Prospek Saham Teknologi AMD: The Next Nvidia??
Ketika penulis pada bulan Juni 2024 lalu membahas saham Nvidia Corp. (NVDA) yang harganya sukses naik lebih dari 20 kali lipat dalam lima tahun terakhir setelah kinerja perusahaannya tumbuh pesat karena diuntungkan oleh booming artificial intelligence atau AI, maka saya sudah kepikiran untuk beli saham dari perusahaan kompetitornya saja, dalam hal ini Intel Corp. (INTC), atau Advanced Micro Devices, Inc. (AMD). Ini karena dengan trailing PER mencapai 60 – 70x pada harga sahamnya ketika itu yakni $120, maka valuasi NVDA jelas sudah tidak murah lagi. Jadi lebih baik baik kita beli saham dari perusahaan sejenis tapi dengan valuasi yang lebih murah, dalam hal ini INTC dan/atau AMD itu tadi.
***
Mulai tahun 2025 Avere Investama meluncurkan channel Telegram US Stocks Copytrade di mana anda bisa mengikuti saham-saham apa saja yang kami beli dan jual di pasar saham US, lengkap dengan analisa serta strateginya, dengan modal awal Rp1 miliar. Untuk bergabung klik disini.
***
Problemnya, meski bergerak di bidang yang sama namun kinerja fundamental INTC dan juga AMD sama sekali tidak sebagus NVDA, di mana laba bersih AMD sangat kecil dengan ROE 2.9%, sedangkan INTC justru merugi di sepanjang tahun 2024. Jadi di bulan Juni 2024 tersebut saya berpikir sebagai berikut: NVDA jangan dikejar lagi, dan sebaiknya kita masuk ke saham lain saja yang secara teori juga turut diuntungkan oleh booming AI, dalam hal ini INTC dan/atau AMD. Di sisi lain karena kinerja keduanya kurang bagus maka kita harus tunggu sampai harga sahamnya turun ke level tertentu yang lebih murah. And guess what? Ternyata INTC benar turun dari $30 sampai mentok di $18, demikian pula AMD turun dari $170 sampai sekarang $100, dan alhasil kalau dari sisi PBV maka keduanya sekarang relatif sudah murah dengan PBV kurang dari 3x (sebagai perbandingan, PBV NVDA mencapai 36x). Jadi penulis kira sekarang ini kita sudah bisa mempertimbangkan untuk beli sahamnya, dan kita mulai dari AMD dulu dengan analisanya sebagai berikut.
Advanced Micro Devices, Inc. adalah perusahaan yang memproduksi dan menjual komponen-komponen utama komputer, seperti central processing units (CPU) dan graphic processing units (GPU), dan dalam beberapa tahun terakhir juga memproduksi data centers. Perusahaan berdiri pada tahun 1969 di Santa Clara, California, Amerika Serikat, dan awalnya memproduksi integrated circuit (IC) dan random-access memory (RAM) yang kemudian dijual ke perusahaan komputer seperti IBM Corp. Tahun 1972, perusahaan menggelar IPO di pasar over the counter (OTC) dengan ticker AMD pada harga perdana $15.50, setara $0.57 setelah beberapa kali stocksplit. Tahun 1978, perusahaan untuk pertama kalinya mencetak pendapatan $100 juta, dan setahun kemudian pada 1979 sahamnya melantai di New York Stock Exchange (NYSE), dilanjut pindah ke Nasdaq Exchange pada tahun 2015, sampai hari ini.
