Membedah Aksi Korporasi Unilever Yang Bikin Sahamnya Terbang 75%

PT Unilever Indonesia, Tbk (UNVR) sudah merilis laporan keuangan (LK) Q1 2025 dimana labanya tercatat Rp1.2 triliun, turun -14.6% dibanding periode yang sama tahun 2024, sehingga dengan demikian trend penurunan kinerja perusahaan masih berlanjut sampai hari ini. Namun demikian ketika LKnya rilis pada Kamis, 24 April, saham UNVR justru naik dari 1,425 ke 1,495, dan besoknya bahkan lompat 17% ke posisi 1,750. Pertanyaannya, bagaimana bisa? Dan apakah UNVR masih akan naik lagi kedepannya?

***

Ebook Investment Planning berisi kumpulan 30 analisa saham pilihan edisi Q1 2025 akan terbit tanggal 8 Mei, dan sudah bisa dipesan disini. Tersedia diskon bagi yang memesan sebelum tanggal 8 Mei, serta gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio langsung dengan penulis.

***

Untuk menjawab itu maka mari kita review lagi perusahaannya dari awal, and here we go.

Unilever Indonesia, seperti yang terakhir kita bahas disini, sudah sejak tahun 2019 lalu mengalami penurunan kinerja pendapatan dan juga laba bersih, saban tahun, sehingga tidak heran jika sahamnya juga terus turun sejak tahun 2019 tersebut sampai sekarang. Dan sayangnya sampai dengan Q1 2025 kemarin maka seperti disebut di atas, laba bersih UNVR ternyata masih kembali turun. Di sisi lain faktor eksternal berupa koreksi pasar/penurunan IHSG sejak bulan September 2024 lalu sampai sekarang menyebabkan saham UNVR, yang sejak awal sudah drop sangat signifikan dari 8,000 di tahun 2020 lalu sampai ke rentang 2,500 – 3,000 pada awal 2024, setelah itu turun lebih rendah lagi hingga sempat sesaat tembus di bawah 1,000, awal Maret 2025 kemarin. Nah tapi setelah awal Maret itulah, UNVR berbalik naik hingga tiba-tiba saja sekarang dia sudah di 1,750 lagi, aka lompat 75% dalam waktu tidak sampai dua bulan! Dan kenaikan itu terjadi ketika pasar belum benar-benar pulih/IHSG baru naik sedikit saja.

Jadi sekali lagi pertanyaannya, kok bisa? Apalagi barusan laba UNVR masih kembali turun di LK Q1 2025-nya? Well, penulis kira jawabannya ada dua faktor.

Pertama, terlepas dari perkembangan kinerjanya, namun saham UNVR kemarin itu sudah turun hingga ke level dimana valuasinya menjadi benar-benar murah, bahkan jika dibandingkan dengan ‘saham-saham normal’ di Bursa Efek Indonesia (BEI). Yep, seperti yang kita ketahui, valuasi UNVR di masa lalu (sebelum tahun 2019), adalah yang termahal di BEI dengan price to earnings ratio (PER) mencapai 40 atau bahkan 50x, tapi itu selaras dengan kinerja fundamental perusahaan yang teramat sangat bagus dengan ROE konsisten 100 – 140% per tahun, kinerja labanya yang terus naik dari tahun ke tahun (sampai tahun 2019), serta tingginya reputasi/popularitas brand ‘Unilever’ itu sendiri. However karena memasuki tahun 2020 laba UNVR berbalik turun, dan terus turun setiap tahun tanpa terkecuali, maka jadilah investor tidak lagi menghargai sahamnya setinggi itu, dan alhasil sahamnya terus turun sampai kemarin mentok di 1,000.

