Prospek Saham Blue Bird (BIRD): Cocok Untuk Jangka Panjang?

PT Blue Bird, Tbk (BIRD) pada hari Rabu 26 Maret kemarin merilis laporan keuangan periode tahun penuh 2024, dengan hasil yang positif: Ekuitas tumbuh 6.5%, laba bersih naik 29.2%, dengan ROE 10.0%, dan alhasil di hari rabu tersebut sahamnya langsung lompat 6%. Namun demikian jika dihitung sejak enam bulan terakhir, maka seiring koreksi IHSG sejak bulan September lalu sampai sekarang, BIRD secara keseluruhan masih terhitung turun signifikan dari 2,100 hingga hari ini 1,500. Nah, tapi karena secara fundamental dia masih bagus gak ada masalah, maka apakah ini sudah saatnya untuk buy?

Untuk menjawab itu, mari kita pelajari lagi perusahaannya sejak awal.

***

Libur panjang, waktunya belajar saham lagi! Klik disini untuk video seminar saham Indonesia terbaru tahun 2025, dapatkan harga diskon untuk pemesanan hingga maksimal tanggal 7 April 2025.

***

PT Blue Bird, Tbk, seperti yang kita ketahui, merupakan perusahaan taksi konvensional + online tertua dan terbesar di Indonesia. Sejarah perusahaan dimulai ketika tiga bersaudara bernama Purnomo Prawiro, Chandra Suharto, dan Mintarsih, membuka usaha taksi di Jakarta dengan nama ‘Chandra Taksi’ pada tahun 1960-an, menggunakan dua mobil yang mereka miliki. Usaha ini berkembang pesat hingga pada tahun 1972, Chandra Taksi sudah memiliki lebih dari 100 unit taksi, mengantongi izin usaha taksi dari Pemprov DKI Jakarta, dan nama Chandra Taksi itu sendiri diubah menjadi ‘Blue Bird’. Lanjut pada tahun 1985, jumlah armada Blue Bird tembus 2,000 unit, dan pada tahun 1992 perusahaan meluncurkan merk ‘Silver Bird’ sebagai taksi eksekutif dengan armada mobil mewah. Tahun 2001, badan hukum PT Blue Bird akhirnya resmi berdiri, dan Blue Bird pada saat itu sudah merupakan perusahaan taksi dengan kepemilikan armada terbesar di Indonesia, dengan wilayah operasional yang tersebar dari Medan hingga Manado. Dan pada saat itu pula Blue Bird sudah memiliki sejumlah usaha lain diluar taksi reguler namun tetap fokus pada bidang transportasi darat, seperti sewa bus, sewa mobil, pengiriman barang, hingga taksi eksekutif itu tadi.

Oke lanjut. Pada tahun 2012, operasional Blue Bird mulai terganggu oleh kehadiran taksi online Grab dan Gojek, yang berkembang dengan sangat pesat hingga tiba-tiba saja nyaris tidak ada lagi orang yang menggunakan taksi konvensional, dan manajemen merespon situasi tersebut dengan dengan melakukan restrukturisasi yang menghasilkan 15 anak usaha yang fokus di bidangnya masing-masing, lanjut IPO pada tahun 2014, hingga meluncurkan aplikasi taksi online-nya sendiri pada tahun 2016 dengan nama MyBlueBird. Namun semua upaya tersebut gagal, sehingga pada tahun 2017 manajemen mengubah strategi: BIRD berkolaborasi dengan Gojek dimana pelanggan bisa memesan taksi Blue Bird lewat aplikasi Gojek. Strategi kolaborasi ini ternyata sukses dan menjadi titik balik kebangkitan perusahaan, dan alhasil setelah itu BIRD kembali berkolaborasi dengan banyak pihak lain, seperti PT Kereta Api (jasa taksi stasiun), Bandara Soekarno-Hatta (taksi bandara), Traveloka (sewa bus Big Bird), aplikasi DANA (jasa pembayaran digital), dst.

Hingga dua tahun kemudian pada 2019, posisi BIRD sebagai perusahaan taksi sudah kembali stabil, sehingga manajemen kembali berekspansi dengan mengakuisisi Cititrans, sebuah perusahaan travel shuttle, dan mendirikan Caready, sebuah perusahaan lelang mobil. Tahun 2020 – 2022, pandemi menghantam sehingga manajemen tidak melakukan ekspansi tertentu yang signifikan, namun tetap lanjut kolaborasi sana-sini termasuk dengan Bank BCA untuk menyediakan fitur pemesanan taksi Blue Bird di aplikasi BCA Mobile. Lanjut di tahun 2023, BIRD meluncurkan aplikasi All New MyBlueBird, dan BirdMobil.id, sebuah aplikasi layanan jual, beli, dan perawatan mobil bekas. Dan terakhir di 2024, BIRD meluncurkan Cititrans Bus yang melayani rute antar kota di Pulau Jawa, serta Bus Rapid Transit di Medan, Sumatera Utara.

