Saham Fintech di Nasdaq Ini Masih Murah, Diuntungkan Penurunan Fed Rate, Potensi Bagger

Beberapa waktu lalu kita sudah membahas tiga saham teknologi yang terdaftar Nasdaq serta New York Stock Exchange (NYSE), yakni Nvidia (NVDA), Meta Platforms (META), dan Alibaba (BABA). Dan meski tiga-tiganya menarik, namun valuasi NVDA dan META sudah tidak lagi murah, sedangkan potensi profit dari BABA mungkin tidak terlalu tinggi mengingat ukuran market cap-nya yang sejak awal sudah tergolong besar, yakni $180 miliar. Nah, tapi bagaimana kalau penulis katakan ada satu lagi saham teknologi di Nasdaq yang tergolong perusahaan kecil-menengah namun menawarkan prospek pertumbuhan yang sangat pesat (sehingga bisa dikategorikan growth stock), sedangkan di sisi lain valuasinya masih murah, dan karena itulah sahamnya bisa naik banyak hingga 100% atau lebih?

***

Live Webinar How to Invest in US Stocks, Cara Memilih Sekuritas Untuk berinvestasi di Saham US: Sabtu 21 September 2024, pukul 08.00 – 10.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini. Info WhatsApp 082111657177 (Yanti)

***

Yup, saham itu adalah SoFi Technologies, Inc. (SOFI), sebuah perusahaan financial technology aka fintech dengan market cap ketika artikel ini ditulis hanya $8.7 miliar. Okay, kita langsung saja.

Sejarah perusahaan dimulai ketika pada tahun 2011, Mike Cagney, yang ketika itu kuliah pascasarjana di Stanford University, memiliki ide untuk membuat platform yang menghubungkan para alumni Stanford untuk memberikan pinjaman bagi mahasiswa untuk membayar biaya kuliah mereka, dengan bunga yang lebih rendah dibanding student loan pada umumnya, karena memang konsepnya adalah alumni membantu mahasiswa. Maka berdirilah Social Finance Inc. disingkat SoFi, dan perusahaan di tahun pertamanya sukses menghimpun dana total $2 juta dari 40 orang alumni, yang kemudian disalurkan kepada 100 orang mahasiswa Stanford. Dua tahun kemudian pada 2013, perusahaan menghimpun dana $200 juta yang disalurkan kepada 2,500 mahasiswa dari 100 kampus berbeda di Amerika Serikat (US). Dan pada tahun 2015, perusahaan sudah menyalurkan pinjaman sebesar $4 miliar bagi mahasiswa di berbagai kampus yang tersebar di 20 negara bagian di US.

Lanjut di tahun 2017, nilai pinjaman yang disalurkan SoFi sudah mencapai $20 miliar dan tidak lagi sebatas berbentuk student loan, melainkan perusahaan juga melayani kredit KPR, personal loan (kalau di Indonesia sama seperti kredit tanpa agunan atau KTA), dan jasa pengelolaan keuangan. Pada tahun 2017 ini pula, Cagney mundur dari jabatannya sebagai CEO dan posisinya digantikan oleh Anthony Noto, yang sebelumnya menjabat sebagai COO di Twitter. Tahun 2019, SoFi memperoleh pendanaan $500 juta dari Qatar Investment Authority, yang menyusul nama-nama besar lainnya yang terlebih dahulu berinvestasi di perusahaan seperti venture capitalist Peter Thiel, Third Point Management LLC, dan SoftBank, di mana pada tahun 2019 ini pula SoFi mulai mengembangkan segmen produk baru di luar penyaluran pinjaman terutama yang berhubungan dengan teknologi keuangan aka fintech, dan nama perusahaan juga berubah menjadi SoFi Technologies, Inc. Lanjut pada bulan Juni 2021, perusahaan akhirnya menggelar IPO di Nasdaq dengan ticker SOFI dengan harga perdana $20.15 per saham, dan meraup tambahan modal $2.4 miliar.

