Prospek Baidu (BIDU), Saham Teknologi Termurah di Nasdaq

Bulan Mei 2024 lalu kita sudah membahas saham Alibaba Group Holding (BABA), di mana penulis katakan bahwa prospeknya sangat menarik sebagai saham dari perusahaan teknologi ecommerce salah satu yang terbesar di dunia, tapi valuasinya jauh lebih murah dibanding katakanlah Amazon (AMZN). Dan ternyata benar: BABA sukses naik banyak dari harganya ketika itu di $81 hingga tembus $130 ketika artikel ini ditulis, aka lompat lebih dari 60% hanya dalam waktu tidak sampai sepuluh bulan. Anda bisa baca lagi ulasannya disini.

***

Live Webinar How to Invest in US Stocks, Sabtu 15 Maret 2025, pukul 08.00 – 10.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini.

***

However dengan PBV saat ini yang sudah mencapai 2.4 kali, yang mana belum bisa disebut mahal tapi tentunya tidak semurah kemarin waktu sahamnya masih di $81, maka mungkin sudah terlambat jika anda baru mau masuk ke BABA ini sekarang. Nah, tapi bagaimana jika penulis katakan bahwa masih ada satu lagi saham perusahaan teknologi asal China yang valuasinya masih murah karena memang harganya belum naik, sedangkan di sisi lain fundamentalnya sama bagusnya dengan BABA ini? Aaaand yup, saya bicara tentang Baidu, Inc. (BIDU) disini, dan berikut ulasannya.

Baidu, Inc adalah perusahaan teknologi asal Beijing, China, yang bergerak di bidang search engine serta sejumlah layanan internet lainnya, dan dalam satu dekade terakhir perusahaan juga banyak berekspansi di segmen artificial intelligence atau AI. Sejarah perusahaan dimulai pada tahun 1996 ketika Robin Li, seorang warga negara China yang ketika itu bekerja sebagai software engineer untuk Dow Jones & Co di New York, Amerika Serikat, mengembangkan sebuah website mesin pencari internet (search engine) yang diberi nama RankDex, di mana teknologi RankDex inilah yang dua tahun kemudian pada 1998 ‘dikutip’ oleh search engine Google. Tahun 2000, Robin Li keluar dari pekerjaannya untuk kemudian mendirikan Baidu, Inc. yang bergerak di bidang search engine, dan pada tahun 2001, Baidu mulai menjual kolom iklan dengan sistem di mana pengiklan hanya membayar jika ada orang yang meng-klik iklan yang ditayangkan, sebuah praktik bisnis yang lagi-lagi ditiru oleh Google pada tahun 2002. Tahun 2005, Baidu listing di Bursa Nasdaq dengan ticker BIDU pada harga perdana $27.00, setara $2.70 per saham setelah stocksplit pada tahun 2010.

Nah, jadi sampai sini kita bisa lihat bahwa Baidu sejatinya dirintis serta berdiri lebih dulu dibanding Google (GOOG), salah satu perusahaan terbesar di dunia yang juga sama-sama bergerak di bidang search engine, dan juga sama-sama berasal dari Amerika Serikat. Jadi kenapa pada hari ini Google justru jauh lebih besar dan juga lebih populer dibanding Baidu? Dan berikut jawabannya: Pada tahun 2007, Pemerintah China memberikan lisensi kepada Baidu yang memungkinkan perusahaan untuk beroperasi di China, namun dengan mengikuti aturan tertentu seperti censorship law, dll. Jadi sejak tahun 2007 inilah BIDU fokus sebagai perusahaan search engine untuk China, dan hanya China saja, dan perusahaan kemudian juga memindahkan kantor pusatnya ke Beijing. Situasi berbeda dialami oleh Google yang bisa dengan bebas mengembangkan layanannya ke hampir semua negara di seluruh dunia.. kecuali China, karena disitu sudah ada Baidu. Baidu sendiri bukannya tidak mencoba untuk berekspansi keluar China, misalnya di tahun 2008 mereka meluncurkan Baidu Japan untuk Jepang, tapi ternyata kalah bersaing dengan Google, Yahoo, dan Bing, hingga akhirnya tutup pada tahun 2015.

