Postingan

Belajar dari Li Ka-shing

Gambar
Ketika artikel ini ditulis, penulis sedang berada di Hong Kong, untuk bertemu dan makan siang dengan Li Ka-shing . Well, just kidding, saya cuma bisa berkunjung ke lobby gedung kantornya saja yakni Cheung Kong Center, untuk kemudian duduk-duduk manja di taman di belakang gedung. CK Center, yang berlokasi di daerah Central, Hong Kong, merupakan kantor pusat dari CK Hutchison Holdings , perusahaan investasi milik Mr. Li, yang kalau penulis sendiri menyebutnya sebagai Berkshire Hathaway-nya Asia, karena cara kerjanya sangat mirip: CK Hutchison selalu membeli aset-aset bagus pada harga murah, dimana jika aset tersebut tidak dijual kembali beberapa waktu kemudian pada harga yang jauh lebih tinggi, maka tetap dipegang sebagai cash machine . Per akhir tahun 2016, CK Hutchison memiliki aset bersih HK$ 544 milyar, atau setara Rp925 trilyun. Mr. Li sendiri, menurut Forbes, memiliki kekayaan sekitar US$ 33.6 milyar atau setara Rp443 trilyun, yang menjadikannya sebagai salah satu orang terkaya di

Logindo Samudramakmur

Gambar
Logindo Samudramakmur (LEAD) membukukan rugi bersih US$ 4.7 juta hingga Kuartal II 2017, dan dilihat dari sini saja maka praktis sahamnya tidak layak invest. Namun demikian dalam sebulan terakhir, LEAD justru naik banyak dari 65 hingga sekarang sudah tembus diatas 100, sehingga dia menjadi satu dari beberapa saham yang sukses terbang ketika sebagian besar saham-saham lainnya bertumbangan dalam beberapa bulan terakhir, tapi disisi lain valuasinya masih sangat rendah dengan PBV hanya sekitar 0.2 kali. So, ini peluang apa bukan?

Asing Jualan Terus?

Gambar
Hingga Selasa kemarin, 12 September 2017, investor asing masih saja jualan hingga posisi net buy asing sejak awal tahun, yang sebelumnya sempat hampir tembus Rp20 trilyun pada April lalu, sekarang sudah minus alias net sell, tepatnya minus Rp7 trilyun. Penulis pun menerima banyak pertanyaan, kenapa asing terus keluar? Tapi yang terpenting disini sebenarnya bukan soal kenapa mereka keluar, melainkan: Bagaimana dampak dari keluarnya asing terhadap pasar? Dan bagaimana strategi investasi yang paling tepat dalam situasi pasar seperti sekarang ini? Perbandingan nilai transaksi asing vs domestik hingga 12 September 2017. Perhatikan bahwa investor domestik sekarang ini menguasai 64% volume transaksi di bursa (biasanya hanya 50 - 55%).

Mengatasi Rasa Takut dalam Berinvestasi

Gambar
Salah satu musuh terbesar investor dalam berinvestasi saham adalah timbulnya rasa takut, entah itu ketika akan mulai berinvestasi/membuka rekening di sekuritas, atau ketika membeli/meng-hold saham sendiri, dimana sumber ketakutan itu hanya satu: Takut rugi , dan takut kehilangan uang. Bahkan lebih dari itu: Ketika anda beli saham di harga 1,000, kemudian dia naik ke 1,200 (sehingga anda untung 20%), maka tetap saja anda akan takut kalau-kalau sahamnya nanti turun lagi, sehingga untung 20% tersebut akan hilang lagi. Jadi meski posisi anda sebenarnya tidak rugi, tapi anda tetap takut kalau-kalau keuntungan yang sudah diperoleh sebelumnya akan hilang.

Bumi Resources: Penyelesaian Perpanjangan Jatuh Tempo Utang

Gambar
Pagi ini, Bumi Resources (BUMI) merilis pengumuman di website BEI dengan judul ‘Penukaran Utang Yang Terdiri Dari Sejumlah Pinjaman Tertentu yang Diberikan Kepada Perseroan’. Seorang teman yang membaca pengumuman tersebut langsung kaget: Bukannya masalah utang BUMI udah clear semua melalui right issue-nya kemarin? Jadi utang apa lagi ini??

