Postingan

Mengenal 'Strategi Kontrarian'

Gambar
Di artikel dua minggu lalu penulis menyebutkan bahwa Lo Kheng Hong adalah tipikal investor yang kontrarian, dimana ia melakukan apa yang justru orang lain menghindarinya, misalnya membeli saham yang orang kebanyakan menganggapnya sebagai saham sampah. Nah, kalau berdasarkan pengalaman penulis sendiri, memang ada yang menarik dari istilah ‘kontrarian’ ini, dan kita akan membahasnya disini.

Astra International

Gambar
Ada satu hal menarik ketika penulis melakukan screening saham rutin, beberapa waktu lalu, yakni munculnya saham Astra International (ASII) diantara saham-saham hasil screening tersebut. ASII tentu bukan nama asing bagi investor manapun, namun penulis sendiri sudah lupa kapan terakhir kali megang saham ini. However, berdasarkan beberapa pertimbangan, ASII pada saat ini mungkin bisa kembali menjadi pilihan investasi terutama bagi anda yang menyukai saham-saham blue chip dengan likuiditas tinggi.

Lo Kheng Hong, dan Bumi Resources

Gambar
Bagi anda yang sudah membaca blog ini sejak lama, anda mungkin hafal bahwa jika ada saham yang penulis seperti punya ‘dendam pribadi’ terhadapnya, maka saham itu adalah Bumi Resources (BUMI). Alasannya? Bukan, bukan karena saya pernah cut loss di BUMI ini, karena saya nggak pernah memegangnya. Melainkan karena, ketika dulu penulis mulai masuk ke saham di tahun 2009, BUMI adalah saham dengan fundamental yang nol besar tapi anehnya dipegang oleh banyak sekali investor, tidak hanya investor retail lokal melainkan juga para fund manager asing, dan ketika itu praktis merupakan saham paling populer di Indonesia. Dan ini jelas aneh: Bagaimana mungkin saham dengan pengelolaan perusahaan yang paling amburadul yang pernah ada, justru menjadi saham favorit semua orang???

Antara Wismilak dan Sido Muncul

Gambar
Dalam analisis fundamental, salah satu indikator yang biasa penulis pakai untuk mengetahui apakah perusahaan sudah cukup mapan atau tidak, adalah dengan melihat posisi saldo laba  perusahaan, atau disebut juga laba ditahan (retained earnings). Simpelnya jika sebuah perusahaan memiliki saldo laba yang besar, yang merupakan akumulasi dari perolehan laba dimasa lalu, maka perusahaan tersebut sudah mapan, terbukti dengan adanya akumulasi laba tersebut. Contohnya? Kalbe Farma (KLBF). Pada Kuartal III 2013, KLBF mencatat posisi saldo laba Rp7.6 trilyun, berbanding modal disetornya yang hanya sebesar Rp508 milyar. Ini artinya nilai modal yang disetor pemegang saham KLBF hanya Rp508 milyar, namun akumulasi keuntungan yang dikumpulkan perusahaan selama ini sudah jauh lebih besar dibanding modal disetor itu sendiri.

Investasi Saham untuk Mahasiswa dan Ibu Rumah Tangga

Gambar
Pak Teguh, saya adalah mahasiswa semester 4 yang baru saja memulai investasi saham. Ada saran? Saya sengaja ikut investasi karena sadar betul bahwa jika saya menyimpan tabungan saya di bank, maka nilai dari tabungan saya tersebut akan tergerus inflasi.

Catatan Awal Tahun 2014

Gambar
Senin kemarin, tanggal 30 Desember 2013, IHSG ditutup di posisi 4,274. Mengingat pada tanggal yang sama tahun sebelumnya, IHSG ditutup di posisi 4,317, maka secara keseluruhan sepanjang tahun 2013 ini IHSG telah turun sebesar 1.0%. Penurunan tersebut memang tampak kecil, hanya satu persen. Namun jika dihitung dari posisi puncaknya yakni 5,251 yang dicapai pada Mei lalu, maka IHSG sudah turun 18.6%, alias sudah turun lumayan signifikan.

