Prospek GRAB: Saham Ojek Online Termurah di NASDAQ

Minggu lalu kita sudah membahas tentang bagaimana kita akan bisa tetap profit dari bursa saham Amerika Serikat (US), bahkan jika Indeks S&P 500 (SPX), yang bisa kita sebut sebagai IHSG-nya Amerika, turun di tahun 2025 nanti, karena akan selalu ada saham-saham tertentu yang naik sendiri. Jadi sekarang pertanyaannya, kira-kira apa saja saham tersebut? Nah, penulis sudah mengerjakan screening-nya dan ketemu beberapa nama, salah satunya yang akan kita bahas di artikel kali ini, yang kebetulan nama perusahaannya juga sangat familiar di Indonesia: Grab Holdings Ltd (GRAB). Okay, kita langsung saja.

***

Live Webinar How to Invest in US Stocks, Sabtu 25 Januari 2025, pukul 08.00 – 10.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini.

***

Sejarah perusahaan dimulai ketika dua mahasiswa Harvard Business School bernama Anthony Tan dan Hooi Ling Tan, keduanya warga negara Malaysia, memiliki ide untuk membuat aplikasi untuk memudahkan masyarakat memesan mobil taksi secara online. Maka pada tahun 2012 diluncurkanlah aplikasi MyTeksi di Kuala Lumpur, Malaysia, dengan nama badan hukum MyTeksi Sdn. Bhd., dan masih di tahun yang sama perusahaan sudah mampu berekspansi hingga ke hampir seluruh kota-kota besar di Malaysia. Setahun kemudian pada 2013, dalam rangka ekspansi keluar negeri maka perusahaan memindahkan kantornya ke Singapura, dan merk ‘MyTeksi’ diubah menjadi ‘GrabTaxi’ dengan nama badan hukum GrabTaxi Holdings Pte. Ltd., sebelum kemudian masuk ke Singapura itu sendiri, Filipina, dan Thailand, dilanjut pada tahun 2014 GrabTaxi juga memperluas layanannya ke Vietnam, serta Indonesia. Pada tahun 2014 ini pula, GrabTaxi untuk pertama kalinya menyediakan layanan ojek online menggunakan sepeda motor (sebelumnya hanya mobil saja), sehingga sekarang mereka punya dua merk yakni GrabCar dan GrabBike, sebelum kemudian pada tahun 2015 menyediakan jasa pengiriman barang dengan merk GrabExpress. Tahun 2016, GrabTaxi di-branding ulang menjadi ‘Grab’ saja, dan nama badan hukumnya juga berubah menjadi Grab Holdings Ltd dan terdaftar Cayman Islands, albeit kantor operasionalnya tetap di Singapura. Pada tahun yang sama, sang founder Anthony Tan pindah kewarganegaraan dari sebelumnya WN Malaysia menjadi WN Singapura.

Ilustrasi driver Grab.

Oke, lanjut. Tahun 2017, Grab berekspansi ke Kamboja dan Myanmar, sehingga sejak saat inilah layanan Grab resmi tersedia di hampir semua negara-negara di ASEAN kecuali Laos, Brunei Darussalam, dan Timor Leste. Lanjut pada tahun 2018 hingga 2021, Grab secara berturut-turut meluncurkan GrabFood (layanan pengiriman makanan), GrabPay (layanan pembayaran), GrabKitchen, GrabMart, dan seterusnya. Alhasil pada tahun 2021 ini Grab dicitrakan sebagai super-app yang menyediakan banyak layanan yang secara umum dikelompokkan dalam empat kategori: 1. Jasa taksi/ojek online, 2. Jasa pengiriman, 3. Jasa keuangan (termasuk dompet digital OVO di Indonesia), dan 4. Jasa bisnis dan komersial. Masih di tahun 2021 tepatnya pada tanggal 2 Desember, Grab Holdings Ltd resmi melantai di Bursa Nasdaq Amerika Serikat dengan ticker GRAB serta harga perdana $11.89, yang mencerminkan market cap nyaris $40 miliar. However masih di hari yang sama sahamnya langsung nyungsep -21% dan ditutup di posisi $8.75, sebelum kemudian lanjut turun hingga mentok di posisi $2.33 pada bulan Juni 2022, di mana menurut penulis sendiri itu sama sekali tidak mengejutkan karena, terlepas dari pertumbuhan bisnisnya yang sangat pesat, namun GRAB sejak awal merupakan perusahaan yang konsisten merugi saban tahun, dan bahkan sampai tahun 2021 tersebut dia masih rugi. Jadi ya sama saja dengan dengan PT Goto Gojek Tokopedia, Tbk (GOTO) di Indonesia, yang meskipun aplikasi Go-Jek itu sendiri sangat populer disini, tapi tetap sahamnya pada akhirnya jeblok karena perusahaannya sampai sekarang rugi terus.