Hingga pada hari ini, SOFI menjalankan tiga segmen bisnis yakni penyaluran pinjaman (student loan, personal loan, dan KPR), platform teknologi keuangan (aplikasi pembayaran ‘Galileo’, dan aplikasi ‘8 Securities’ untuk investasi/trading saham dan crypto), dan jasa keuangan (bank digital, kartu kredit, serta perencanaan keuangan). Dan meski SOFI, seperti halnya startup lain pada umumnya, selalu merugi setiap tahun, namun pendapatannya terus naik secara konsisten dari $566 juta di tahun 2020 hingga tembus $2.1 miliar di 2023, dengan jumlah nasabah yang juga terus bertambah hingga mencapai 7.5 juta individu/institusi per akhir 2023 (dan bertambah lagi menjadi 8.8 juta pada 30 Juni 2024). Looking forward, perusahaan akan terus mengembangkan produk-produk keuangan baik itu yang sudah ada maupun meluncurkan produk baru, dan tentunya menambah jumlah nasabah. Sehingga jika semuanya lancar maka pendapatannya akan terus naik, dan perusahaan pada akhirnya akan membukukan keuntungan.

Okay, lalu kenapa SOFI ini menarik? Karena ini nih: Meski perusahaan di tahun 2023 secara keseluruhan masih cetak rugi bersih $341 juta, namun khusus untuk Q4 2023 (Oktober – Desember 2023) SOFI sudah mampu cetak laba $38 juta, dan demikian pula untuk Januari – Juni 2024 perusahaan cetak laba total $105 juta. Sehingga meski tadi disebutkan bahwa ‘perusahaan pada akhirnya akan membukukan keuntungan’, namun besar kemungkinan tahun 2024 ini akan menjadi tahun pertama dimana SOFI membukukan keuntungan tersebut, dan mestinya setelah itu perusahaan akan konsisten cetak laba yang angkanya naik setiap tahun karena sampai dengan 30 Juni 2024, hampir semua aspek usahanya terus bertumbuh: 1. Jumlah nasabah seperti disebut di atas mencapai 8.8 juta, naik dari 6.2 juta setahun sebelumnya, 2. Jumlah produk keuangan yang disalurkan mencapai 12.8 juta, naik dari 9.4 juta setahun sebelumnya, dan 3. Jumlah pengguna aplikasi 158.5 juta, naik dari 129.4 juta setahun sebelumnya. Kemudian manajemen juga sudah memberikan guidance untuk kinerjanya di tahun penuh 2024, yakni jumlah nasabah akan terus bertambah hingga tembus 11 juta pada akhir tahun, pendapatan total $2.4 – 2.5 miliar (dibanding $2.1 miliar di tahun 2023), dan laba bersih $175 – 185 juta, setara earnings per share (EPS) $0.09 – 0.10, yang terhitung konservatif mengingat seperti disebut di atas, hingga 30 Juni 2024 SOFI sudah cetak laba $105 juta. Dan jika perusahaan mampu mempertahankan momentum pertumbuhannya seperti saat ini hingga seterusnya, maka penulis perkirakan bahwa SOFI akan mampu cetak laba $200, $300, $400 juta dan seterusnya mulai tahun 2025 nanti terutama jika Fed Rate turun, yang otomatis akan menurunkan beban bunga yang harus dibayar perusahaan ke depositornya (sehingga jika di sisi lain pendapatannya terus naik, maka otomatis laba bersihnya akan naik lebih tinggi lagi).

Fed Rate Turun: Sentimen Positif

Kemudian, tadi disebut bahwa harga IPO SOFI adalah $20.15, jadi harga sahamnya saat ini yakni $8.11 terhitung sudah turun signifikan, and why is that? Jawabannya adalah karena valuasi SOFI pada harga $20.15 tersebut sejak awal sudah mahal (dan saham IPO rata-rata memang mahal, baca penjelasannya disini), dan tentunya karena perusahaannya sendiri merugi, malah sampai 2023 kemarin SOFI masih rugi. Di sisi lain kenaikan terus menerus suku bunga The Fed (Fed Rate) dari posisi 0.25% di tahun 2022 hingga menyentuh 5.50% di awal tahun 2024 menjadi sentimen negatif bagi saham-saham sektor perbankan serta keuangan di Amerika, malah kalau anda masih ingat bulan Maret 2023 lalu ada bank regional di Amerika yang sampai kolaps gara-gara tingginya suku bunga ini, yakni Silicon Valley Bank (SVB). Dan imbasnya saham-saham perusahaan keuangan lainnya, termasuk SOFI, juga ikut turun hingga mentok di level $4 - 5, bahkan meski perusahaannya gak ada masalah apa-apa.