Konsultasi: Buyback Saham, Dividen, dan Pemberitaan Emiten

Gambar
1. Pak Teguh, saya dengar Semen Baturaja (SMBR) melakukan aksi buyback. Itu maksudnya apa sih? Dan apa pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan? Pada tanggal 17 September 2013, manajemen SMBR mengumumkan bahwa jika dibutuhkan, mereka siap untuk melakukan aksi buyback saham alias pembelian kembali saham perusahaan di bursa, dalam rangka menjaga harga sahamnya agar tetap stabil. Keputusan tersebut diambil setelah pada penghujung bulan Agustus 2013, IHSG terkoreksi secara sangat signifikan sementara saham SMBR sendiri turun dari 560 ke 360. Jumlah dana yang disiapkan untuk aksi buyback tersebut adalah maksimal Rp102 milyar, yang diambil dari posisi kas perusahaan (per Kuartal II 2013, SMBR memiliki cash lebih dari Rp1.5 trilyun, hasil dari IPO-nya).

Outlook IHSG di Tahun 2014 (Forum)

Dear investor dan juga kawan-kawan trader, berhubung sekarang sudah akhir tahun, melalui forum ini penulis mengajak anda untuk berbagi analisis, opini, serta pandangan tentang bagaimana outlook pasar di tahun 2014, baik itu dilihat dari sisi fundamental, teknikal, perkembangan ekonomi makro nasional, dan lain-lain. Anda bisa menuliskan analisis anda melalui kolom komentar dibawah, jangan lupa sebutkan nama, atau minimal nickname  anda dibawahnya. Anda juga boleh mengomentari analisis yang dibuat oleh teman yang lain, tentunya dengan bahasa yang baik. Tujuan penulis membuat forum ini adalah agar analisis yang anda paparkan bisa menjadi pencerahan bagi kawan-kawan investor/trader lainnya.

Mengenal Saham-Saham 'Jackpot'

Gambar
Sekitar dua tahun terakhir ini penulis menemukan fakta menarik di pasar, dimana ada beberapa saham yang secara fundamental bagus, valuasinya juga wajar atau bahkan murah, namun pergerakannya terkesan sangat lamban. Dalam beberapa bulan, saham-saham ini terkadang hanya mondar mandir disitu-situ saja, misalnya jika pada awal Januari dia berada di posisi 1,000, maka pada akhir Juni dia masih di posisi 1,000-an tersebut. Tapi pada waktu-waktu lainnya saham ini seringkali tiba-tiba saja naik signifikan, mungkin sampai 2,000 atau 2,500 hanya dalam satu atau dua bulan, sebelum kemudian balik lagi ke 1,000. Nah, ketika terjadi kenaikan dramatis inilah, seorang investor yang sudah memegang saham tersebut di harga 1,000 boleh dikatakan telah memperoleh jackpot.

Contoh Value Stock: Petrosea

Gambar
Beberapa dari anda mungkin sudah mengetahui bahwa Bapak Lo Kheng Hong, investor perorangan paling terkenal di Indonesia, memegang saham Petrosea (PTRO) pada jumlah yang cukup signifikan, yakni 65.9 juta lembar saham atau setara dengan 6.5% total saham beredar perusahaan. Jika LKH membeli PTRO pada harga yang sama dengan harga PTRO saat ini, yakni 1,290 per saham, maka beliau telah menginvestasikan sedikitnya Rp85 milyar pada anak usaha Grup Indika ini. Meski dana tersebut mungkin hanyalah sebagian kecil dari total aset LKH, tapi untuk ukuran investor retail manapun dana sebesar itu jelas tidak bisa disebut sebagai uang receh. Pertanyaannya sekarang, apa bagusnya sih PTRO ini sampai-sampai LKH cukup pede untuk membelinya sebanyak itu?