Cara Swing Trading di Saham US, Memanfaatkan Fluktuasi Bitcoin
Bulan Oktober 2024 lalu kita sudah membahas tentang bagaimana investasi di saham-saham Amerika Serikat (US) yang berhubungan dengan crypto/bitcoin, misalnya saham MicroStrategy Inc (MSTR), ternyata lebih menguntungkan dibanding investasi di bitcoin (BTC) itu sendiri. Dan ternyata benar: Pada Oktober tersebut, BTC berada di posisi $67,000, sedangkan MSTR $194. Lalu per hari ini, BTC sudah naik 32% ke posisi $85,000. Sedangkan MSTR? Naik lebih tinggi yakni 47% ke posisi $285. Anda bisa baca lagi ulasannya disini.
***
Live Webinar How to Invest in US Stocks, Sabtu 15 Maret 2025, pukul 08.00 – 10.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini.
***
Di sisi lain ketika BTC turun dari all time high (ATH)-nya yakni $109,000 hingga sekarang $85,000, atau turun -22%, maka MSTR juga ambles lebih dalam di mana jika juga dihitung dari ATH-nya di $504, maka dia sudah jeblok -43%. Jadi bisa dikatakan bahwa saham US yang berhubungan dengan bitcoin, atau dalam hal ini MSTR, terbilang lebih high risk high gain dibanding bitcoin itu sendiri, di mana setiap kali BTC naik atau sebaliknya turun 1 – 2%, maka MSTR bisa naik atau turun 4 – 5%. A very interesting fact, mengingat selama ini aset crypto dikenal sebagai sebagai aset yang harganya sangat fluktuatif, jauh lebih fluktuatif dibanding saham, apalagi jika anda belinya bukan bitcoin melainkan altcoin atau ‘koin micin’ yang katanya bisa bikin Rp10 juta jadi Rp1 miliar, tapi sebaliknya juga bisa bikin Rp1 miliar jadi tinggal Rp100 ribu, hanya dalam semalam.
Nah, tapi dengan adanya fakta di atas, yakni bahwa saham crypto bisa lebih profit (dan sebaliknya bisa lebih boncos) dibanding crypto itu sendiri, maka penulis menemukan satu strategi yang mungkin bisa diterapkan jika anda menyukai swing trading, sebagai berikut.
Pertama-tama, fluktuasi harga yang ekstrim itulah yang sampai hari ini membuat penulis tidak tertarik untuk berinvestasi di crypto, entah itu BTC atau aset crypto lainnya. Karena bahkan kalaupun kita anggap BTC lebih ‘jinak’ dibanding aset crypto lain seperti Ethereum, Solana, hingga koin micin itu tadi, tapi tetap saja pada tahun 2021 – 2022 lalu dia pernah drop dari $68,000 ke $16,000, atau anjlok lebih dari -75%, dan demikian pula pada tahun 2017 – 2018 BTC pernah longsor -83% dari $20,000 ke $3,250. Nah, jadi siapa yang bisa jamin kalau besok-besok BTC gak akan turun sedalam itu lagi? Jadi bahkan kalaupun kita semua setuju dengan Michael Saylor bahwa BTC akan naik sampai tembus $1,000,000 pada tahun 2030 – 2040 nanti, maka penulis gak tahu anda gimana, tapi saya gak akan tahan jika terus menerus ‘dikocok-kocok’ 24 jam sehari, 7 hari seminggu, selama belasan tahun hingga tahun 2040 tersebut. It’s absolutely not worth it, dan saya tetap lebih memilih tidur nyenyak di malam hari.