Sehingga dari sini jelas kelihatan, kenapa BIDU pada hari ini jauh lebih kecil dibanding GOOG. Meski demikian BIDU juga bukannya tidak berkembang, di mana harga sahamnya sendiri sudah naik sangat banyak dari IPO-nya dulu di $2.7 hingga sekarang sudah di $85 per saham, selaras dengan pertumbuhan eksponensial kinerjanya, di mana pada tahun 2004 lalu (tahun sebelum perusahaan go public) laba BIDU hanya $1.4 juta. Tapi sekarang? $3.3 miliar untuk tahun penuh 2024. Dan demikian pula nilai aset, ekuitas, serta pendapatannya naik ribuan kali lipat (kali lipat, bukan persen). Alhasil meskipun saham BIDU itu sendiri sudah naik 31 kali lipat dalam 20 tahun terakhir, namun dengan PBV saat ini 0.9 serta trailing PER 9 kali, maka tentu saja dia masih undervalued. Menariknya, pada tahun 2021 lalu saham BIDU sebenarnya sempat berada di posisi yang cukup tinggi, yakni $339 di bulan Februari, tapi setelah itu dia terus turun hingga mentok di $77 pada awal 2025 kemarin sebelum kemudian naik ke posisi sekarang di posisi $85, tapi secara keseluruhan dia tetap terhitung turun banyak dalam empat tahun terakhir. So what happened?

Dan jawabannya bisa kita temukan di data kinerja perusahaan dalam lima tahun terakhir, sebagai berikut. Pada tahun 2020, ketika mayoritas perusahaan-perusahaan di seluruh dunia mengalami penurunan laba atau bahkan menderita rugi karena pandemi Covid ketika itu, laba bersih BIDU justru melonjak menjadi Renminbi (RMB) 22.5 miliar, berbanding hanya RMB 2.1 miliar di tahun 2019, dan alhasil sahamnya terbang hingga tembus $339 di bulan Februari 2021. Namun pada tahun 2021 tersebut laba BIDU berbalik turun menjadi RMB 10.2 miliar, dan pada tahun 2022 turun lagi menjadi RMB 7.6 miliar. Barulah memasuki tahun 2023, laba BIDU berbalik naik menjadi RMB 20.3 miliar, dan terakhir di 2024 kemarin naik lagi menjadi RMB 23.8 miliar, yang mana itu sudah lebih besar dibanding rekor laba bersih terbesar BIDU di tahun 2021. However, kemungkinan karena perusahaan membukukan pendapatan RMB 133.1 miliar di 2024, yang mana itu turun dibanding RMB 134.6 miliar di tahun 2023, dan laba BIDU bisa kelihatan naik di tahun 2024 ini hanya karena penurunan nilai kerugian dari investasi mereka di saham anak-anak usahanya dan juga di saham perusahaan publik, maka jadilah sahamnya dalam setahun terakhir ini masih tetap lanjut turun.

Prospek BIDU di Tahun 2025

Jadi pertanyaannya sekarang, bagaimana proyeksi kinerja BIDU di tahun 2025 ini? Karena berdasarkan pengalaman, ketika perusahaan sudah kembali cetak nilai pendapatan serta laba yang all time high (ATH), maka harga sahamnya akan menyusul naik. Dan dalam kasus BIDU, maka betul di tahun 2024 kemarin labanya sudah ATH, tapi tidak demikian dengan pendapatannya (pendapatan BIDU di 2024 justru agak turun dibanding 2023). Jadi jika pada tahun 2025 ini, BIDU bisa kembali mencatat kenaikan laba bersih sekaligus kenaikan pendapatan, maka barulah sahamnya akan berbalik naik setelah selama empat tahun terakhir turun terus. Sehingga balik lagi, bagaimana proyeksi kinerja BIDU di 2025?

