Postingan

Price Earning Ratio dan Price to Book Value

Gambar
Price Earning Ratio (PER) adalah salah satu ukuran paling dasar dalam analisis saham secara fundamental. Secara mudahnya, PER adalah ‘ perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan’ , dimana harga saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun. Karena yang menjadi fokus perhitungannya adalah laba bersih yang telah dihasilkan perusahaan, maka dengan mengetahui PER sebuah emiten, kita bisa mengetahui apakah harga sebuah saham tergolong wajar atau tidak secara real dan bukannya secara future alias perkiraan. Oke, kita langsung saja.

Bank BRI

Gambar
Bank Rakyat Indonesia atau lebih akrab disebut Bank BRI (BBRI) merupakan bank terbesar kedua di Indonesia pada saat ini jika dilihat dari ukuran asetnya. Posisi tersebut baru saja diperoleh pada 1Q10 kemarin. Pada akhir 2009 lalu, BRI masih merupakan bank terbesar ketiga di Indonesia setelah Bank Mandiri dan BCA. Memangnya kinerja BRI pada 1Q10 ini sangat baik? Sangat baik sih nggak, tapi bisa disebut cukup baik. Mari kita cek.

BHIT: The Next BUMI?

Gambar
Kemarin beredar kabar bahwa BHIT akan dikerek bandar ke posisi 200, karena perusahaan akan segera merampungkan akuisisi perusahaan tambang. Well, saya cuma bisa mengatakan: satu lagi kabar yang tidak jelas dan belum dapat dipastikan kebenarannya dari BHIT. Memang sih, kalau sahamnya dikerek bandar maka BHIT bisa saja kembali ke posisi 200, tapi itu jika beneran dikerek.

Moving Average

Gambar
Karena market tampaknya lagi nggak bersahabat, mending kita luangkan waktu kita untuk belajar sedikit daripada stress mantengin harga saham terus. Kali ini saya akan membahas mengenai moving average, salah satu teknik dasar dalam analisis teknikal untuk mengetahui apakah harga sebuah saham peluangnya lebih besar untuk menguat, atau melemah. Ya ya... Saya memang seorang analis fundamental, tapi tentu saja saya juga ngerti analisis teknikal meskipun cuma dikit-dikit hehe...

May Effect: The Results

Gambar
IHSG diprediksi akan rebound 1-2% pada Senin ini, karena penurunan pada jumat kemarin sudah merupakan kali ketiga dalam seminggu terakhir. Dan sejauh ini prediksi tersebut masih akurat. Saat artikel ditulis, IHSG sudah naik 1.13% ke posisi 2,653. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa posisi IHSG di 2,623 pada penutupan jumat kemarin, sejauh ini merupakan posisi terendah IHSG sejak terjadinya terjadinya koreksi bulan Mei. Kemudian pertanyaannya, jika posisi terendah jumat kemarin dibandingkan dengan posisi puncak IHSG pada 30 April lalu, saham-saham apa saja yang sudah turun paling banyak sepanjang bulan Mei ini? Dan apa penyebabnya?

Wake Up! It's Still May!

Gambar
Jumat sore ini mungkin menjadi mimpi buruk bagi sebagian dari anda. IHSG ditutup turun 2.64%, dan ini sudah ketiga kalinya sejak rabu. Secara keseluruhan, IHSG telah turun 8.23% dalam seminggu terakhir. Anda semua tentu sudah tahu siapa biang kerok dari semua ini: Melemahnya pasar global. Ketika indeks-indeks bursa dunia melemah, maka meski kondisi politik dan ekonomi kita lagi adem ayem, IHSG mau tak mau tetap ikut terseret kebawah. Lantas, seburuk apakah sebenarnya kondisi pasar global saat ini?

Black Thursday

Gambar
Ketika Agus Martowardojo semalam secara resmi diumumkan sebagai Menkeu pengganti Mbak Sri, media langsung merespon dengan menulis bahwa penunjukkan ini kemungkinan besar akan membuat pasar saham kembali naik pada hari kamis ini. Sebab, Mr. Agus dinilai sebagai figur yang tepat, bla bla bla... Namun faktanya, hari ini IHSG kembali ditutup turun, meski tidak sebesar kemarin karena hanya 1.29%. Ada apa ini?

Kalbe Farma

Gambar
Kalbe Farma (KLBF) adalah salah satu perusahaan farmasi/obat-obatan terbesar di Indonesia. Sebagai perusahaan yang bergerak di bisnis consumer goods yang sangat prospektif, maka KLBF menjanjikan keuntungan yang besar setiap tahunnya. Dan besarnya keuntungan tersebut masih berlanjut hingga kini. Pada 1Q10, laba bersih KLBF naik 20.4% dibanding 1Q09.

Medco Energi

Gambar
Medco Energi Internasional (MEDC) adalah salah satu emiten yang paling populer di IDX. Bukan karena kinerjanya bagus-bagus amat, tapi karena perusahaan ini gemar ngomong (atau berpromosi) ke media. Jika anda sering baca-baca koran, maka berita tentang MEDC ini hampir ditampilkan setiap hari, atau minimal seminggu 2-3 kali. Dalam 24 jam terakhir saja, MEDC sudah mengeluarkan 3 berita, padahal rata-rata beritanya ga terlalu penting. Tak heran kalau pergerakan sahamnya di bursa menjadi sangat fluktuatif. Lalu bagaimana prospek saham ini kalau untuk long term?

Unilever Indonesia

Gambar
Di IDX, perusahaan yang bisa mencetak penjualan setara atau sedikit diatas nilai asetnya, jumlahnya hanya beberapa. Namun Unilever Indonesia (UNVR) mampu mencatat nilai penjualan minimal dua kali nilai asetnya, dan catatan itu secara konsisten dihasilkan setiap tahunnya sejak 2004, tanpa pernah sedikitpun menurun! Dan kinerja yang luar biasa tersebut berlanjut hingga kini. Pada 1Q10, UNVR mencatat penjualan Rp 5.0 trilyun, yang jika di-annualized-kan menjadi Rp 19.9 trilyun. Berapa nilai aset UNVR? Cuma 8.6 trilyun.