berbanding modal disetornya yang hanya sebesar Rp508 milyar. Ini artinya nilai modal yang disetor pemegang saham KLBF hanya Rp508 milyar, namun akumulasi keuntungan yang dikumpulkan perusahaan selama ini sudah jauh lebih besar dibanding modal disetor itu sendiri.