Update Analisa Astra International (ASII): Waktunya Bangkit!
Ketika penulis terakhir membahas saham PT Astra International Tbk (ASII) di blog ini pada bulan Januari 2024 lalu, maka ketika itu inti analisanya sebagai berikut: Kinerja ASII sampai dengan Q3 2023 sebenarnya terhitung sangat baik dengan laba bersih Rp25.7 triliun, yang merupakan rekor laba bersih terbesar sepanjang sejarah perusahaan. Namun banyaknya sentimen negatif mulai dari munculnya berita skandal uji keselamatan oleh Daihatsu Motor Co Ltd di Jepang, viral cerita ‘kerangka eSAF motor Honda keropos’, hingga masuknya brand mobil listrik BYD asal China ke Indonesia yang ditengarai akan menghambat prospek usaha otomotif milik ASII, menyebabkan saham ASII justru turun dari 7,000 ke posisi 5,100 ketika itu. Dan setelah perusahaan melaporkan laba bersih Rp7.5 triliun di Q1 2024, turun 14.4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, maka jadilah sahamnya lanjut turun hingga mentok di 4,290 pada bulan Mei 2024, sebelum kemudian naik dan sekarang balik lagi ke posisi 5,100.
***
Hingga akhir Oktober 2024, Avere Investama
mencatat kinerja profit +23.6% termasuk dividen berbanding kenaikan IHSG +4.1%,
dihitung sejak awal tahun 2024. Untuk melihat saham-saham apa saja yang kami
pegang bisa baca
infonya disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk
member.
***
Nah, tapi secara keseluruhan ASII terhitung masih turun signifikan di sepanjang tahun 2024 ini. Kabar baiknya, untuk saat ini penulis bisa katakan bahwa ASII kedepannya berpeluang untuk naik ke setidaknya 6,000. Dan berikut analisanya.
Pertama, balik lagi ke tahun penuh 2023 di mana ASII cetak laba bersih Rp33.8 triliun, naik 16.9% dibanding tahun sebelumnya, dan itu adalah pencapaian yang sangat baik mengingat volume penjualan mobil nasional di sepanjang 2023 turun 4% dibanding 2022, harga komoditas batubara dan crude palm oil (CPO) juga turun sehingga otomatis menekan kinerja ASII di segmen tambang dan perkebunan kelapa sawit, ditambah BI Rate sedang tinggi-tingginya sehingga memberatkan kinerja ASII di segmen keuangan, infrastruktur, dan properti. Simpelnya, 2023 kemarin itu situasinya benar-benar serba sulit bagi hampir seluruh segmen usaha Grup Astra. But still, ASII tetap mampu kembali mencetak kenaikan pendapatan serta laba di tahun 2023 tersebut, dan genap tiga tahun berturut-turut kinerja perusahaan konsisten bertumbuh pasca pandemi.
Sehingga, ketika pada Q1 2024 kemarin laba bersih ASII akhirnya turun juga, maka menurut penulis itu wajar saja, karena situasi penurunan volume penjualan otomotif dan juga penurunan harga komoditas yang terjadi di sepanjang 2023 masih berlanjut sampai awal 2024, dan actually penurunan laba bersih yang sebesar 14.4% itu masih terhitung bagus mengingat sulitnya situasi ekonomi nasional secara umum, di mana kalau anda masih ingat kurs Rupiah juga terus melemah hingga sempat tembus Rp16,400 pada pertengahan 2024.
