Saham Minyak di NYSE Ini Potensi Bagger

Dua bulan lalu kita sudah membahas tentang bagaimana Warren Buffett terus menjual saham-sahamnya, termasuk sebagian saham Apple Inc (AAPL), dan alhasil Berkshire Hathaway (BRK) per 30 September 2024 diketahui memegang cash sebesar $320.3 miliar, terbesar dalam sejarah perusahaan, sehingga WB secara tidak langsung mengatakan bahwa pasar saham Amerika Serikat (US) cepat atau lambat akan turun. Nah, tapi tahukah anda bahwa WB di sisi lain juga ada belanja saham-saham tertentu? Salah satunya Occidental Petroleum Corp. (OXY) di mana pada bulan Desember 2024 saja, BRK diketahui membeli 8.9 juta lembar OXY senilai $405 juta, sehingga BRK sekarang memegang tidak kurang dari 264 juta lembar OXY, atau setara 28% kepemilikan senilai lebih dari $13 miliar.

***

Live Webinar How to Invest in US Stocks, Sabtu 25 Januari 2025, pukul 08.00 – 10.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini.

***

Dan aksi beli WB ini mengingatkan penulis dengan ketika WB menambah kepemilikannya di Apple Inc (AAPL) di sepanjang tahun 2022, yakni ketika saham AAPL turun dari $180 hingga mentok di $125 seiring koreksi pasar saham US ketika itu, yang kemudian terbukti tepat di mana saham AAPL naik lagi hingga sempat tembus $250 (dan WB kemudian jualan lagi). Sehingga, meski WB tentunya membeli OXY untuk investasi jangka panjang hingga 10, 20 tahun ke depan, namun berdasarkan pengalaman di saham AAPL maka ada peluang bahwa saham OXY tidak akan butuh waktu selama itu untuk naik signifikan. Kemudian bulan lalu kita juga sudah membahas satu fakta menarik: Pada tahun 2022 ketika Indeks S&P 500 (SPX), Nasdaq Composite (IXIC), dan Dow Jones Industrial Average (DJI) semuanya turun cukup dalam, maka saham-saham perusahaan minyak dan gas termasuk OXY justru naik signifikan seiring kenaikan harga minyak itu sendiri dari $70 hingga sempat menyentuh $120 per barel untuk jenis West Texas Intermediate (WTI). Therefore, jika benar di tahun 2025 ini SPX dkk akan turun maka ada kemungkinan harga minyak WTI akan sebaliknya naik, dan itu akan menjadi sentimen positif untuk saham OXY dkk.

Kemudian, meski WB sendiri lebih memilih OXY dan juga Chevron Corp. (CVX) sebagai investasinya di sektor migas, namun penulis menemukan satu saham migas yang lebih menarik yang akan kita bahas disini: Civitas Resources, Inc. (CIVI), yang dalam banyak aspek lebih baik dibanding OXY dan juga CVX, namun di sisi lain market cap-nya jauh lebih kecil yakni hanya $5 miliar (berbanding OXY $50 miliar, dan CVX $275 miliar), sehingga otomatis sahamnya tidak cukup likuid untuk ukuran dana kelolaan BRK. Tapi tentu market cap $5 miliar tersebut masih terhitung besar untuk ukuran investor ritel, jadi berikut analisanya.

