Postingan

Konsultasi: Buyback Saham, Dividen, dan Pemberitaan Emiten

Gambar
1. Pak Teguh, saya dengar Semen Baturaja (SMBR) melakukan aksi buyback. Itu maksudnya apa sih? Dan apa pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan? Pada tanggal 17 September 2013, manajemen SMBR mengumumkan bahwa jika dibutuhkan, mereka siap untuk melakukan aksi buyback saham alias pembelian kembali saham perusahaan di bursa, dalam rangka menjaga harga sahamnya agar tetap stabil. Keputusan tersebut diambil setelah pada penghujung bulan Agustus 2013, IHSG terkoreksi secara sangat signifikan sementara saham SMBR sendiri turun dari 560 ke 360. Jumlah dana yang disiapkan untuk aksi buyback tersebut adalah maksimal Rp102 milyar, yang diambil dari posisi kas perusahaan (per Kuartal II 2013, SMBR memiliki cash lebih dari Rp1.5 trilyun, hasil dari IPO-nya).

Outlook IHSG di Tahun 2014 (Forum)

Dear investor dan juga kawan-kawan trader, berhubung sekarang sudah akhir tahun, melalui forum ini penulis mengajak anda untuk berbagi analisis, opini, serta pandangan tentang bagaimana outlook pasar di tahun 2014, baik itu dilihat dari sisi fundamental, teknikal, perkembangan ekonomi makro nasional, dan lain-lain. Anda bisa menuliskan analisis anda melalui kolom komentar dibawah, jangan lupa sebutkan nama, atau minimal nickname  anda dibawahnya. Anda juga boleh mengomentari analisis yang dibuat oleh teman yang lain, tentunya dengan bahasa yang baik. Tujuan penulis membuat forum ini adalah agar analisis yang anda paparkan bisa menjadi pencerahan bagi kawan-kawan investor/trader lainnya.

Mengenal Saham-Saham 'Jackpot'

Gambar
Sekitar dua tahun terakhir ini penulis menemukan fakta menarik di pasar, dimana ada beberapa saham yang secara fundamental bagus, valuasinya juga wajar atau bahkan murah, namun pergerakannya terkesan sangat lamban. Dalam beberapa bulan, saham-saham ini terkadang hanya mondar mandir disitu-situ saja, misalnya jika pada awal Januari dia berada di posisi 1,000, maka pada akhir Juni dia masih di posisi 1,000-an tersebut. Tapi pada waktu-waktu lainnya saham ini seringkali tiba-tiba saja naik signifikan, mungkin sampai 2,000 atau 2,500 hanya dalam satu atau dua bulan, sebelum kemudian balik lagi ke 1,000. Nah, ketika terjadi kenaikan dramatis inilah, seorang investor yang sudah memegang saham tersebut di harga 1,000 boleh dikatakan telah memperoleh jackpot.

Contoh Value Stock: Petrosea

Gambar
Beberapa dari anda mungkin sudah mengetahui bahwa Bapak Lo Kheng Hong, investor perorangan paling terkenal di Indonesia, memegang saham Petrosea (PTRO) pada jumlah yang cukup signifikan, yakni 65.9 juta lembar saham atau setara dengan 6.5% total saham beredar perusahaan. Jika LKH membeli PTRO pada harga yang sama dengan harga PTRO saat ini, yakni 1,290 per saham, maka beliau telah menginvestasikan sedikitnya Rp85 milyar pada anak usaha Grup Indika ini. Meski dana tersebut mungkin hanyalah sebagian kecil dari total aset LKH, tapi untuk ukuran investor retail manapun dana sebesar itu jelas tidak bisa disebut sebagai uang receh. Pertanyaannya sekarang, apa bagusnya sih PTRO ini sampai-sampai LKH cukup pede untuk membelinya sebanyak itu?

Apa Itu Tapering? Dampaknya ke Indonesia?

Gambar
Bulan Desember ini mungkin menjadi ‘bulan harap-harap cemas’ bagi para investor dan trader (meski bagi investor tertentu, mereka cemas setiap bulan, setiap hari), karena terdapat banyak isu yang dikhawatirkan bakal menyebabkan IHSG rontok lagi, padahal posisi IHSG sendiri sudah sangat rendah. Salah satu isu tersebut adalah masalah tapering, dan memang soal tapering itulah yang akan kita bahas di artikel kali ini.

Seminar Lo Kheng Hong

Gambar
Dear investor, berikut ini adalah rekaman suara Bapak Lo Kheng Hong ketika beliau mengisi seminar di acara Investor Summit & Capital Market Expo 2013 di Jakarta, hari Kamis tanggal 28 September 2013 kemarin. Tidak banyak yang ia sampaikan dalam kesempatan seminar tersebut, namun penulis kira apa yang beliau sampaikan tetap bermanfaat khususnya bagi kita semua para investor di pasar saham. Oke, langsung saja.

Tempo Scan Pacific

Gambar
Dari sisi kualitas fundamental, Tempo Scan Pacific (TSPC) sebenarnya tidak kalah bagusnya dibanding Kalbe Farma (KLBF), namun saham perusahaan milik Grup Tempo ini tidak begitu likuid. However, ketidak likuidannya tersebut turut menyebabkan valuasi TSPC ini menjadi lebih murah dari KLBF, dan saham ini mungkin menjadi menarik untuk diperhatikan setelah turun terus belakangan ini, total penurunannya hampir 30% dalam enam bulan terakhir. Meski BEI kini dipenuhi oleh cukup banyak saham-saham undervalue, namun TSPC mungkin juga menarik untuk diperhatikan mengingat jenis sektornya yang aman dari sentimen negatif, dan pergerakan sahamnya juga tidak begitu dipengaruhi oleh fluktuasi IHSG yang hingga saat ini masih bearish (beta-nya kurang dari 1).

Seminar Nilai Intrinsik

Gambar
Dear investor, penulis menyelenggarakan seminar edukasi saham di Jakarta, dengan tema menghitung nilai intrinsik/harga wajar saham. Berikut keterangan selengkapnya:

Prospek IPO Sido Muncul

Gambar
IPO dari PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (Sido Muncul) mungkin menarik untuk diperhatikan tidak hanya karena nama besar perusahaannya, tapi juga karena sektornya yang sangat menarik yakni sektor farmasi (obat-obatan) jenis herbal, atau yang biasa disebut dengan jamu. Seperti yang kita ketahui, sektor farmasi adalah salah satu sektor yang paling menguntungkan di Indonesia, dan Sido Muncul sepertinya juga merupakan salah satu perusahaan terbaik di sektor ini. Pada tahun penuh 2012, perusahaan mencatat laba bersih Rp388 milyar, yang mencerminkan return on asset (ROA) 18.0%. Untuk perbandingan, pada periode yang sama, Kalbe Farma (KLBF) yang notabene merupakan perusahaan farmasi terbaik di BEI, juga mencatatkan ROA 18.8%.

Kenapa Harus Takut sama Asing?

Gambar
Minggu lalu, tepatnya pada hari Selasa tanggal 12 November, Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan BI Rate menjadi 7.50%, dan keputusan tersebut segera direspon negatif oleh pasar. Pada hari selasa tersebut dan disusul keesokan harinya, IHSG turun hingga total kembali ke level 4,200-an, dimana tekanan terbesar dialami oleh saham-saham perbankan dan properti, yang diperkirakan akan terkena imbas langsung dari kenaikan BI Rate tersebut. Ketika artikel ini ditulis IHSG sudah mulai naik lagi ke posisi 4,366, namun masih belum kembali ke posisi sebelum turun.