Prospek GOTO Menjelang Merger Dengan GRAB

Beberapa waktu terakhir ini di media ramai isu bahwa PT GoTo Gojek Tokopedia, Tbk (GOTO) akan merger dengan Grab Holdings Ltd (GRAB), dan mungkin itu juga yang bikin saham GOTO sejak akhir tahun 2024 kemarin naik lumayan dari 60 perak hingga sekarang 83, berlawanan dengan arah IHSG yang masih cenderung turun. Kemudian, meski dari kedua perusahaan belum ada pengumuman resmi, bahkan manajemen GOTO kemarin sudah membantah isu merger tersebut, namun penulis percaya bahwa GOTO dan GRAB pada akhirnya nanti memang akan merger. Nah jadi pertanyaannya, ketika nanti merger tersebut akhirnya dilakukan, lalu bagaimana dampaknya terhadap GOTO itu sendiri? Apakah itu akan membuat sahamnya lompat lebih tinggi lagi?

***

Ebook Investment Planning berisi kumpulan 30 analisa saham pilihan edisi Q4 2024 akan terbit hari Senin, 10 Februari, dan sudah bisa dipesan disini. Tersedia diskon bagi yang memesan sebelum tanggal 10 Februari, serta gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio, langsung dengan penulis.

***

Untuk menjawab itu, maka kita runut lagi kronologisnya dari awal.

Jadi, seperti yang sudah penulis sampaikan berulang kali, ketika dulu GOTO menggelar IPO maka tujuannya adalah untuk exit strategy para founder-nya, jadi bukan untuk mengembangkan GOTO itu sendiri menjadi the next Amazon atau semacamnya, sama sekali bukan. Dan memang berdasarkan data terakhir per 30 September 2024, maka lebih dari 80% saham beredar GOTO sekarang sudah dipegang oleh investor publik. Kemudian untuk PT Tokopedia atau Toped juga sudah dilepas ke TikTok, sehingga GOTO sekarang tinggal pegang PT Gojek Indonesia (Gojek) saja, termasuk bisnis pendukungnya seperti Gopay dll.

Tinggal pertanyaannya sekarang, Gojek ini harus diapakan? Karena seperti halnya Toped yang bakar duit mulu, Gojek ini juga sama bakar duit terus di mana sampai dengan Q3 2024, GOTO masih menderita rugi Rp4.3 triliun, padahal Toped sudah dilepas sejak akhir tahun 2023 lalu. Jadi jika Gojek ini terus dipertahankan sampai lima, sepuluh tahun ke depan sekalipun, maka itu hanya akan membuat defisit/akumulasi kerugiannya semakin membesar, dan pada akhirnya bisa bikin GOTO itu sendiri bangkrut.

Di sisi lain jika Gojek ini ditutup begitu saja, misalnya seperti kemarin PT Bukalapak.com (BUKA) menutup layanan ecommerce-nya, maka itu juga tidak mungkin. You see, berbeda dengan aplikasi Bukalapak yang terbilang kecil dibanding misalnya Tokopedia atau Shopee, sehingga kalaupun operasionalnya dihentikan maka itu tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi nasional, maka Gojek ini sudah mencapai ukuran yang too big too fail, di mana jika aplikasinya tutup sama sekali maka itu akan menyebabkan jutaan driver kehilangan pekerjaan, warung-warung makan tidak bisa jualan secara delivery lagi, masyarakat harus kembali ke sistem ojek pangkalan, dan seterusnya. Intinya, Indonesia akan kembali ke jaman batu, dan penulis sendiri terus terang tidak bisa membayangkan bahwa itu akan terjadi.

Sehingga satu-satunya opsi adalah, seperti halnya kemarin Toped dilepas ke TikTok, maka Gojek ini juga harus dijual! Eh, tapi dijual ke siapa? Ya ke siapa lagi kalau bukan ke GRAB? Perhatikan: Seperti halnya GOTO, GRAB juga awalnya sama rugi mulu. Tapi seperti yang sudah kita bahas disini, maka untuk periode Juli – September 2024 kemarin GRAB sudah mampu mencetak laba positif, dan itu selaras dengan pendapatannya yang terus naik serta ekosistemnya yang terus berkembang, tidak hanya di negara asalnya yakni Malaysia dan Singapura tapi juga semua negara-negara besar lainnya di ASEAN kecuali Laos, Brunei Darussalam, dan Timor Leste (dan tiga negara ini terbilang kecil/tidak signifikan, jadi sepertinya manajemen GRAB tidak mau repot-repot berekspansi kesitu). Dan ini sangat berbeda dengan Gojek yang, meski mampu menguasai seluruh Indonesia, tapi perusahaan tidak begitu sukses ketika mencoba melebarkan sayap ke Singapura, Thailand, hingga Vietnam, di mana Gojek yang di Vietnam (GoViet) malah sudah tutup sama sekali, karena kalah telak oleh GRAB. Dan bahkan di Indonesia sendiri Gojek tidak benar-benar menjadi pemimpin pasar, karena selalu dipepet ketat oleh GRAB. Sedangkan untuk beberapa segmen seperti food delivery maka GoFood saat ini berada di posisi kedua, di belakang GrabFood.