Hingga pada hari ini, AMD sudah menjadi salah satu perusahaan terbesar di dunia di bidang produksi CPU, GPU, dan data processing units (DPU), yang kemudian digunakan untuk mendukung kinerja komputer, cloud service, data centers, internet, video game, dan tentunya artificial intelligence (AI). And btw jika anda menggunakan komputer/laptop di rumah/kantor maka coba cek lagi komponen CPU dan GPU-nya: Jika bukan buatan Intel atau Nvidia, maka hampir pasti buatan AMD. Dan seperti halnya perusahaan teknologi-komputer lainnya, maka seperti disebut di atas, AMD belakangan ini masuk ke segmen data center yang dibutuhkan untuk penggunaan AI, dan alhasil perusahaan sekarang memiliki empat segmen operasi: 1. Data center untuk AI, 2. Produksi CPU dan komponen lainnya untuk komputer desktop dan laptop, 3. Produksi GPU dan komponen lainnya untuk video game, dan 4. Produksi komponen bawaan (embedded) untuk dijual ke perusahaan komputer, elektronik, otomotif, komunikasi, dst.
Kemudian inilah pentingnya: Dari empat segmen tersebut maka yang pertumbuhannya paling pesat adalah segmen data center, selaras dengan perkembangan pesat AI. Pada tahun 2021, dari total pendapatan AMD sebesar $16.4 miliar, baru $3.7 miliar atau 22% diantaranya yang berasal dari segmen data center. Namun pada 2022 pendapatan data center AMD lompat menjadi $6.0 miliar, dan terakhir pada 2024 kemarin lompat lagi menjadi $12.6 miliar, atau sudah mencapai 49% dari total pendapatan perusahaan untuk tahun 2024 tersebut sebesar $25.8 miliar. Sehingga dari sini jelas bahwa, seperti halnya Nvidia, AMD juga pelan-pelan bertransformasi dari perusahaan CPU/GPU menjadi perusahaan data center/AI, di mana manajemen memproyeksi bahwa pendapatan untuk tahun 2025 akan kembali tumbuh 30% dibanding 2024, terutama ditopang oleh kenaikan penjualan data center.
Kenapa AMD Ini Menarik?
Okay, lalu kenapa AMD ini menarik? Karena ini nih: Seperti disebut di atas, saat ini kinerja AMD dari sisi laba bersih sama sekali tidak sebagus NVDA, di mana laba bersihnya di tahun 2024 hanya $1.6 miliar yang mencerminkan ROE 2.9% berdasarkan ekuitas $57.6 miliar, aka jauh lebih kecil dibanding BABA 10.3%, dan NVDA 119.2%. Namun pada tahun 2021, AMD mencetak laba bersih $3.2 miliar yang mencerminkan ROE 42.1% berdasarkan ekuitasnya ketika itu yakni $7.5 miliar. Dengan kata lain, AMD ini sejatinya merupakan perusahaan yang sangat menguntungkan, setidaknya sampai tahun 2021 lalu. Namun memasuki tahun 2022, laba AMD turun $1.3 miliar sedangkan ekuitasnya melonjak sangat signifikan menjadi $54.8 miliar, sehingga ROE-nya langsung kempes menjadi hanya 2.4%.
Jadi pertanyaannya, apa yang terjadi di tahun 2022? Kenapa laba AMD di tahun tersebut turun, dan kenapa juga ekuitasnya lompat sampai tujuh kali lipat dibanding 2021?? Dan berikut jawabannya: Pada Februari 2022, AMD resmi mengakuisisi Xilinx Inc., sebuah perusahaan semiconductor senilai kurang lebih $48 miliar dengan skema all-stock merger di mana pemegang saham pengendali Xilinx menerima pembayaran dalam bentuk saham AMD yang diterbitkan kemudian, dan sebagai gantinya 100% saham Xilinx menjadi dimiliki oleh AMD. Imbasnya ekuitas AMD bertambah $48 miliar dalam bentuk tambahan modal disetor, sedangkan di komposisi asetnya muncul akun goodwill senilai $24.2 miliar, dan aset tak berwujud lainnya $24.1 miliar. Jadi skemanya mirip seperti dulu Gojek dimerger dengan Tokopedia untuk menjadi GOTO di Indonesia, yang bisa anda baca lagi disini.