Kinerja keuangan GRAB: Sudah Turnaround!

Nah, tapi sekarang kita ke bagian menariknya: Selepas bulan Juni 2022 sampai dengan Agustus 2024 kemarin, maka selama dua tahun saham GRAB tidak lanjut turun meski juga belum naik lagi, melainkan bergerak mendatar di rentang $2.50 – 3.50. Dan kemungkinan itu karena investor melihat angka pendapatan perusahaan yang terus naik dari $675 juta di 2021 menjadi $1.4 miliar di 2022, lalu naik lagi menjadi $2.4 miliar di 2023, dan diproyeksi akan menjadi $2.8 miliar di tahun 2024 ini. Sehingga, meskipun di tahun 2021, 2022, dan 2023 tersebut perusahaan masih terus merugi, tapi dengan pendapatannya konsisten bertumbuh maka muncul ekspektasi bahwa GRAB pada akhirnya nanti akan mencetak laba juga, apalagi angka ruginya itu sendiri terus turun dari $3.4 miliar di 2021 menjadi $1.7 miliar di 2022, dan turun lagi menjadi $434 juta di 2023. However karena sampai dengan Q2 2024, perusahaan masih kembali merugi, maka jadilah sahamnya sampai Agustus 2024 masih belum kemana-mana di kisaran $3.00 – 3.50 per saham.

Barulah memasuki bulan September 2024, GRAB pelan-pelan naik hingga sempat menyentuh $3.85 (jadi secara teknikal dia sudah break-out resisten $3.50), dan imbasnya muncul rumor bahwa kenaikan tersebut disebabkan oleh aksi borong investor yang sudah mengetahui bahwa GRAB akan mencetak laba di Q3 2024. Dan ketika GRAB akhirnya merilis laporan keuangannya pada tanggal 11 November 2024, di mana ternyata benar perusahaan untuk periode Q3 2024 tersebut (bulan Juli – September 2024) mampu mencetak laba operasional $22 juta serta laba bersih $26 juta, maka pada saat itu sahamnya langsung naik ke $4.89, atau lompat lebih dari +55% dari posisi terendahnya di bulan Agustus, sebelum kemudian lanjut naik hingga ke posisi $5.18 ketika artikel ini ditulis.

Oke Pak Teguh, jadi kita sudah ketinggalan kereta dong? Well, kabar baiknya meskipun sekarang ini saham GRAB sudah naik banyak, namun dengan PBV 3.3 kali pada harga $5.18, maka valuasinya relatif masih murah dibanding saham sejenis seperti Uber Technologies, Inc (UBER, PBV 8.8 kali), atau Lyft, Inc (LYFT, PBV 9.4 kali). Perlu juga dicatat bahwa seperti halnya GRAB, maka UBER juga dulunya rugi terus sebelum akhirnya cetak laba bersih $1.9 miliar di tahun 2023, dan kembali mencetak laba di tahun 2024 ini, sedangkan untuk LYFT malah belum cetak laba sama sekali. But still, valuasi keduanya jauh lebih tinggi dibanding GRAB.