Prospek Batubara: Update Kuartal II 2017

Gambar
Salah satu kesulitan dalam berinvestasi di saham-saham komoditas, entah itu minyak, batubara, hingga CPO, adalah kita sebagai investor tidak akan memiliki gambaran soal apakah harga minyak kedepannya bakal naik atau turun. Maksud penulis adalah, kita juga memang tidak bisa memprediksi naik turunnya harga saham, tapi naik turunnya harga komoditas, itu lebih tidak bisa diprediksi lagi . Contohnya, meski kita tidak tahu apakah besok-besok saham Astra International (ASII) bakal naik atau turun, tapi penulis cukup pede untuk mengatakan bahwa bahkan kalaupun terjadi force majeure ataupun IHSG drop, tapi ASII gak akan turun sampai dibawah 5,000.

Antara Investor Saham, dan Pahlawan Kemerdekaan

Gambar
Sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Sudirman , yang ketika itu merupakan komandan PETA (pembela tanah air, organisasi militer bentukan Pemerintah Imperial Jepang di Indonesia), bergegas ke Jakarta untuk menemui Presiden Sukarno, untuk menyatakan dukungannya terhadap Negara Republik Indonesia (RI) yang baru berdiri. Pada tanggal 5 Oktober, Pemerintah RI mendirikan Tentara Keamanan Rakjat (TKR) yang menjadi cikal bakal TNI, dan pada tanggal 12 November, para anggota TKR melakukan general meeting pertama untuk memilih siapa yang akan menjadi pimpinan tertinggi/panglima. Sudirman, yang ketika itu baru berusia 29 tahun, terpilih sebagai pimpinan militer, dengan pangkat kolonel.

PGAS, dan Rencana Penurunan Harga Gas

Gambar
Hingga hari ini, Kamis, 10 Agustus, Perusahaan Gas Negara (PGAS) masih belum merilis laporan keuangan Kuartal II 2017 dikarenakan adanya limited review. Namun jika kita melihat kinerja perusahaan di Kuartal I, dimana labanya masih turun tipis 3.8%, maka PGAS merupakan satu dari dua perusahaan besar di BEI (satunya lagi SMGR) yang kinerjanya masih belum pulih sejak Indonesia mengalami titik terendah perlambatan ekonominya pada tahun 2015 lalu. Dilihat dari sini saja maka wajar jika dalam dua tahun terakhir, saham PGAS ketinggalan jauh dibanding saham-saham blue chip lainnya. Namun demikian kinerja PGAS sebenarnya tidak seburuk itu juga, dan perusahaan tidak memiliki problem spesifik terkait operasional, GCG , maupun industri gas itu sendiri.

Prospek Saham-Saham Konstruksi: Update

Gambar
Pada Desember 2016 lalu, penulis menyampaikan bahwa salah satu sektor yang mungkin bakal ‘naik panggung’ di tahun 2017 ini adalah sektor konstruksi, ketika itu dengan inti analisa sebagai berikut: 1. Saham-saham konstruksi belum naik banyak sepanjang tahun 2016, sehingga valuasinya relatif masih rendah, 2. Kinerja fundamental serta prospeknya masih bagus seiring dengan realisasi percepatan pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah, dan 3. Penyebab belum ‘jalannya’ saham-saham konstruksi adalah karena faktor kurang stabilnya kondisi politik nasional menjelang Pilkada DKI Jakarta ketika itu, tapi penulis termasuk yang percaya bahwa isu politik ini nantinya akan mereda dengan sendirinya. Anda bisa baca lagi analisanya disini .

Klarifikasi: Rivan Kurniawan, Final

Melanjutkan klarifikasi kemarin (kalo belum tau ceritanya, boleh baca lagi disini ), berikut adalah email permohonan maaf yang ditulis Pak Rivan secara langsung kepada penulis: Dear Pak Teguh Hidayat