Hingga pada hari ini, BIRD masih kokoh sebagai perusahaan taksi konven-online terbesar di tanah air dengan total 24,200 unit armada taksi reguler, taksi eksekutif, mobil rental, bus, dan shuttle, serta mempekerjakan 26,000 driver, per akhir tahun 2024. Dan meski kinerja perusahaan, seperti kebanyakan perusahaan lain, juga sempat merugi Rp163 miliar di tahun 2020 karena efek pandemi, namun perusahaan dengan cepat bangkit di mana pada tahun 2022 BIRD kembali cetak laba Rp358 miliar, dan di 2024 barusan laba tersebut sudah tembus Rp585 miliar. Menariknya, jumlah armada BIRD sejatinya hanya bertambah sedikit dari 23,400 unit di tahun 2020, hingga seperti disebut di atas menjadi 24,200 unit pada akhir tahun 2024. Namun selama empat tahun tersebut pendapatan perusahaan tetap lompat dari Rp2.0 triliun menjadi Rp5.0 triliun, thanks to sejumlah kolaborasi serta ekspansi itu tadi yang memungkinkan BIRD untuk memperoleh banyak sumber pendapatan baru diluar bisnis taksi itu sendiri, di mana di sepanjang 2024 kemarin tidak kurang 29% pendapatan perusahaan berasal dari bisnis non-taksi. Untuk kedepannya, dengan asumsi manajemen mampu untuk terus berekspansi serta kolaborasi, maka demikian pula pendapatan serta laba bersihnya akan terus tumbuh secara konsisten, terutama karena BIRD pada saat ini praktis memonopoli bisnis taksi konven-online di Indonesia, setelah hampir semua kompetitornya sudah habis digilas taksi online.

Sehingga dari sisi kinerja fundamental serta prospek kedepan, maka BIRD ini jelas menarik. Penulis juga sangat suka dengan manajemen BIRD ini yang jelas merupakan tipe pekerja keras, inovatif, serta mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Ditambah mereka juga konsisten bayar dividen saban tahun kecuali untuk tahun buku 2020 (karena perusahaan di tahun tersebut merugi), terakhir pada bulan Juni 2024 sebesar Rp228 miliar atau Rp91 per saham, setara 50% dari laba bersihnya untuk tahun buku 2023. Jadi dengan asumsi tahun ini BIRD akan kembali membayar dividen sebesar 50% labanya di 2024, maka para pemegang sahamnya akan menerima Rp117 per saham tunai, sekitar bulan Juni nanti.

Jadi pertanyaannya sekarang, bagaimana dengan valuasi sahamnya? Nah, sebenarnya dalam kondisi pasar saham/IHSG yang normal, maka no way saham sebagus BIRD ini dihargai murah, karena dia literally seperti Bank BCA-nya industri taksi konven-online di Indonesia (ingat pula bahwa merk ‘Blue Bird’ masih sangat populer). Tapi karena kita tahu IHSG sekarang ini sedang jatuh, maka jadilah saham BIRD seperti disebut di atas juga ikut turun hingga sekarang tinggal Rp1,500, yang mencerminkan PER 6.4x dan PBV 0.6x, serta dividend yield 8% dengan asumsi perusahaan akan bayar dividen Rp117 itu tadi, which is clearly undervalued. Sehingga kalau kita anggap harga wajar BIRD ini di PER konservatif 10x, maka targetnya adalah di sekitar Rp2,200 – 2,400. Tinggal tunggu pasarnya pulih/IHSG naik saja, maka BIRD juga akan segera naik kesitu, atau minimal balik dulu ke Rp2,000 deh.

Tinggal sekarang soal risikonya, dan kata kuncinya ya itu tadi: BIRD kemungkinan baru akan naik jika IHSG pulih, di mana sejak awal sahamnya bisa turun sampai serendah ini juga memang karena imbas dari penurunan IHSG. Jadi jika IHSG besok-besok masih lanjut turun karena asing terus keluar dari Bursa Efek Indonesia, maka BIRD kemungkinan tetap akan sulit untuk naik, tak peduli meski perusahaan kembali membukukan pertumbuhan kinerja di 2025 ini. Nah, tapi terlepas dari itu maka kalau dari BIRD-nya sendiri tidak ada risiko signifikan tertentu, sehingga jika anda juga setuju bahwa sahamnya cocok untuk jangka panjang maka boleh cicil beli saja dari sekarang, semakin rendah harganya semakin baik, lalu lihat nanti hasilnya dalam waktu lima tahun ke depan.

***

Ebook Investment Planning berisi kumpulan 30 analisa saham pilihan edisi Q4 2024 sudah terbit! Dan sudah bisa dipesan disini. Tersedia diskon selama IHSG masih dibawah 7,000, serta gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio langsung dengan penulis.

Hingga akhir Maret, Avere Investama mencatat kinerja profit +4.5% termasuk dividen berbanding IHSG -8.0%, dihitung sejak awal tahun 2025. Untuk melihat saham-saham apa saja yang kami pegang bisa join channel telegram disini.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

Anonim mengatakan…
Kompetitor barunya gak dibahas om teguh ,
Taxi listrik Vietnam? Model bisnis taxinya kayak bird.
Anonim mengatakan…
Izin menyampaikan pak teguh, taxi vietnam baru beroperasi di jabodetabek mulai tgl 18 desember 2024, target armada taxi xans sm 2025 nerjumlah
10.000, sehingga lebih baik wns dulu sampai melihat semester 1 apa berdampak ke bird itu sendiri

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q4 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 5 April 2025

Video Terbaru How to Invest in US Stocks - 2025

Live Webinar Value Investing in US Stocks, Sabtu 15 Maret 2025

Prospek Saham Adaro Minerals Indonesia (ADMR): Better Than ADRO?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Mengenal Saham Batubara Terbesar, dan Termurah di BEI