Sehingga, meskipun penulis juga tidak melihat bahwa GRAB akan naik hingga valuasinya sama seperti UBER dan LYFT (karena GRAB biar bagaimanapun bukan perusahaan Amerika itu sendiri, jadi dia beda dengan UBER dan LYFT), tapi untuk naik hingga PBVnya mencapai 4 – 5 kali atau setara harga saham $6.30 – 7.90 maka itu masih mungkin, yakni jika benar mulai tahun 2025 nanti dan seterusnya perusahaan akhirnya sukses mencetak laba bersih (Catatan: Antara Januari – September 2024 GRAB masih cetak rugi $131 juta, jadi kemungkinan untuk tahun 2024 ini secara keseluruhan dia masih akan rugi). Dan kalau melihat UBER yang ketika untuk pertama kalinya cetak laba bersih di 2023, maka setelah itu dia cetak laba terus, maka penulis juga optimis bahwa GRAB akan kembali cetak laba bersih di Q4 2024 nanti dan seterusnya, dan tentunya sahamnya akan lanjut naik. Dalam hal ini penulis juga ingat dengan saham SoFi Technologies, Inc (SOFI), yang juga merupakan perusahaan start up teknologi yang tiap tahun rugi melulu, jadi ya otomatis sahamnya juga turun. Namun setelah pada Q4 2023 lalu SOFI untuk pertama kalinya cetak laba bersih yang kemudian berlanjut di tahun 2024 ini, maka sahamnya akhirnya lompat dari hanya $6.32 di bulan Agustus 2024 hingga sekarang sudah $15.90, dan kemungkinan masih akan lanjut naik karena bahkan pada harga sahamnya saat ini, PBV SOFI masih 2.7 kali.

Anyway kembali ke GRAB, yang sayangnya PBVnya tidak semurah PBV SOFI ketika penulis menemukannya untuk pertama kali pada harga $6, yakni hanya 1.2 kali, melainkan PBV GRAB pada saat ini sudah mencapai 3.3 kali seiring kenaikan harga sahamnya yang memang cukup signifikan (lebih dari 50%) ke posisi $5.18. Jadi bahkan kalaupun benar sahamnya lanjut naik hingga mencapai target $7.90 di atas, maka potensi profitnya hanya 52% saja, alias tidak sampai bagger seperti halnya SOFI kemarin. Di sisi lain jika kinerja perusahaan tidak sesuai harapan/labanya berbalik jadi rugi lagi di Q4 2024 nanti, dan tetap ada risiko itu terjadi, maka tentu saja sahamnya batal naik dan justru akan berbalik turun, mungkin bahkan hingga balik lagi ke rentang $3.00 – 3.50, sehingga ruginya akan lumayan jika anda beli sahamnya pada harganya saat ini.

Therefore, kalau anda berminat masuk ke GRAB ini maka berikut strateginya. Pertama, kenaikan GRAB dalam tiga bulan terakhir harusnya sudah price in (selaras) dengan kinerja fundamental serta prospeknya yang saat ini sudah lebih baik, yakni setelah perusahaan untuk pertama kalinya mencetak laba di Q3 2024 kemarin. Yang itu artinya, sahamnya tidak akan lanjut naik lagi dalam waktu dekat dan mungkin bisa saja justru turun sedikit ke posisi $4.50 – 5.00, bahkan jika perusahaan kembali cetak laba di Q4 2024 nanti. Kedua, jika perusahaan benar kembali cetak laba di laporan keuangannya untuk periode Q4 2024 (yang akan rilis bulan Februari 2025 nanti), maka pada saat itulah ekspektasi bahwa GRAB akan cetak laba mulai tahun 2025 dan seterusnya akan semakin menguat, dan sahamnya akan sudah naik duluan sebelum perusahaan merilis LK-nya untuk periode Q1 2025, pada bulan Mei 2025.

Jadi dengan demikian anda sekarang bisa masuk ke GRAB, usahakan pada harga $5.00 atau dibawahnya, lalu nanti masuk lagi pada sekitar bulan Februari 2025, dalam hal ini jika harga sahamnya masih berada di rentang $4.50 – 5.50 (tapi jika di atas itu maka jangan dikejar lagi), dan setelah itu hold saja sampai setahun ke depan dengan target $7.90 itu tadi. Semoga beruntung!

***

Live Webinar How to Invest in US Stocks, Sabtu 25 Januari 2025, pukul 08.00 – 10.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?