Postingan

Tempo Scan Pacific

Gambar
Dari sisi kualitas fundamental, Tempo Scan Pacific (TSPC) sebenarnya tidak kalah bagusnya dibanding Kalbe Farma (KLBF), namun saham perusahaan milik Grup Tempo ini tidak begitu likuid. However, ketidak likuidannya tersebut turut menyebabkan valuasi TSPC ini menjadi lebih murah dari KLBF, dan saham ini mungkin menjadi menarik untuk diperhatikan setelah turun terus belakangan ini, total penurunannya hampir 30% dalam enam bulan terakhir. Meski BEI kini dipenuhi oleh cukup banyak saham-saham undervalue, namun TSPC mungkin juga menarik untuk diperhatikan mengingat jenis sektornya yang aman dari sentimen negatif, dan pergerakan sahamnya juga tidak begitu dipengaruhi oleh fluktuasi IHSG yang hingga saat ini masih bearish (beta-nya kurang dari 1).

Seminar Nilai Intrinsik

Gambar
Dear investor, penulis menyelenggarakan seminar edukasi saham di Jakarta, dengan tema menghitung nilai intrinsik/harga wajar saham. Berikut keterangan selengkapnya:

Prospek IPO Sido Muncul

Gambar
IPO dari PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (Sido Muncul) mungkin menarik untuk diperhatikan tidak hanya karena nama besar perusahaannya, tapi juga karena sektornya yang sangat menarik yakni sektor farmasi (obat-obatan) jenis herbal, atau yang biasa disebut dengan jamu. Seperti yang kita ketahui, sektor farmasi adalah salah satu sektor yang paling menguntungkan di Indonesia, dan Sido Muncul sepertinya juga merupakan salah satu perusahaan terbaik di sektor ini. Pada tahun penuh 2012, perusahaan mencatat laba bersih Rp388 milyar, yang mencerminkan return on asset (ROA) 18.0%. Untuk perbandingan, pada periode yang sama, Kalbe Farma (KLBF) yang notabene merupakan perusahaan farmasi terbaik di BEI, juga mencatatkan ROA 18.8%.

Kenapa Harus Takut sama Asing?

Gambar
Minggu lalu, tepatnya pada hari Selasa tanggal 12 November, Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan BI Rate menjadi 7.50%, dan keputusan tersebut segera direspon negatif oleh pasar. Pada hari selasa tersebut dan disusul keesokan harinya, IHSG turun hingga total kembali ke level 4,200-an, dimana tekanan terbesar dialami oleh saham-saham perbankan dan properti, yang diperkirakan akan terkena imbas langsung dari kenaikan BI Rate tersebut. Ketika artikel ini ditulis IHSG sudah mulai naik lagi ke posisi 4,366, namun masih belum kembali ke posisi sebelum turun.

Gading Development

Gambar
Pasar boleh saja tidak bersahabat dengan saham-saham di sektor properti dan konstruksi, beberapa bulan terakhir ini. Tapi apa yang dialami saham Gading Development (GAMA) benar-benar merupakan special case . Setelah pada Juni – Agustus lalu sama sekali tidak tersentuh oleh koreksi IHSG maupun koreksi pada sektor properti itu sendiri, namun hanya dalam hitungan dua minggu terakhir, saham ini langsung turun dari posisi 500.. sampai posisi 90! Dengan demikian bagi siapapun yang memegang GAMA ini di harga 500 dan masih memegangnya sampai sekarang, maka dia sudah mengalami potential loss 81.2%.

Pelemahan Rupiah, dan Pengaruhnya Terhadap Emiten Properti

Gambar
Kalau melihat nature bisnisnya, fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, dalam hal ini US Dollar, sebenarnya tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan/emiten properti mengingat mereka memperoleh pendapatannya dalam mata uang Rupiah, dan membayar biaya-biaya seperti biaya kontraktor atau biaya pembelian lahan dalam mata uang Rupiah juga (beberapa perusahaan properti ada juga yang impor bahan bangunan, tapi nilainya biasanya kecil). Tapi ceritanya jadi lain jika perusahaan yang bersangkutan memiliki utang dalam mata uang Dollar, dimana nilai beban bunga yang harus dibayarkan maupun nilai pokok utang itu sendiri menjadi sangat dipengaruhi oleh naik turunnya nilai Rupiah terhadap Dollar.

Siapa Layak Jadi Presiden?

Gambar
Cerita pendek dibawah ini sebenarnya nggak ada hubungannya sama sekali dengan investasi saham dan segala tetek bengeknya, dan cerita ini juga bukan karangan penulis, melainkan hasil nemu di internet. Namun berhubung cerita ini sangat menarik sekaligus mungkin menuai kontroversi, maka penulis sengaja menampilkannya disini. Here we go.

PGAS, dan Kebijakan Open Access

Gambar
Perusahaan Gas Negara (PGAS) melaporkan kenaikan laba bersih sebesar 4.0% pada periode Sembilan Bulan 2013, dan secara umum kinerjanya pada periode tersebut masih bisa dikatakan sangat baik. Namun yang menarik untuk dicermati terkait perusahaan BUMN ini mungkin bukan terkait kinerjanya tersebut. Beberapa hari lalu beredar berita di media bahwa Pemerintah melalui BPH Migas akan memberlakukan kebijakan open access , dimana seluruh infrastruktur gas, dalam hal ini pipa-pipa gas yang ada di Indonesia nantinya akan bisa digunakan oleh semua pihak, tidak hanya PGAS.

Bank BJB

Gambar
Bank BJB (BJBR) menjadi salah satu dari beberapa emiten perbankan yang sudah merilis laporan keuangan (LK) untuk periode Kuartal III 2013. Dan seperti umumnya emiten lain yang merilis LK-nya lebih awal, kinerja BJBR terbilang cukup baik (Yap, jika anda perhatikan, emiten-emiten yang merilis LK-nya lebih awal memang biasanya mencatat kinerja bagus, meski nggak selalu. Sementara yang merilis LK-nya belakangan, seperti emiten-emiten Grup Bakrie, kinerjanya hampir selalu amburadul). Namun mungkin, poin yang membuat saham ini menarik bukan hanya soal kinerjanya tersebut.

Program Perlindungan Investor

Gambar
Di Indonesia, jumlah investor di pasar saham masih sangat sedikit, yakni belum ada 1% dari total populasi penduduk. Hal ini sangat berbeda dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, dimana 12 dan 36% penduduknya (data tahun 2011, sekarang mungkin udah naik lagi) sudah mengenal saham. Salah satu penyebab minimnya partisipasi masyarakat dalam berinvestasi di saham, kalau menurut banyak pihak, adalah karena masih kurangnya sosialisasi dan edukasi tentang saham itu sendiri. Sebenarnya diluar sana terdapat banyak orang-orang yang tertarik untuk masuk ke bursa, namun mereka enggan untuk membuka rekening karena memang masih belum mengerti.