Untuk menjawab ini maka penulis memperhatikan beberapa poin analisa. Pertama, sudah sejak sekitar satu dekade terakhir, BIDU mulai diversifikasi dari bisnis search engine ke layanan internet lainnya terutama dengan memanfaatkan AI, seperti video streaming (iQIYI, semacam Netflix), forum diskusi (Baidu Teiba, semacam Reddit), ensiklopedia (Baidu Baike, semacam Wikipedia), AI Cloud, hingga teknologi autonomous driving (Baidu Apollo). Dan ini karena manajemen menyadari bahwa pertumbuhan bisnis search engine-nya sudah mentok, karena sejak awal wilayah operasional mereka terbatas hanya di China. Hasilnya, antara tahun 2019 hingga 2024, pendapatan BIDU dari segmen search engine terbilang flat dari RMB 78.1 menjadi 78.6 miliar, sedangkan pendapatannya dari segmen lain-lain tumbuh pesat dari RMB 29.3 menjadi 54.6 miliar. Maka jadilah antara 2019 – 2024, total pendapatan BIDU naik dari RMB 107.4 menjadi 133.1 miliar, aka masih naik tapi dengan rata-rata kenaikan per tahun yang tipis saja. Untuk kedepannya, terdapat asumsi bahwa pendapatan BIDU dari search engine kembali flat sedangkan pendapatan dari lain-lain naik lebih tinggi, yang mana itu sesuai dengan statement Robin Li,“With our strategic foresight increasingly validated, we expect our AI investments to deliver more significant results in 2025.” Dan jika asumsi tersebut terpenuhi, maka terdapat peluang bahwa di tahun 2025 ini, BIDU akan mencatat nilai pendapatan yang lebih besar baik itu dibanding tahun 2023 maupun 2024, namun dengan selisih yang tipis saja.

Kemudian kalau anda kritis, maka anda akan bertanya: Jika pendapatan BIDU selama lima tahun terakhir hanya naik sedikit, lalu bagaimana bisa laba bersihnya lompat sepuluh kali lipat dari hanya RMB 2.1 miliar di tahun 2019, menjadi RMB 23.8 miliar di 2024? Dan dari sini kita ke poin analisa kedua: Meski pendapatannya hanya naik sedikit, namun di sisi lain manajemen BIDU juga sukses menerapkan efisiensi di mana nilai biaya dan pengeluaran perusahaan naiknya lebih sedikit lagi, yakni dari RMB 101.1 miliar di 2019, menjadi RMB 111.9 miliar di 2024, sudah termasuk pengeluaran untuk research and development. Hasilnya, laba operasional BIDU sukses naik lebih tinggi, dari RMB 6.3 miliar di 2019, menjadi RMB 21.3 miliar di 2024. Jadi dari sini kita bisa asumsikan bahwa, asalkan pendapatan BIDU lanjut naik barang 2 - 3% saja, maka laba operasionalnya akan naik jauh lebih tinggi. Dan ini tentu bagus.

Terakhir ketiga, sekaligus yang paling penting: Di atas disebutkan bahwa laba bersih BIDU di tahun 2024 masih naik dibanding 2023, meskipun pendapatannya sejatinya turun dibanding 2023, dan itu adalah karena penurunan nilai kerugian dari investasi mereka di saham anak-anak usahanya, dan juga di saham perusahaan publik. Sayangnya tidak ada informasi rinci soal saham perusahaan publik apa saja yang dipegang oleh BIDU, namun karena perusahaan dual listing di Nasdaq dan juga Bursa HangSeng HongKong, maka kemungkinan besar BIDU berinvestasi pada saham-saham di Bursa HangSeng. Kemudian karena HangSeng Index (HSI) naik 17.7% di sepanjang tahun 2024, maka penurunan kerugian investasi saham yang dialami BIDU menjadi bisa dijelaskan. Mungkin perlu dicatat pula bahwa nilai kerugian investasi saham BIDU cenderung naik dari RMB 932 juta di 2021 menjadi RMB 3.8 miliar di 2023, di mana selama tiga tahun tersebut (2021, 2022, dan 2023) HSI memang turun terus. Barulah setelah HSI berbalik naik di 2024 kemarin, maka kerugian tersebut juga berkurang menjadi RMB 691 juta.