Nah, tapi kabar baiknya, baru saja tadi malam The Fed akhirnya kembali menurunkan suku bunga dari 5.50% menjadi 5.00%, dan diprediksi kedepannya akan kembali turun. Sehingga otomatis sentimen di sektor perbankan/fintech berubah menjadi positif, dan actually karena ini pula saham SOFI dalam beberapa bulan terakhir sudah mulai naik lagi ke posisi sekarang di kisaran $7 – 8, jadi bisa dikatakan bahwa masa-masa sulit bagi perusahaan sudah lewat. Di sisi lain meskipun saham SOFI sudah kembali naik, namun dengan PBV 1.5 kali pada harga $8.11 maka dia relatif masih murah terutama jika mempertimbangkan posisinya sebagai growth stock, dimana forward PER-nya yang saat ini masih tinggi di 32.5 kali akan turun signifikan jika benar laba bersih perusahaan tumbuh secara eksponensial mulai tahun 2025 nanti, dan perusahaan berpeluang besar untuk mencapai pertumbuhan laba tersebut simply karena faktor penurunan suku bunga The Fed itu tadi. Terakhir, dengan market cap yang saat ini masih di level $8.7 miliar, maka SOFI masih tergolong saham mid cap di Bursa Nasdaq. Namun jika sahamnya naik lebih lanjut hingga market cap-nya tembus $10 miliar maka dia akan masuk ke kategori large cap, dan barulah pada saat itu investor di seluruh dunia akan meliriknya (mayoritas investor institusi besar/hedge fund membatasi pilihan mereka hanya di saham-saham large cap), dan sahamnya akan naik lebih tinggi lagi.

Therefore, jika anda tidak tertarik untuk masuk ke saham-saham seperti NVDA, META, dst karena memang valuasi mereka sudah sangat premium, termasuk Warren Buffett sendiri diketahui sudah menjual setengah saham Apple (AAPL) yang ia pegang (karena PER-nya sudah mencapai 30 – 35 kali, sedangkan perusahaan sudah sulit untuk tumbuh lebih besar lagi), maka bisa pertimbangkan SOFI ini pada harga let say $7 (PBV 1.2 kali), dengan target $15 - 18 dalam 1 – 2 tahun mendatang. Di sisi lain mengingat risiko di SOFI ini tidak bisa disebut rendah di mana perusahaan bisa saja gagal mencetak kenaikan laba seperti yang diproyeksikan di atas, lalu dengan beta 1.7 kali maka sahamnya juga termasuk sensitif terhadap pergerakan indeks S&P500 (sedangkan di sisi lain kita prediksi bahwa S&P500 akan turun. Penjelasan soal beta bisa dibaca disini), maka gunakan dana secukupnya dulu, lalu kita lihat lagi perkembangannya pada Q3 dan Q4 2024 nanti.

Disclosure: Ketika artikel ini diposting, Avere Investama sedang dalam posisi hold SOFI pada harga beli $7.47. Posisi ini bisa berubah setiap saat tanpa pemberitahuan sebelumnya. Seluruh data dan angka yang disajikan artikel ini diperoleh dari dokumen-dokumen yang dirilis langsung oleh perusahaan melalui US Securities and Exchange Commission (SEC), yang bisa diperoleh dari sini.

***

Live Webinar How to Invest in US Stocks, Cara Memilih Sekuritas Untuk berinvestasi di Saham US: Sabtu 21 September 2024, pukul 08.00 – 10.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini. Info WhatsApp 082111657177 (Yanti).

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Kuartal II 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 26 Oktober 2024

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Mengenal Saham Batubara Terbesar, dan Termurah di BEI