Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?
Dalam banyak kesempatan penulis sudah mengatakan bahwa PT Adaro Energy Indonesia, Tbk (ADRO) adalah perusahaan yang bagus dan menguntungkan, namun karena di sisi lain perusahaan dimiliki oleh Grup Saratoga yang cara kerja mereka melibatkan banyak utang yang kemudian membebani ADRO itu sendiri dengan biaya bunga, maka kinerja fundamental ADRO secara historis tidak sebagus katakanlah PTBA atau ITMG. Meski demikian karena valuasi saham ADRO selalu lebih murah dibanding dua saham batubara di atas, dan semakin kesini utang perusahaan juga semakin berkurang (sekarang DER-nya tinggal 0.4 kali, dan itu malah lebih baik dibanding DER PTBA sebesar 1.0 kali), maka anda bisa tetap profit dari sahamnya asalkan masuk di harga yang tepat. Anda bisa baca lagi ulasannya disini.
***
Ebook
Market Planning edisi Desember 2024 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info
jual beli saham, dan update strategi investasi bulanan sudah terbit.
Anda bisa memperolehnya disini, gratis tanya jawab
saham/konsultasi portofolio untuk member.
***
Nah, tapi bagaimana kalau penulis katakan bahwa anda sekarang berkesempatan untuk membeli saham dari anak usaha ADRO yang kinerjanya lebih baik dibanding ADRO itu sendiri namun pada valuasi yang relatif sama murahnya? Yup, yang penulis maksud disini adalah PT Adaro Andalan Indonesia, Tbk (AADI), yang dijadwalkan akan melantai di BEI pada tanggal 5 Desember 2024. Dan berikut analisanya.
Sejarah perusahaan dimulai ketika pada tahun 2004, duet pengusaha Boy Garibaldi Thohir dan Theodore Permadi Rachmat mendirikan perusahaan dengan nama PT Padang Karunia, yang kemudian dijadikan induk dari perusahaan lain dengan nama PT Alam Tri Abadi, dan PT Alam Tri Abadi ini pada gilirannya dijadikan induk dari PT Adaro Indonesia (AI), sebuah perusahaan batubara yang sejak awal sudah dimiliki oleh Boy Thohir dkk itu sendiri. Kemudian PT Alam Tri Abadi juga dijadikan induk dari perusahaan-perusahaan lain di bidang jasa kontraktor batubara (PT Saptaindra Sejati), perdagangan batubara (Coaltrade Pte Ltd), logistik (PT Indonesia Bulk Terminal), dan pembangkit listrik (PT Makmur Sejahtera Wisesa, PT Jasapower Indonesia), yang dimiliki oleh nama-nama lain seperti Edwin Soeryadjaya, Alm. Benny Subianto, hingga Sandiaga Salahuddin Uno, yang tergabung dalam bendera Grup Saratoga, Persada Capital Investama, dan Grup Triputra. Mereka-mereka inilah yang kemudian menjadi joint owner dari ADRO. Proses restrukturisasi yang rumit ini adalah untuk persiapan dari IPO PT Padang Karunia itu sendiri yang di kemudian hari berubah nama menjadi PT Adaro Energy Indonesia, Tbk (ADRO) pada tahun 2007, dilanjut IPO pada tahun 2008, ketika itu pada harga perdana Rp1,100 per saham.
