Prospek Cerah Saham Hartadinata Abadi (HRTA) di Tengah Kenaikan Harga Emas

Dalam beberapa waktu terakhir anda mungkin memperhatikan harga emas terus naik dari hanya $2,000 per oz di awal tahun 2024 lalu hingga terakhir sudah tembus $2,000 per oz, dan imbasnya mulai ramai orang berinvestasi di emas terutama dalam bentuk emas batangan aka logam mulia (LM). Dan kalau bagi investor saham maka pertanyaannya cuma satu: Perusahaan Tbk mana yang diuntungkan karena fenomena ini? Nah kebetulan ada satu emiten di bidang ini yang kinerjanya selama ini sangat bagus dan valuasinya pun masih murah, sehingga potensi kenaikannya pun cukup tinggi. Yup, emiten itu adalah PT Hartadinata Abadi, Tbk (HRTA), dan berikut ulasan lengkapnya.

***

Hingga akhir September 2024, Avere Investama mencatat kinerja profit +11.0% termasuk dividen berbanding kenaikan IHSG +3.5%, dihitung sejak awal tahun 2024. Untuk ikut tracking porto kami bisa baca infonya disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.

***

HRTA adalah perusahaan produsen dan distributor perhiasan emas, logam mulia, dan juga memiliki usaha gadai emas. Sejarah perusahaan dimulai pada tahun 1989 ketika sang founder, Bapak Ferriyady Hartadinata, membuka toko perhiasan di Bandung, Jawa Barat, dilanjut pada tahun 1995 sudah memiliki pabrik yang memproduksi perhiasan emasnya sendiri, yang kemudian dijual entah itu melalui toko milik sendiri, atau dijual secara grosir ke toko perhiasan milik pihak ketiga. Lalu pada tahun 2004 badan hukum PT Hartadinata Abadi resmi berdiri, dan setelah itu perusahaan terus membuka pabrik casting emas baru dan/atau menambah kapasitas pabrik yang sudah ada, termasuk menambah jumlah gerai toko emasnya. Tahun 2017, perusahaan resmi melantai di Bursa Efek Indonesia dengan ticker HRTA, dan setelah itu perusahaan berekspansi lebih gencar lagi termasuk dengan membuka usaha gadai emas, mendirikan pabrik pemurnian emas (gold refinery), hingga mengekspor perhiasan emasnya ke sejumlah negara seperti India dan Uni Emirat Arab, jadi tidak lagi hanya jualan di dalam negeri.

Hingga pada akhir tahun 2023 kemarin, HRTA tercatat memiliki 4 lokasi pabrik yang memproduksi perhiasan emas serta logam mulia, 1 pabrik pemurnian emas, 83 toko emas milik sendiri yang tersebar dari Sumatera Selatan hingga Sulawesi Utara (belum termasuk 900 lebih toko emas milik pihak ketiga), 91 gerai gadai emas, dan tentunya toko online melalui website milik sendiri (emaskita.id), Tokopedia, dan Shopee. Menariknya hampir kesemua angka-angka tersebut tumbuh pesat dalam waktu lima tahun terakhir, di mana ketika HRTA IPO pada tahun 2017 lalu maka perusahaan baru memiliki 12 lokasi toko emas, dan juga baru memiliki 3 gerai gadai emas di tahun 2018-nya. Kemudian jika pada tahun 2017 lalu HRTA hanya memegang 7.5% pangsa pasar penjualan emas murni di Indonesia, maka pada tahun 2023 kemarin pangsa pasar tersebut naik menjadi 18.5%, yang menjadikannya salah satu market leader di industri logam mulia di Indonesia. Ohya, selain menjual LM dengan merk milik sendiri (Emasku, dan EmasKita), maka HRTA juga bekerjasama dengan anak usaha PT Aneka Tambang, Tbk (ANTM) untuk memproduksi dan menjual LM merk Antam. Jadi jika anda melihat LM Antam di toko emas maka belum tentu itu diproduksi oleh ANTM sendiri, melainkan bisa juga diproduksi oleh HRTA.

Produk logam mulia (LM) ukuran besar yang dijual perusahaan. Selain itu HRTA juga menjual LM ukuran kecil hingga 0.1 gram.

Dan alhasil, HRTA menjadi satu dari sedikit perusahaan di Indonesia yang kinerja keuangannya mampu untuk tumbuh konsisten dalam jangka panjang, di mana pendapatan serta laba bersihnya tercatat tumbuh rata-rata 26.4 dan 15.7% per tahun antara tahun 2017 – 2023, tanpa pernah sekalipun turun (pada tahun 2020 dan 2021 ketika terjadi resesi karena pandemi Covid, maka pendapatan dan laba bersih HRTA tetap naik). Pada tahun 2017, HRTA mencatat ekuitas Rp997 miliar, pendapatan Rp2.5 triliun, dan laba bersih Rp110 miliar. Dan pada tahun penuh 2023, ekuitas perusahaan tumbuh menjadi Rp2.0 triliun, pendapatan Rp12.9 triliun, serta laba bersih Rp306 miliar. Kemudian perusahaan selama ini juga rutin bayar dividen sebesar 20 - 25% dari laba bersihnya setiap tahun, di mana angka dividen ini juga terus naik dari hanya Rp6 per saham untuk tahun buku 2018 (tahun 2017 HRTA belum bayar dividen karena baru IPO), menjadi Rp15 per saham untuk tahun buku 2023.