Kemudian kabar baiknya, sampai dengan akhir Februari 2025, HSI kembali naik 14.4% dihitung sejak awal 2025. Yang itu artinya? Yup, di laporan keuangan berikutnya untuk periode Q1 2025 nanti, maka terdapat peluang bahwa kerugian investasi saham yang diderita BIDU akan berbalik menjadi keuntungan. Sehingga dengan asumsi pendapatan BIDU kembali naik tipis, sedangkan biaya dan pengeluarannya flat, maka laba bersihnya akan naik signifikan. Dan sudah tentu sahamnya juga akan naik banyak.

Kesimpulan & Strategi

Anyway, proyeksi kinerja BIDU di atas tentunya hanya sebatas proyeksi yang bisa saja keliru, terutama karena ada banyak sekali asumsi yang harus dipenuhi, termasuk tulisan di atas yang menyebut bahwa BIDU berinvestasi pada saham-saham di Bursa HangSeng juga hanya sebatas asumsi (karena tidak ada data pastinya). Kemudian dengan baru saja Januari kemarin sahamnya drop sampai ke $77, yang merupakan salah satu posisi terendahnya dalam lima tahun terakhir, maka secara teknikal juga belum ada tanda-tanda bahwa fase downtrend saham BIDU sejak tahun 2021 lalu sudah berakhir. Jadi penulis sendiri berencana sebagai berikut: Untuk saat ini kita wait and see dulu sampai Mei nanti di mana BIDU akan rilis LK Q1 2025, di mana jika sampai pada saat itu sahamnya tetap bertahan di kisaran harga saat ini ($80 – 90) dan tidak turun sampai lebih rendah dari $77, sedangkan kenaikan HSI juga bertahan atau bahkan naik lebih tinggi, maka pada saat itulah kita bisa masuk sebagian di BIDU sebelum LKnya rilis, dan masuk lagi ketika LKnya rilis dan benar labanya naik, dan setelah itu hold saja.

Di sisi lain kalau mau lebih aman maka bisa tunggu sampai BIDU rilis LK Q1 2025, di mana kalau benar labanya naik maka baru kita masuk, pada harga ‘kejar kereta’ di level $90 – 100 juga gak apa-apa. Karena mengingat valuasinya yang sangat rendah dengan PBV kurang dari 1 kali, maka asalkan kinerja laba bersihnya naik banyak saja, maka saham BIDU ini bisa mengulang moment kenaikannya yang sangat tinggi hingga lebih dari 200% di tahun 2021 lalu. Jadi, yep, mari kita lihat perkembangannya dua tiga bulan dari sekarang.

***

Mulai tahun 2025 Avere Investama meluncurkan channel Telegram US Stocks Copytrade di mana anda bisa mengikuti saham-saham US apa saja yang kami beli, hold, dan jual, lengkap dengan analisa serta strateginya. Untuk bergabung klik disini, terdapat diskon di tahun 2025 ini sebagai tahun perdana.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q4 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 1 Maret 2025

Prospek Saham Adaro Minerals Indonesia (ADMR): Better Than ADRO?

Video Terbaru How to Invest in US Stocks - 2025

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Live Webinar Value Investing in US Stocks, Sabtu 15 Maret 2025

Mengenal Saham Batubara Terbesar, dan Termurah di BEI