Kemudian inilah poin pentingnya: Berdasarkan standar akuntansi yang berlaku di US alias GAAP (Generally Accepted Accounting Principles), AMD harus meng-amortisasi aset tak berwujud di atas secara bertahap sebesar $1 – 2 miliar per tahun, yang kemudian dicatat sebagai beban amortisasi di laporan laba rugi, dan alhasil menurunkan nilai laba bersih perusahaan. Misalnya di tahun 2024 kemarin, AMD mencatat beban amortisasi $1.4 miliar di 2024, yang sebenarnya hanya bersifat pembukuan. Jadi jika beban itu dianggap tidak ada, maka laba bersih AMD sejatinya bukan hanya $1.6 miliar melainkan jauh lebih besar dari itu. Dan memang di laporan keuangan AMD versi non-GAAP, maka laba AMD di sepanjang 2024 tercatat $5.4 miliar. Sayangnya investor mau tidak mau tetap harus menggunakan LK versi GAAP, dan sayangnya pula untuk tahun 2025 ini dan seterusnya, AMD akan tetap mencatat beban amortisasi sebesar $1 – 2 miliar tersebut, sehingga laba bersihnya tetap akan tampak kecil.
Nah tapi di sisi lain, dengan manajemen memproyeksi bahwa pendapatan AMD akan naik 30% di tahun 2025 ini dibanding 2024 terutama karena didorong oleh pertumbuhan pendapatan dari data center, dan itu adalah proyeksi yang masuk akal mengingat pendapatan data center AMD tumbuh secara eksponensial dalam beberapa tahun terakhir (di tahun 2024, pendapatan AMD dari segmen data center naik 94% dibanding 2023, sedangkan laba operasionalnya naik 175%), maka tentu saja laba operasional serta laba bersihnya akan naik lebih tinggi lagi, perkiraan penulis $3 – 4 miliar (naik dua kali lipat), sudah termasuk dikurangi beban amortisasi itu tadi. Sehingga, dengan asumsi bahwa laba bersih AMD di tahun 2025 ini benar naik segitu, maka forward PER-nya menjadi 23x berdasarkan harga sahamnya saat ini yakni $105, atau sudah lebih rendah dibanding forward PER NVDA 26x berdasarkan harga saham $118.
Kesimpulannya, well, setelah sahamnya cenderung flat di level $100 – 110 sejak bulan Juni 2021 lalu (sudah hampir empat tahun), atau jauh tertinggal dibanding NVDA yang sudah terbang berkali-kali lipat dari $20 hingga tembus $120 dalam kurun waktu yang sama, maka mungkin sekarang sudah waktunya bagi AMD untuk menyusul naik. Karena memang berbeda dengan NVDA yang laba bersihnya lompat tinggi dari hanya $9.9 miliar di tahun 2021 hingga tembus $72.9 miliar di 2024, maka laba AMD seperti dijelaskan di atas justru turun dari $3.2 miliar menjadi $1.6 miliar. Nah, tapi dengan di 2025 ini AMD berpeluang untuk kembali mencetak rekor laba bersih yang lebih tinggi dibanding labanya di tahun 2021 tersebut, maka demikian pula sahamnya akan menyusul naik. Untuk targetnya sekitar $150, dan tentunya bisa lebih tinggi dari itu jika kinerja LK-nya nanti lebih bagus dibanding ekspektasi. Kita tunggu.
Disclosure: Ketika artikel ini diposting, Avere Investama sedang dalam
posisi memegang AMD pada harga beli $103.47. Posisi ini bisa berubah setiap
saat tanpa pemberitahuan sebelumnya.
***
Hingga akhir Februari, Avere mencatat profit +5.2% berbanding kenaikan S&P 500 Index termasuk dividen +1.4%, dihitung sejak awal tahun 2025. Untuk melihat saham-saham apa saja yang kami beli dan jual di pasar saham US lengkap dengan analisa serta strateginya, join channel telegram USC disini.
Komentar