Nah, tapi sekarang coba kita cek lagi: Berapa valuasi UNVR di harga saham 1,000 tersebut? Dan ternyata, berdasarkan laba bersihnya di Q1 2025 barusan, PER-nya tinggal 7.7 kali! Dan dengan dividend yield yang juga sangat tinggi yakni 14%, berdasarkan dividen UNVR untuk tahun buku 2023 sebesar total Rp140 per saham. Sebagai perbandingan, PER dari saham consumer besar lainnya seperti Mayora Indah (MYOR), Sido Muncul (SIDO), dan Indofood CBP (ICBP) semuanya diatas 15x, dengan dividend yield yang juga hanya di kisaran 3 – 6%. Intinya, betul kinerja UNVR masih turun. Tapi dengan ROE yang notabene masih mencapai 146%, aka masih jauh diatas ketiga peers-nya di atas, maka jelas PER yang hanya 7.7x itu sudah murah, murah banget malah.

Unilever Tahun ini Bakal Profit Jumbo

Lalu kedua, dan untuk ini penulis juga sayangnya baru notice sekarang: UNVR pada Januari 2025 lalu memperoleh persetujuan dari pemegang saham untuk menjual unit usaha es krim-nya ke pihak berelasi dengan nama PT The Magnum Ice Cream Indonesia, yang juga merupakan anak usaha Unilever Plc sebagai ultimate shareholder dari UNVR, untuk tujuan restrukturisasi di mana UNVR kedepannya akan fokus ke semua usaha consumer goods-nya diluar usaha es krim. Meski demikian yang menarik disini bukan soal restrukturisasi tersebut. Melainkan, UNVR akan menjual aset usaha es krimnya, yang di laporan keuangannya per 30 September 2024 tercatat senilai Rp386 miliar.. pada harga Rp7 triliun, tunai!

Nah! Jadi bisa dibayangkan berapa laba bersih yang akan dicatat oleh UNVR dari penjualan aset es krimnya tersebut, ketika nanti proses penjualannya selesai diproses. Dan memang di keterbukaan informasi yang dirilis manajamen, detail efek transaksi ini terhadap kinerja laporan keuangan UNVR, dihitung sejak Q3 2024, adalah sebagai berikut:

  1. Laba bersih akan naik sebesar Rp3.5 triliun, sudah termasuk dikurangi potensi laba bersih dari usaha es krim itu sendiri, yang tidak lagi dimiliki oleh UNVR, sebesar Rp261 miliar
  2. Total aset akan naik sebesar Rp5.2 triliun
  3. Liabilitas akan naik sebesar Rp691 miliar
  4. Ekuitas akan naik sebesar Rp4.5 triliun
  5. Kas dan setara kas akan naik sebesar Rp7.7 triliun.

Ilustrasi produk es krim milik Unilever

Sehingga, meski betul bahwa ketika nanti transaksinya tuntas, kinerja laba bersih UNVR akan turun karena perusahaan tidak lagi memegang usaha es krimnya, tapi di sisi lain perusahaan akan terima keuntungan penjualan aset yang amat sangat besar/laba bersihnya akan naik sangat tinggi. Dan lebih dari itu: Perusahaan berencana untuk seperti biasa menggunakan seluruh laba bersihnya, termasuk laba dari penjualan aset es krim-nya tersebut, untuk membayar dividen ke pemegang saham. Jadi katakanlah di sepanjang tahun 2025 ini, UNVR akan mencetak laba bersih Rp4.9 triliun (berdasarkan labanya di Q1 2024 disetahunkan), atau biar konservatif kita turunkan menjadi Rp4.5 triliun. Maka setelah ditambah laba hasil penjualan aset es krim senilai Rp3.5 triliun, totalnya jadi Rp8.0 triliun. Dibagi 38.2 miliar lembar saham, maka dividennya untuk tahun buku 2025 ini akan mencapai.. Rp210 per saham. Thereforebahkan kalau kita pakai harga saham UNVR yang sudah naik ke level saat ini yakni 1,750, maka dividend yield-nya tercatat 12%, alias masih terhitung tinggi.