Okey, lanjut. Pasca IPO maka ADRO terus berkembang entah itu dengan cara akuisisi lokasi tambang batubara baru, memperluas/menambah kapasitas produksi lokasi tambang yang sudah ada, membangun infrastruktur tambang, hingga membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang kesemuanya ditempatkan di bawah PT Alam Tri Abadi. Dan hasilnya produksi batubara ADRO melalui PT Alam Tri meningkat pesat dari 34.4 juta ton pada tahun 2006, menjadi 60.8 juta ton pada tahun 2023. Kemudian selain bisnis batubara thermal maka ADRO juga berekspansi di batubara metalurgi melalui anak usahanya PT Adaro Minerals Indonesia, Tbk (ADMR), dan energi baru dan terbarukan (EBT). Kedua bisnis baru ini tidak ditempatkan di bawah PT Alam Tri, sehingga perusahaan tetap fokus di batubara thermal. Pada tahun 2024 ini nama PT Alam Tri Abadi berubah menjadi PT Adaro Andalan Indonesia sebelum kemudian IPO di tahun yang sama dengan ticker AADI, dan direncanakan untuk tidak lagi ditempatkan di bawah ADRO, melainkan dipegang langsung oleh Saratoga dkk. Jadi untuk kedepannya ADRO akan fokus ke batubara metalurgi dan EBT, sedangkan AADI juga akan fokus ke batubara termal seperti biasa.
Kemudian inilah menariknya: Kemungkinan karena bisnis batubara metalurgi dan EBT (terutama EBT) milik ADRO terhitung masih baru dirintis, aka berbeda dengan bisnis batubara termal yang ditempatkan di bawah AADI yang sudah dikembangkan sejak lama sehingga lebih settle, maka seperti disebut di atas, kinerja AADI selama ini lebih baik dibanding induknya sendiri. Misalnya pada puncak booming batubara di tahun 2022 lalu, ADRO mencatat pendapatan $8.1 miliar dan laba bersih $2.49 miliar, yang mencerminkan ROE 41.4% berdasarkan ekuitas $6.0 miliar. Sedangkan AADI pendapatannya $7.7 miliar dan laba bersih $2.06 miliar, sehingga ROE-nya lebih baik di 50.2% berdasarkan ekuitas $4.1 miliar. Demikian pula untuk data terbaru per Semester I 2024, maka laba bersih ADRO tercatat $779 juta sedangkan laba AADI justru lebih besar yakni $859 juta (tapi ini ada penjelasannya nanti di bawah). Sehingga hubungan antara ADRO dan AADI ini mengingatkan penulis dengan situasi yang sama antara INDF dan ICBP. Hanya bedanya, jika valuasi ICBP lebih tinggi dibanding INDF karena memang selaras dengan kinerja fundamentalnya yang lebih baik, maka valuasi AADI berdasarkan harga IPO tertingginya yakni Rp5,900 per saham terbilang hampir sama dengan valuasi ADRO di harga saham 4,000, atau bahkan lebih murah. Dan perhitungannya sebagai berikut.
Pertama, ekuitas AADI sebelum IPO per 30 Juni 2024 tercatat $2,383 juta. Melalui IPO-nya, perusahaan akan memperoleh tambahan modal maksimal Rp4.6 triliun, setara $289 juta berdasarkan kurs Rp15,888 per Dollar (kurs tengah BI pada tanggal RUPSLB ADRO di 18 November kemarin), sehingga pasca IPO ekuitasnya akan menjadi $2,672 juta. Jumlah saham beredar AADI setelah IPO juga akan meningkat menjadi 7.8 miliar lembar, sehingga book value AADI akan menjadi $2,672 juta dibagi 7.8 miliar, sama dengan $0.34, setara Rp5,452 per saham. Maka PBV-nya adalah Rp5,900 dibagi Rp5,452, sama dengan 1.1 kali, aka sama dengan PBV ADRO di harga 4,000 yang juga 1.1 kali.
Kemudian yang lebih menarik adalah PER-nya, sebagai berikut: Seperti disebut di atas, laba bersih AADI di Semester I 2024 tercatat $859 juta, disetahunkan (dikali 2) jadi $1.7 miliar. Dibagi 7.8 miliar lembar saham beredar, maka EPS (earnings per share) AADI menjadi $0.22, setara Rp3,505 per saham. Maka PER-nya Rp5,900 dibagi Rp3,505, sama dengan.. 1.7 kali. Sebagai perbandingan, PER ADRO sendiri mencapai 5.2 kali pada harga saham 4,000, demikian pula anda bisa cek PER dari saham-saham batubara lainnya yang ada di BEI, maka semuanya lebih tinggi dibanding PER AADI ini. Jadi kalau dilihat dari PER maka AADI merupakan saham batubara termurah di BEI, sedangkan fundamentalnya terbilang bagus tidak hanya dibanding ADRO tapi juga dibanding emiten batubara lainnya secara umum, dan dengan prospek ke depan yang juga sama dengan saham-saham batubara lainnya di BEI, aka mengikuti naik turunnya harga batubara itu sendiri (sedangkan dalam banyak kesempatan, penulis sudah katakan bahwa ada kemungkinan harga batubara kedepannya akan naik).