Civitas Resources, Inc., dahulu bernama Bonanza Creek Energy, merupakan perusahaan minyak, gas alam, dan gas alam cair (natural gas liquid atau NGL) dengan lokasi tambang di Denver-Julesburg Basin, Colorado, US, yang berdiri dan mulai beroperasi pada tahun 1999. Pada tahun 2021, perusahaan di-merger dengan Extraction Oil & Gas, perusahaan pemilik ladang minyak (oil field) di Permian Basin, Texas, dan nama perusahaan berubah menjadi Civitas Resources, Inc (Catatan: Permian Basin adalah kawasan ladang minyak terbesar di US). Di tahun yang sama, CIVI mengakuisisi Crestone Peak Resources, yang juga merupakan perusahaan migas asal Denver, Colorado. Sehingga mulai tahun 2021 inilah, CIVI mengalami lompatan pertumbuhan secara operasional seiring bertambahnya aset-aset ladang migas milik perusahaan. Pada tahun 2021 tersebut, CIVI menjual 20,445 millions barrel of oil equivalent (MBoe), yang kemudian tumbuh menjadi 62,063 MBoe di tahun 2022, lalu menjadi 77,430 MBoe di tahun 2023, dan terakhir tembus 93,758 MBoe untuk periode Januari – September 2024. Sehingga, meskipun pendapatan dan laba bersih CIVI di tahun 2023 sempat turun dibanding 2022 karena imbas dari penurunan rata-rata harga jual minyak dari $91.7 menjadi $75.6 per barel, namun memasuki tahun 2024, maka untuk periode Januari – September 2024, pendapatan CIVI kembali naik dari $2.3 miliar menjadi $3.9 miliar, demikian pula laba bersihnya naik menjadi dari $481 juta menjadi $688 juta.

Volume penjualan CIVI di tahun 2021 s/d 2023, perhatikan kotak warna hijau


Nilai pendapatan serta volume penjualan CIVI untuk periode Januari - September 2024, dibandingkan periode yang sama 2023

Kemudian yang juga perlu dicatat, hingga tahun 2022 lalu, 100% penjualan migas CIVI masih berasal dari ladang minyaknya di Denver-Julesburg Basin. Barulah pada tahun 2023, ladang minyaknya yang di Permian Basin juga ikut berproduksi dan menghasilkan penjualan, dalam hal ini sebesar 15,916 MBoe, dan tumbuh lagi menjadi 49,436 MBoe untuk periode Januari – September 2024. Jumlah sumur minyak yang menghasilkan pendapatan (wells turned to sales) milik CIVI juga terus bertambah dari 70 di tahun 2021, menjadi 226 sumur di tahun 2023 termasuk 78 sumur di Permian Basin, dan diperkirakan akan kembali bertambah signifikan dalam 1 – 2 tahun ke depan karena sampai dengan akhir tahun 2023, CIVI masih memiliki 145 sumur minyak produktif yang sedang dalam tahap persiapan produksi, belum termasuk 4,366 sumur minyak lainnya yang masih dalam tahap eksplorasi untuk jangka panjang.

Jadi simpelnya, bahkan jika kita asumsikan harga minyak kedepannya tetap flat di level $70 – 75 per barel, maka CIVI tetap berpeluang besar untuk kembali mencatatkan kenaikan pendapatan dan juga laba bersih di tahun 2025 ini seiring berlanjutnya pertumbuhan volume produksi serta penjualan migasnya, thanks to aksi merger dan akuisisinya di tahun 2021 lalu. Sedangkan jika harga minyak naik ke level $75 – 80 per barel saja, maka tentu saja CIVI akan mencatatkan kenaikan pendapatan dan laba bersih yang lebih tinggi lagi.

Valuasi CIVI: Salah Satu Yang Termurah di US

Kemudian, kita tahu bahwa harga minyak WTI dalam beberapa bulan terakhir turun dari $85 di bulan April 2024 hingga sempat menyentuh $65 per barel pada September 2024, dan itu kemudian menjadi sentimen negatif bagi saham-saham migas di New York Stock Exchange (NYSE), tak terkecuali CIVI yang turun dari $78 di bulan Mei 2024 hingga mentok di $43 pada bulan Desember 2024, sebelum sekarang naik lagi ke $51 seiring rebound-nya harga minyak ke posisi $78 per barel ketika artikel ini di-posting. Nah, tapi inilah poin terpentingnya: Pada harga $51 tersebut PBV CIVI tercatat hanya 0.7 kali, sedangkan trailing PER-nya 5.0 kali, aka jauh lebih murah dibanding OXY, CVX, dan banyak lagi saham-saham minyak lain di US yang perusahaannya lebih besar dan otomatis lebih populer, yang rata-rata dihargai pada PBV 1 – 2 kali, dan trailing PER 10 – 12 kali, padahal potensi pertumbuhan CIVI ini jauh lebih pesat dibanding nama-nama besar tersebut, yang rata-rata sudah mature.