Nah, namun beruntung memasuki paruh kedua 2024, situasinya mulai membaik. Perhatikan: Harga batubara dan CPO pelan-pelan mulai naik, dilanjut suku bunga The Fed dan BI Rate turun, dan Rupiah mulai stabil di level Rp15,500 per Dollar. Dan memang situasi pasar saham Indonesia juga ikut membaik di mana IHSG yang sebelumnya terus turun hingga mentok di posisi 6,700an di bulan Juni, kesininya naik lagi hingga sekarang sudah di 7,500-an. Sehingga seperti yang di bulan Agustus kemarin sudah kita bahas disini, penulis katakan bahwa kinerja para emiten di BEI berpeluang untuk membaik di paruh kedua 2024, tidak terkecuali ASII. And guess what? ASII barusan sudah merilis laporan keuangannya untuk periode Q3 2024, dan kali ini labanya sukses berbalik naik! Meski memang hanya naik tipis 0.6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Tapi intinya kinerja ASII sudah back on track untuk tumbuh positif seperti tahun-tahun sebelumnya, dan perusahaan di tahun 2024 ini berpeluang untuk kembali mencetak rekor laba bersih terbesarnya sepanjang sejarah. Menariknya, volume penjualan otomotif itu sendiri sampai hari ini sebenarnya masih turun. Namun thanks to peluncuran mobil hybrid electric vehicle (HEV) seperti Innova Zenix yang dengan cepat merajai pasar (anda merhatiin gak kalau Innova Zenix ini sekarang ada dimana-mana?), maka penurunan volume penjualan yang dialami ASII tetap lebih rendah dibanding penurunan industri otomotif secara keseluruhan, dan imbasnya pangsa pasar ASII juga kembali naik dari 55% menjadi 57%. Oh ya, mungkin perlu juga dicatat bahwa meskipun volume penjualan mobil dan motor ASII memang turun, tapi karena di sisi lain harga jualnya naik maka ASII sampai dengan Q3 2024 masih mencetak pendapatan Rp99.5 triliun dari segmen otomotifnya, naik tipis dibanding periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp99.2 triliun.
Oke lanjut. Kedua, meskipun ASII baru merilis LK Q3 2024-nya barusan di mana laba bersihnya kembali naik (pada Q1 dan Q2 2024 kemarin, laba ASII tampak masih turun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya), namun seiring kenaikan IHSG maka seperti disebut diatas sahamnya sudah naik duluan dari 4,290 hingga sekarang 5,100, sehingga sebagian dari anda mungkin merasa sudah ketinggalan kereta. Tapi kabar baiknya dengan PER 6.0 dan PBV 1.0 kali pada harga 5,100, maka valuasi saham ASII jelas masih sangat murah untuk ukuran salah satu perusahaan terbesar, termapan, dan paling terkemuka di Indonesia. Dan ingat bahwa, berbeda dengan setahun lalu di mana saham ASII banyak terpengaruh oleh sentimen negatif skandal Daihatsu dll, maka sekarang ini sudah tidak ada sentimen negatif apa-apa lagi. Ditambah manajemen ASII terbukti mampu meng-cover penurunan volume penjualan otomotif dengan menaikkan harga jual otomotif itu sendiri, harga komoditas belakangan mulai naik, plus suku bunga BI Rate sudah mulai turun, maka otomatis prospeknya juga cerah di mana seperti disebut di atas, perusahaan berpeluang untuk kembali mencetak rekor laba bersih terbesarnya sepanjang sejarah di tahun penuh 2024 ini.
Therefore bagi anda yang sudah pegang ASII sejak awal
maka sekarang sudah boleh average down (atau kalau gak pegang cash ya sudah hold saja), lalu tunggu sampai bulan Mei 2025
nanti di mana perusahaan akan mengumumkan dividen, perkiraan sekitar Rp450 – 500
per saham, dan sudah tentu normalnya sahamnya akan sudah naik banyak sebelumnya.
Risikonya disini adalah jika IHSG kembali terkoreksi, atau jika kembali muncul
sentimen negatif seperti skandal Daihatsu setahun lalu, di mana jika itu
terjadi maka ASII bisa saja turun lagi. However risiko terjadinya force
majeure seperti itu bisa terjadi pada saham manapun, tidak hanya ASII, sedangkan jika itu tidak terjadi maka target terdekat bagi ASII ini adalah di 6,000 – 6,200.
Jadi mari kita lihat perkembangannya 3 – 6 bulan dari sekarang.
***
Hingga akhir Oktober 2024, Avere Investama mencatat kinerja profit +23.6% termasuk dividen berbanding kenaikan IHSG +4.1%, dihitung sejak awal tahun 2024. Untuk melihat saham-saham apa saja yang kami pegang bisa baca infonya disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.
Komentar