Peluang Investasi Dari Potensi Rebound Harga Batubara

Pada tulisan sebelumnya kita sudah membahas tentang prospek saham di sektor minyak dan gas yang berpotensi ‘naik panggung’ di tahun 2025 ini, yakni jika harga minyak mentah yang sejak pertengahan tahun 2022 lalu cenderung turun, tahun ini akhirnya berbalik naik lagi. Dan jika benar harga minyak naik maka biasanya harga batubara juga sama ikut naik, yang kemudian disusul oleh kenaikan saham dari perusahaan batubara itu sendiri. Karena itulah kami men-screening saham-saham di sektor batubara di US, dan ketemu satu nama yang menarik: Warrior Met Coal, Inc. (HCC), dan berikut analisanya.

***

Mulai tahun 2025 Avere Investama meluncurkan program US Stocks Copytrade di mana anda bisa mengikuti saham-saham US apa saja yang kami beli, hold, dan jual, lengkap dengan analisa serta strateginya. Info lengkap baca disini.

***

Warrior Met Coal, Inc adalah perusahaan tambang batubara metalurgi atau coking coal, yang mengandung kalori lebih tinggi dibanding batubara thermal biasa sehingga harga jualnya juga lebih tinggi, dan tidak digunakan untuk pembangkit listrik melainkan untuk bahan bakar peleburan baja. Perusahaan memiliki dua lokasi tambang di Brookwood, Alabama, US, yang mulai beroperasi pada tahun 2016, dan setahun kemudian pada 2017 resmi melantai di New York Stock Exchange (NYSE) dengan ticker HCC. Dan setelah itu HCC sukses mencatatkan volume produksi yang konsisten bertumbuh dari tahun ke tahun, terakhir sebanyak 5.6 juta metrik ton untuk periode Januari – September 2024, yang kemudian dijual ke pelanggan di dalam negeri dan juga diekspor terutama ke China dan India, yang merupakan dua negara penghasil baja terbesar di dunia.

Kemudian selain dua lokasi tambangnya yang sudah beroperasi yang diberi nama Mine No.4 dan Mine No.7, maka perusahaan juga masih punya satu lagi lokasi tambang yang masih dalam tahap pengembangan di Blue Creek, Alabama, yang dijadwalkan akan mulai beroperasi tahun 2026 nanti, dan pada saat itu total volume produksinya akan tumbuh setidaknya 60% dibanding saat ini. Nah, tapi bahkan dari dua lokasi tambangnya yang sudah ada saja, maka seperti disebut di atas volume produksinya selalu naik dari tahun ke tahun. Berikut datanya untuk tahun 2021, 2022, dan 2023, angka dalam ribuan metrik ton. Klik gambar untuk memperbesar.

Kemudian seiring dengan pertumbuhan kinerjanya secara operasional, maka nilai aset bersih/ekuitas HCC juga konsisten bertumbuh dari $563 juta di akhir tahun 2016 hingga terakhir mencapai $2.1 miliar per 30 September 2024, dan demikian pula sahamnya terus naik dari harga IPO-nya di $19, hingga sekarang $54. However karena harga jual coking coal itu sendiri cenderung naik dan turun dari waktu ke waktu, maka imbasnya kinerja pendapatan dan laba bersih perusahaan tidak selalu naik dari tahun ke tahun, di mana meski HCC sempat mencetak laba bersih $641 juta di tahun 2022, naik signifikan dibanding tahun 2021-nya sebesar $151 juta, thanks to kenaikan rata-rata harga jual batubara metalurgi dari $180 menjadi $335 per metrik ton, namun laba tersebut turun lagi menjadi $479 juta di tahun 2023, seiring kembali turunnya harga jual menjadi $241 per metrik ton. Dan demikian pula untuk periode Januari – September 2024 di mana HCC mencatat laba bersih $249 juta, turun dibanding periode yang sama tahun 2023 sebesar $345 juta, selaras dengan masih berlanjutnya penurunan rata-rata harga jual batubara.

Alhasil, tidak heran jika pergerakan saham HCC lebih mengikuti naik turunnya harga batubara dibanding pertumbuhan kinerja operasionalnya itu sendiri, ataupun naik turunnya Indeks S&P 500. Jadi ketika dalam setahun terakhir ini harga batubara Newcastle sempat bergerak naik dari $115 per ton di bulan Februari 2024 hingga tembus $150 per ton di bulan Oktober 2024, maka demikian pula HCC dalam periode waktu yang sama ikut naik dari $55 hingga sempat menyentuh $75. Namun setelah itu harga batubara berbalik turun hingga sekarang balik lagi ke $114 per ton, dan demikian pula HCC turun lagi ke harga $54. Sehingga sama seperti harga batubara yang basically gak kemana-mana di sepanjang tahun 2024 hingga awal 2025 ini, maka demikian pula saham HCC cenderung bergerak flat namun dengan rentang yang lebar, dalam hal ini antara $50 hingga $75.