Okay, jadi sekarang kita ke pertanyaan pentingnya: Apakah UNVR masih bisa lanjut naik lagi? Bolehkah saya beli/average down sahamnya sekarang? Nah, untuk menjawab itu maka ada beberapa hal penting lagi yang harus diperhatikan. Pertama, perkiraan dividen yang Rp210 per saham tersebut baru akan dibayar 2026 nanti, alias tahun depan, dalam hal ini dengan asumsi proses transaksi penjualan aset es krim-nya di atas berjalan lancar. Jadi sebelum itu bisa saja UNVR turun dulu, misalnya jika besok-besok IHSG kumat (baca: jeblok) lagi. Kedua, meski seperti disebut di atas, valuasi UNVR terhitung sangat murah ketika kemarin sahamnya masih di level 1,000, tapi dengan sekarang dia sudah naik ke 1,750 maka PER-nya juga ikut naik menjadi 13.5x, yang mana gak bisa disebut murah lagi. Dan betul, PER itu bisa turun lagi ketika nanti UNVR membukukan lompatan laba bersih hasil dari penjualan aset es krimnya, tapi ingat bahwa lompatan tersebut berasal dari one time revenue. Sehingga investor pada saat itu kemungkinan tidak akan menganggap bahwa UNVR jadi murah lagi hanya karena PER-nya turun, karena mereka tahu persis kenapa PER tersebut turun.

Dan terakhir ketiga, terlepas dari valuasinya serta aksi korporasi penjualan aset di atas, namun ingat sekali lagi bahwa trend kinerja UNVR sampai dengan Q1 2025 barusan masih turun, dan belum tentu akan berbalik naik hingga akhir tahun 2025 nanti, dalam hal ini jika kita melihat laba bersih hasil operasionalnya, bukan hasil penjualan aset di atas. Kemudian ingat pula bahwa dalam jangka panjangnya kinerja pendapatan dan laba bersih UNVR memang akan turun kecuali jika perusahaan memperoleh sumber pendapatan baru untuk menggantikan usaha es krimnya (catatan: Laba dari usaha es krim berkontribusi sekitar 9% terhadap laba UNVR secara keseluruhan). Sayangnya seperti disebut di atas, UNVR tidak akan menggunakan uang hasil penjualan aset es krimnya untuk investasi di usaha baru, melainkan akan menggunakannya untuk bayar dividen.

Simpelnya, meski kenaikan UNVR sebulan kemarin bisa saja berlanjut, dalam hal ini jika ada lebih banyak investor yang sadar bahwa kedepannya perusahaan akan mencatat lonjakan laba bersih serta bayar dividen jumbo, tapi bisa juga kenaikan sahamnya sejauh ini memang sudah selaras atau price in dengan ekspektasi lonjakan laba/dividen jumbo tersebut, dan setelah ini UNVR akan turun lagi. Sehingga kalau anda tertarik maka berikut sarannya: Jangan kejar kereta melainkan tunggu UNVR cooling down, perkiraan hingga ke level 1,300 – 1,400, sembari menunggu update dari perusahaan terkait penjualan aset es krimnya. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang sudah disampaikan di atas, maka penulis tidak melihat bahwa UNVR akan balik lagi ke 1,000, bahkan kalaupun IHSG nyungsep lagi, tapi di sisi lain juga tidak realistis berharap dia akan langsung naik ke katakanlah 2,500, mengingat prospek kinerjanya dalam jangka panjang masih diragukan.

Nah, namun jika anda bisa masuk di harga 1,300 – 1,400 itu tadi, maka terdapat potensi profit sekitar 50% dalam jangka menengah sampai akhir tahun nanti, dengan risiko yang juga terhitung terbatas. Semoga beruntung!

***

Ebook Investment Planning berisi kumpulan 30 analisa saham pilihan edisi Q1 2025 akan terbit tanggal 8 Mei, dan sudah bisa dipesan disini. Tersedia diskon bagi yang memesan sebelum tanggal 8 Mei, serta gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio langsung dengan penulis.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q1 2025 - Terbit 8 Mei 2025

Prospek Saham Adaro Minerals Indonesia (ADMR): Better Than ADRO?

Live Webinar Value Investing in US Stocks, Sabtu 24 Mei 2025

Video Terbaru How to Invest in US Stocks - 2025

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 10 Mei 2025

Prospek Saham BUMN Setelah Pembentukan Danantara

Mengenal Saham Batubara Terbesar, dan Termurah di BEI