Beli AADI melalui proses IPO-nya? Impossible!
Problemnya, kita tahu bahwa dalam proses IPO-nya AADI hanya melepas 10% saham, dengan penjamin emisi PT Trimegah Sekuritas yang juga dimiliki oleh Bapak Boy Thohir. Dan penulis sendiri sudah cek, kalau anda mencoba ikut IPO-nya maka hampir pasti tidak akan kebagian barang. Jadi satu-satunya cara untuk membeli sahamnya adalah dengan menjadi pemegang saham ADRO, lalu dapat dividen sebesar Rp1,350 per saham, lalu gunakan dividen tersebut untuk membeli saham AAI melalui penawaran umum pemegang saham (PUPS) yang diselenggarakan oleh ADRO itu sendiri. Dan kebetulan tanggal cum dividen dan juga tanggal cum hak untuk membeli saham AADI bagi pemegang saham ADRO sudah keluar, yakni hari Selasa, 26 November 2024.
Sehingga jika anda berminat dengan AADI, maka anda sekarang beli saham ADRO di pasar (terakhir harganya Rp3,800), lalu hold sampai lewat tanggal 26 November, dan dengan demikian anda akan memperoleh dividen sekaligus right (hak untuk membeli saham AADI), berdasarkan rasio yang akan diumumkan kemudian, misalnya jika anda pegang 10 lot saham ADRO maka akan dapat hak untuk membeli 5 lot saham AADI. Nah, kelihatannya simpel bukan?? But here’s the catch: Pertama, harga saham ADRO hampir pasti akan langsung anjlok pada perdagangan tanggal 28 November sebelum anda sempat menjualnya, dan kemungkinan akan lanjut turun setelahnya karena.. berbeda dengan perkiraan sebelumnya di mana tanggal cum dividen dan tanggal cum right kemungkinan akan ditetapkan berbeda (jadi setelah sahamnya anjlok setelah cum dividen maka ada kemungkinan ADRO akan naik lagi menjelang cum right), tapi ternyata tanggalnya sama di 26 November. Yang itu artinya? Yup, setelah tanggal 26 November tersebut maka ADRO bisa langsung terjun bebas sampai berapa saja! Mungkin bahkan dengan penurunan yang lebih besar dibanding nilai dividennya itu sendiri di Rp1,350 per saham, karena sekarang dia benar-benar sudah menjadi 'perusahaan kosong', yang tidak punya alasan untuk naik lagi.
Oke Pak Teguh, tapi yang penting setelah tanggal 26 November itu tidak hanya kita dapat dividen, tapi kita juga akan sudah pegang right-nya bukan? Sehingga kita bisa beli saham AADI pada harga maksimal Rp6,037 per saham, alias sedikit lebih tinggi dibanding harga IPO-nya di Rp5,900, tapi masih terhitung sangat murah. Jadi ya gak apa-apa dong kalau saham ADRO abis itu jeblok? Yup, benar, tapi masih ada satu hal lagi: Pada ulasan disini, penulis katakan bahwa terdapat risiko saham AADI akan langsung turun setelah proses PUPS-nya selesai, karena logikanya akan ada banyak pemegang saham ADRO yang sekarang memegang saham AADI, yang menjual saham AADI di pasar untuk merealisasikan keuntungan, tapi tentu imbasnya itu akan membuat saham AADI itu sendiri jeblok.