Di sisi lain, fluktuasi ekstrim tersebut membuat BTC lebih cocok untuk trading jangka pendek ketimbang investasi jangka menengah dan panjang, dalam hal ini dengan menggunakan bantuan analisa teknikal sederhana, karena memang chart-nya mulusss sekali dimana batas-batas support dan resistance-nya terlihat sangat jelas. Contohnya (Catatan: Sebaiknya anda membaca bagian ini sambil melihat chart BTC), ketika pada tanggal 23 – 26 Februari kemarin BTC drop tiga hari berturut-turut dari $96,274 ke $84,347, maka saya melihat bahwa setelah itu BTC akan rebound, karena apa? Karena posisi $84,347 tersebut sudah lebih rendah dibanding support-nya terdekatnya di $87,250, yang merupakan harga BTC pada 14 November, di mana jika support itu tembus maka BTC akan lanjut turun hingga mendekati atau tembus support berikutnya yakni $71,000, yang merupakan harga BTC antara bulan Maret hingga Juni 2024. Meski demikian BTC tidak akan turun sampai tembus dua support secara sekaligus seperti itu, melainkan jika support pertama sudah ditembus maka dia akan rebound alias mencoba naik lagi, dalam hal ini untuk balik ke resisten $96,000 (harga BTC antara November 2024 – Februari 2025). Dan jika dalam beberapa waktu ke depan BTC tidak mampu naik sampai $96,000 tersebut, maka barulah dia akan lanjut turun sampai $71,000.
Dan ternyata benar: Selepas 26 Februari BTC sempat naik sampai $94,000, sebelum kemudian turun dan balik lagi ke posisi saat ini yakni $85,000. Jadi prediksinya saat ini adalah BTC akan lanjut turun sampai mendekati $71,000, karena baru saja beberapa hari lalu dia gagal naik sampai tembus $96,000 (mentoknya di $94,000). Mungkin perlu juga dicatat bahwa penulis sendiri sebagai investor fundamentalis hanya menguasai sedikit saja analisa teknikal ini. Tapi bahkan dengan ilmu yang cetek tersebut, saya sedikit banyak sudah bisa membuat analisa seperti barusan di atas.
Kemudian disinilah menariknya,, are you ready? Jadi begini. Jika anda pada tanggal 26 Februari itu sudah bisa melihat bahwa BTC kemungkinan akan rebound, maka pada saat itulah anda beli saham MSTR, karena dia akan rebound lebih tinggi dibanding BTC itu sendiri. Dan ternyata benar lagi: Pada 26 Februari ketika BTC di harga $85,000, MSTR berada di harga $263. Dan ketika BTC kemudian naik 11% ke posisi $94,000, maka MSTR sukses rebound lebih tinggi yakni 22% ke posisi $320, sebelum kemudian turun lagi.
Jadi karena itulah, penulis sendiri pada tanggal 3 Maret kemarin ada beli saham MSTR pada harga $265, dan pada 6 Maret menjualnya di harga $300. Memang profitnya tidak maksimal karena jualnya bukan di harga tertingginya yakni $320, tapi realisasi profit sebesar $2,622 atau setara Rp42 juta hanya dalam tiga hari tentu saja not too bad bukan? Bukti transaksi bisa dilihat di gambar berikut.
Okay Pak Teguh, jadi bapak di saham US cuma buat swing trading aja nih? Bukan invest? Well, tentu saja tidak. Mayoritas porto kami tetap terkonsentrasi di saham-saham berfundamental bagus, valuasi murah, dan prospek cerah, yang kami harap bisa tetap di-hold hingga 1 – 2 tahun mendatang, dan di blog ini saya sudah membahas beberapa pilihannya seperti META, BABA, dan SOFI. Namun demikian dengan melihat karakteristik pasar saham US yang fluktuatif sekaligus relatif bisa diprediksi, dalam hal ini jika kita menguasai analisa teknikal dasar, maka kami juga mengalokasikan barang 10 - 20% porto untuk trading seperti ini, terutama karena potensi profitnya bisa dua kali lebih besar dibanding trading BTC, dan di sisi lain risikonya jauh lebih kecil dibanding trading altcoin.
Hanya tentu, trading cepat seperti ini tetap saja lebih berisiko dibanding
investasi jangka menengah dan panjang di saham-saham berfundamental bagus (MSTR
itu fundamentalnya jelek), dan di waktu-waktu yang lain mungkin kami juga harus cut
loss. Jadi jika anda tidak mau ambil risiko seperti itu maka tetap
beli saham US yang untuk jangka menengah – panjang itu tadi, lalu tunggu saja
sampai 6 – 12 bulan ke depan. Semoga beruntung.
***
Mulai tahun 2025 Avere Investama meluncurkan channel Telegram US Stocks Copytrade di mana anda bisa mengikuti saham-saham US apa saja yang kami beli, hold, dan jual, lengkap dengan analisa serta strateginya. Untuk bergabung klik disini, terdapat diskon di tahun 2025 ini sebagai tahun perdana.
Komentar