Data kinerja pendapatan dan laba bersih HRTA di tahun 2017 - 2023, perhatikan grafiknya yang selalu bertambah panjang setiap tahun.

Okay, lalu bagaimana untuk tahun 2024 ini? Well, sampai dengan semester pertama 2024 kemarin laba HRTA kembali naik 10.8% dibanding periode yang sama tahun 2013, dengan ROE disetahunkan mencapai 19.6%, which is still excellent as usual. Dan mestinya kinerja perusahaan bisa lebih baik lagi di paruh kedua 2024 ini, karena itu tadi: Minat masyarakat untuk berinvestasi di logam mulia baru meningkat sejak 2 – 3 bulan terakhir seiring berlanjutnya kenaikan harga emas, sehingga omzet penjualan HRTA akan otomatis naik. Oh ya, dalam beberapa kesempatan penulis mengatakan bahwa kenaikan harga emas sebenarnya tidak berdampak langsung ke kinerja HRTA. Karena meski betul bahwa harga jual perhiasan/logam mulianya akan naik, tapi di sisi lain harga bahan baku emasnya (yang dibeli dari perusahaan tambang emas seperti Antam, Arci Indonesia dst) juga ikut naik, sehingga margin labanya tetap. Nah, namun demikian jika harga emas naik hingga ke level tertentu yang menyebabkan masyarakat ramai-ramai berinvestasi di emas, dan memang itulah yang terjadi belakangan ini, maka seperti disebut di atas, omzet penjualan HRTA akan ikut naik.

Sehingga kalau dari sisi track record kinerja, kinerja terbaru, dan juga prospek kedepannya, maka HRTA ini amat-sangat menarik, jadi terakhir tinggal soal valuasi sahamnya. Dan kabar baiknya, dengan PER 4.5 dan PBV 0.9 kali pada harga saham 402, maka HRTA jelas masih undervalue seiring dengan harga sahamnya yang memang belum kemana-mana sejak setahun terakhir, selaras dengan situasi pasar saham Indonesia yang memang kurang bersahabat sejak tahun 2023 lalu karena tingginya suku bunga BI Rate dll. Nah, tapi berhubung situasinya saat ini sudah lebih baik di mana IHSG mulai naik lagi, plus sentimen di industri logam mulia itu juga positif, maka penulis kira HRTA pada akhirnya akan jalan dengan pemberhentian pertamanya di kurang lebih 700 – 750, setara PER 7 – 8 kali, which is masih murah juga sebenarnya, tapi untuk sementara targetnya disitu dulu.

Tinggal sekarang soal risikonya, dan penulis menyoroti dua hal. Pertama, meski betul bahwa harga emas sekarang ini naik terus, tapi itu justru berarti bahwa besok-besok bisa saja harganya berbalik turun, dan jika itu terjadi maka sentimen di HRTA juga akan berubah menjadi negatif. Dan kedua, di tahun 2023 dan 2024 ini kinerja pendapatan HRTA naik lebih tinggi dibanding biasanya, karena perusahaan untuk pertama kalinya memperoleh pendapatan dari ekspor perhiasan emas secara grosir ke beberapa pelanggan korporasi di India dan Uni Emirat Arab, namun kontrak penjualannya hanya hingga akhir tahun 2024 nanti. Yang itu artinya jika pada tahun 2025 nanti kontrak tersebut tidak diperpanjang, dan di sisi lain HRTA tidak memperoleh pembeli baru untuk sebagai gantinya, maka pendapatannya di tahun 2025 tersebut akan tampak turun, demikian pula dengan laba bersihnya. Pihak manajemen sendiri sudah menyampaikan bahwa mereka akan terus menjual produknya ke pelanggan existing, termasuk tengah menjajaki potensi pelanggan baru di Singapura, Thailand, Vietnam, hingga Amerika Serikat. Namun menurut penulis tetap ada risiko pendapatan HRTA di tahun 2025 nanti akan turun jika manajemen gagal dalam memperoleh pelanggan baru di pasar ekspor, dan/atau memperpanjang kontrak yang sudah ada.

Terlepas dari itu untuk 2024 ini maka kinerja pendapatan serta laba bersih HRTA sudah hampir pasti akan terus tumbuh sampai akhir tahun nanti, dan tetap ada peluang kinerja tersebut lanjut tumbuh di 2025 dan seterusnya, karena seperti disebut di atas pihak manajemen masih terus berupaya untuk memperluas pasar ekspornya, di tambah mereka juga terus berekspansi membuka toko emas baru dll di pasar dalam negeri, which is seharusnya akan disambut baik oleh masyarakat Indonesia yang memang sedang gencar-gencarnya membeli logam mulia untuk tujuan investasi. So, wanna join the train?

Disclosure: Ketika artikel ini diposting, Avere Investama sedang dalam posisi hold HRTA pada harga beli Rp405. Posisi ini bisa berubah setiap saat tanpa pemberitahuan sebelumnya.

***

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 12 Oktober 2024, pukul 10.00 – 12.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini. Info WhatsApp 082110011100 (Yanti).

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Penjelasan Lengkap Spin-Off Adaro Energy (ADRO) dan Anak Usahanya, Adaro Andalan Indonesia

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Saham BBRI Anjlok Lagi! Waktunya Buy? or Bye?