Dan ternyata manajemen ADRO dan juga AADI menyadari hal ini, sehingga mereka kemudian menerapkan skema lock up: Bagi anda yang membeli saham AADI melalui proses PUPS ADRO, maka anda baru akan bisa menjual saham AADI yang anda miliki dalam waktu 8 bulan setelah anda memegang saham AADI tersebut. Yep, jadi saham AADI memang (seharusnya) tidak akan turun setelah PUPS, mungkin malah bisa naik tinggi. Tapi dalam waktu delapan bulan dari sekarang, maka siapa yang bisa menebak harga saham AADI akan naik atau turun ke berapa? Dan apakah anda sebagai pemegang sahamnya siap untuk ‘menahan nafas’ selama delapan bulan tersebut? Sedangkan kita tahu bahwa AADI ini perusahaan cyclical, di mana betul bahwa kinerjanya akan bagus jika harga batubara kedepannya naik. Tapi bagaimana jika harga batubara dalam delapan bulan ke depan justru turun??
Catatan: Ada juga yang menyebutkan bahwa skema lock up ini hanya berlaku untuk pemegang saham pengendali, sehingga investor publik bisa jual saham AADI kapan saja tanpa harus menunggu delapan bulan, tapi ini belum dikonfirmasi.
Kesimpulan
Kesimpulannya, jika anda beli/hold saham ADRO lalu kemudian ikut membeli saham AADI ini maka terdapat peluang bahwa anda akan profit besar, tapi risikonya juga tidak kalah besarnya. Dan actually penulis sendiri lebih suka masuk ke AADI ini nanti setelah periode lock up-nya berakhir pada bulan Juli 2025 nanti, tentunya jika harga sahamnya pada saat itu masih terhitung murah dan kinerja perusahaannya masih bagus. Karena ingat bahwa skema lock up ini tidak mencegah saham AADI untuk turun ketika nanti para investor ritel ramai-ramai menjualnya, melainkan hanya menundanya saja sampai delapan bulan ke depan, berapapun harga saham AADI ketika itu. Dan kalau skema lock up tadi tidak berlaku untuk investor publik yang memegang saham AADI, maka artinya sahamnya berisiko untuk turun lebih cepat.
Dan oh ya satu lagi: Meski betul bahwa laba bersih AADI di Semester I 2024 mencapai $859 juta, tapi itu termasuk keuntungan pelepasan investasi dari penjualan saham anak usaha sebesar $323 juta yang sifatnya non-operasional, sehingga kalau keuntungan ini dinggap tidak ada maka laba bersih AADI sejatinya hanya $536 juta, dan jika demikian maka otomatis PER-nya juga tidak serendah seperti yang disampaikan di atas, sekaligus berarti bahwa di tahun 2025 nanti laba AADI hampir pasti akan turun dalam, kecuali: 1. Harga batubara naik sangat signifikan, dan/atau 2. Perusahaan ada jual anak usaha sekali lagi, lalu profit dari situ.
Sehingga seperti yang penulis sudah sampaikan disini
dan disini,
maka kalau anda sudah pegang ADRO sejak awal di harga bawah, misalnya 2,400 –
2,800, maka bisa coba peruntungan di AADI ini, toh anda biar bagaimana sudah
profit karena sekarang saham ADRO sudah di 3,800, jadi risikonya sebatas profit
itu akan berkurang saja. Namun jika anda baru masuk di ADRO pada harga sekarang,
maka itu tidak disarankan. Lebih baik kita fokus saja di banyak saham-saham bagus
lainnya di BEI, yang kebetulan harganya juga sedang turun banyak seiring
koreksi IHSG selama dua bulan terakhir ini. Anyway, mari kita lihat lagi
perkembangannya setelah tanggal 26 November besok.
***
Ebook
Investment Planning berisi kumpulan 30 analisa saham
pilihan edisi Q3 2024 sudah terbit! Dan sudah bisa dipesan
disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio, langsung dengan
penulis.
Komentar
Sdh tertulis di rilis keterbukaan informasi