Intinya, diakui atau tidak, Gojek is dying, tapi dia juga tidak boleh dibiarkan mati. Jadi satu-satunya jalan keluar yang tersisa adalah perusahaannya dijual/dimerger ke kompetitor terbesarnya, yakni GRAB. Sehingga, meski seperti disebut di atas, sampai hari ini belum ada pengumuman terkait merger atau kerjasama antara GOTO dan GRAB, tapi penulis prediksi sebelum akhir tahun 2025 ini, merger tersebut pada akhirnya akan terealisasi.

Okay Pak Teguh, jadi apakah dengan ini kinerja GOTO bakal bagus? Sahamnya bakal terbang? Unfortunately, the answer is no. Perhatikan: Ketika tahun lalu Pemerintah memaksa TikTok untuk mengakuisisi Tokopedia untuk kemudian dimerger dengan TikTok Shop, atau TikTok Shop itu sendiri akan dilarang beroperasi di Indonesia, maka pihak manajemen Bytedance sebagai pemilik TikTok cukup cerdas (tentu saja) dengan meminta skema merger sebagai berikut: Pertama, Toped membeli hak eksklusif untuk menjalankan TikTok Shop di Indonesia dari pihak TikTok senilai $340 juta, sehingga TikTok Shop akan diintegrasikan/digabung dengan aplikasi Toped. Kedua, GOTO tidak akan menjual saham Toped miliknya ke TikTok, melainkan Toped akan menerbitkan saham baru yang kemudian ditebus oleh TikTok senilai $840 juta. Sehingga TikTok akan keluar uang $500 juta (840 dikurangi 340) tapi uang itu masuk ke kas Toped, bukan ke GOTO, dan Toped itu sendiri kemudian dikuasai oleh TikTok (jadi uangnya balik ke dia lagi). Kemudian karena Toped menerbitkan saham baru, maka otomatis kepemilikan GOTO terhadap Toped terdilusi menjadi 25%, di mana 75% selebihnya dikuasai oleh TikTok sebagai pemegang saham pengendali Toped yang baru. Lebih lengkap soal merger TikTok Shop dan Tokopedia ini bisa anda baca lagi disini.

Nah! Jadi ketika nanti GRAB akhirnya setuju untuk mengambil alih Gojek dari GOTO untuk kemudian dimerger dengan layanan Grab itu sendiri, maka hampir pasti skemanya akan kurang lebih seperti itu juga, di mana Gojek (PT Gojek Indonesia) akan menerbitkan saham baru yang kemudian ditebus oleh GRAB, sehingga kepemilikan GOTO di Gojek akan terdilusi, dan GRAB akan menjadi pemegang saham pengendali yang baru di Gojek. Therefore, GRAB tidak perlu membayar sepeserpun ke pihak GOTO, apalagi membeli saham GOTO itu sendiri di pasar (ya ngapain?). Dan pasca mergernya tuntas maka GOTO akan menjadi perusahaan kosong yang tidak lagi memiliki aktivitas operasional. Well, kecuali mungkin jualan pulsa seperti yang sekarang dilakukan Bukalapak? Biar gak keliatan tutup banget laah.

Anyway kabar baiknya adalah, karena proses mergernya kemungkinan masih cukup lama dari sekarang, maka sebelum itu saham GOTO mungkin masih akan melanjutkan kenaikannya, mungkin bisa sampai tembus 100. Dan pada saat itulah, anda bisa cut loss.

***

Hingga akhir Januari 2025, Avere Investama mencatat kinerja profit +9.6% termasuk dividen berbanding kenaikan IHSG +0.4%, dihitung sejak awal tahun 2025. Untuk melihat saham-saham apa saja yang kami pegang maka Anda bisa baca  infonya disini. Gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member, dan tersedia diskon selama IHSG masih di bawah 7,500.

Komentar

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q4 2024 - Terbit 10 Februari

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek Saham Adaro Minerals Indonesia (ADMR): Better Than ADRO?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Video Terbaru How to Invest in US Stocks - 2025

Mengenal Saham Batubara Terbesar, dan Termurah di BEI

Live Webinar Value Investing in US Stocks, Sabtu 15 Maret 2025