Dan seperti disebut di atas, jika benar SPX dkk turun di tahun 2025 ini maka terdapat peluang harga minyak sebaliknya akan naik. Sehingga untuk CIVI ini lengkap sudah: Kinerja fundamentalnya bagus dan konsisten bertumbuh sejak tahun 2021 sampai sekarang, prospek kedepannya cerah seiring terus bertambahnya volume produksi dan penjualan, valuasi sahamnya murah, dan terakhir sentimennya positif. Jadi dengan asumsi kinerja perusahaan kembali tumbuh mulai Q1 2025 ini, plus harga minyak bertahan di rentang barunya yakni $75 – 80 per barel, maka penulis perkirakan saham CIVI akan lompat ke setidaknya $75 dalam waktu 6 – 12 bulan ke depan (profit ±50%), dan bahkan bisa tembus $100 jika harga minyak naik hingga katakanlah $90 - 100 per barel, yang meski penulis sendiri tidak melihat bahwa harga minyak akan naik setinggi itu, tapi bukan berarti peluangnya nol sama sekali.

Di sisi lain, sejarah menunjukkan bahwa harga minyak bisa sangat fluktuatif sekaligus tidak bisa diprediksi. Sehingga alih-alih naik, juga bukan tidak mungkin harga minyak justru akan turun lagi di tahun 2025 ini, dan jika itu terjadi maka saham CIVI tetap akan kembali turun, tak peduli meski kinerja operasionalnya kembali bertumbuh. Jadi jika anda tertarik maka strateginya sebagai berikut: Setelah turun terus menerus sejak bulan Mei 2024 lalu, maka saat ini CIVI untuk pertama kalinya balik arah (baca: Secara teknikal garis downtrend-nya sudah patah), selaras dengan harga minyak itu sendiri yang naik hingga breakout/tembus $75 per barel, tapi biasanya setelah ini harga minyak akan konsolidasi/bergerak mendatar di rentang harga tertentu, kemungkinan $72 – 75 per barel, dan demikian pula saham CIVI akan konsolidasi di $48 – 50. Jadi pada saat itulah kita bisa masuk, dalam hal ini di harga $50 atau dibawahnya, lalu tunggu saja sampai perusahaan merilis laporan keuangan untuk periode tahun penuh 2024, dan juga Q1 2025, di mana jika kinerja perusahaan benar lanjut tumbuh sesuai perkiraan, maka sahamnya OTW ke target $75 itu tadi. Risikonya disini adalah jika harga minyak kembali turun ke $70 per barel atau dibawahnya, di mana jika itu yang terjadi maka CIVI juga akan kembali turun dan kita mungkin harus cut loss. Namun kalau melihat penurunan harga minyak itu sendiri sejak tahun 2023 lalu yang selalu mentok di $65 per barel sebelum kemudian naik lagi, maka penulis menganggap bahwa risikonya terhitung terbatas, berbanding potensi profitnya yang bisa sangat tinggi.

And btw selain saham CIVI ini yang bisa anda beli jika sudah mulai berinvestasi di saham US, maka di Bursa Efek Indonesia juga ada satu saham minyak berfundamental bagus dan valuasinya juga masih murah, yang berpotensi naik signifikan jika benar harga minyak ke depannya akan naik. Nanti, kita akan bahas sahamnya minggu depan.

***

Jadwal Seminar Tatap Muka: Value Investing in US Stock, Jakarta, Sabtu 18 Januari 2025, pukul 11.00 – 17.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Prospek Saham Adaro Minerals Indonesia (ADMR): Better Than ADRO?