Nah, jadi sampai sini anda sudah bisa baca pemikiran penulis bukan? Perhatikan: Dengan trailing PER hanya 7.4 dan PBV 1.3 kali pada harga saham $54.23, maka HCC ini jelas merupakan value stock, plus di sisi lain dia juga merupakan growth stock dengan volume produksi, penjualan, serta nilai ekuitas perusahaan yang terbukti konsisten bertumbuh dari tahun ke tahun, dan bisa diharapkan akan kembali tumbuh dalam jangka panjang (ingat HCC juga punya tambang Blue Creek yang masih dalam tahap pengembangan), dan demikian pula harga sahamnya sudah naik signifikan sejak IPO-nya di tahun 2017 lalu. Namun demikian untuk jangka pendek - menengahnya (setahun atau kurang), maka naik turunnya saham HCC sangat dipengaruhi oleh naik turunnya harga batubara, dan karena itulah ketika harga batubara Newcastle drop dengan cepat dari $150 di bulan Oktober 2024 hingga mentok di $113, sebelum kemudian naik lagi ke $114 per ton, maka HCC juga turun dari $75 hingga kemarin mentok di $50.43, sebelum sekarang naik lagi ke $54.

Sehingga jika besok-besok harga batubara lanjut rebound maka HCC juga akan naik, tapi sebaliknya jika harga batubara kembali turun maka demikian pula HCC akan lanjut turun. Nah, namun seperti halnya harga minyak yang kemarin-kemarin juga turun terus tapi sejak akhir Desember 2024 kemarin sampai sekarang akhirnya berbalik naik, di mana itu mendorong saham-saham perusahaan minyak di NYSE untuk juga ikut rebound, maka penulis melihat bahwa harga batubara juga akan segera menyusul naik, dan demikian pula saham-saham batubara termasuk HCC ini akan ikut naik, dengan targetnya untuk balik ke posisinya di bulan November 2024 lalu, yakni $70 – 75. Dalam jangka panjangnya penulis optimis HCC bisa ke $100 – 150, bahkan jika harga batubara tidak berubah di kisaran harganya saat ini, yakni jika lokasi tambangnya yang di Blue Creek sudah beroperasi dan alhasil volume produksi dan penjualan batubara perusahaan lompat signifikan. Namun dalam jangka pendeknya maka seperti disebut barusan, mari kita lihat apakah HCC bisa naik ke $70 – 75.

Di sisi lain risiko untuk HCC ini cukup jelas yakni jika harga batubara lanjut turun, dan jika demikian maka sahamnya akan ikut turun, mungkin bisa sampai tembus di bawah $50. Namun jika melihat harga batubara Newcastle saat ini yang sudah balik lagi ke level harganya di tahun 2018 dan 2011 lalu, sedangkan di sisi lain inflasi dunia sudah naik sangat tinggi dalam 10 – 15 tahun terakhir, maka penulis menganggap risikonya terbilang rendah, dan lebih mungkin bagi harga batubara untuk menyusul harga minyak yang sudah lebih dulu rebound. Kemudian karena seperti disebut di atas, coking coal yang diproduksi HCC digunakan untuk peleburan baja, maka harganya juga turut dipengaruhi oleh harga baja dunia. Dan kebetulan setelah turun terus dari puncaknya di harga 5,925 Chinese Yuan per ton pada Oktober 2021 lalu hingga mentok di CNY2,773 per ton pada Agustus 2024, maka kesininya harga baja mulai naik lagi, sehingga normalnya harga coking coal juga akan ikut menyusul naik (Catatan: Harga coking coal bisa dilihat disini. Namun berdasarkan pengamatan penulis, pergerakan saham-saham batubara di US termasuk HCC lebih mengikuti naik turunnya harga batubara Newcastle ketimbang harga coking coal itu tadi).

But still, untuk membatasi risiko maka kita bisa cut loss pada level psikologis $50, dalam hal ini jika harga batubara dan harga baja kembali turun. Sehingga dengan demikian kita sekarang punya saham dengan potensi profit 40 – 50% dan risiko loss 5%, dan mari kita lihat perkembangannya 3 – 6 bulan dari sekarang.

And btw jika harga batubara benar kembali naik maka tentunya itu tidak hanya menjadi sentimen positif bagi saham-saham batubara di US tapi juga bagi saham-saham batubara di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jadi nanti kita akan bahas lagi prospeknya. Yang penting kata kuncinya adalah: Terlepas dari apakah pendapatan serta laba bersihnya naik atau turun, namun volume produksi dan penjualan batubara dari perusahaan yang bersangkutan harus tetap naik dari tahun ke tahun, dan perusahaan itulah yang sahamnya akan kita beli.

***

Mulai tahun 2025 Avere Investama meluncurkan program US Stocks Copytrade di mana anda bisa mengikuti saham-saham US apa saja yang kami beli, hold, dan jual, lengkap dengan analisa serta strateginya. Info lengkap baca disini.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Prospek Saham Adaro Minerals Indonesia (ADMR): Better Than ADRO?