Penjelasan Lengkap Spin-Off Adaro Energy (ADRO) dan Anak Usahanya, Adaro Andalan Indonesia

Pada hari Rabu, 11 September 2024, PT Adaro Energy Indonesia, Tbk (ADRO), perusahaan tambang batubara terbesar kedua di Indonesia, merilis keterbukaan informasi bahwa mereka akan menjual anak usahanya di segmen batubara thermal, yakni PT Adaro Andalan Indonesia (AAI), karena perusahaan selanjutnya akan fokus di segmen batubara metalurgi (Adaro Minerals), serta energi baru dan terbarukan (Adaro Green). Dan besoknya saham ADRO langsung lompat dari posisi 3,500 hingga sempat tembus 4,000, sebelum sekarang turun lagi ke posisi 3,670. Jadi pertanyaannya, sebenarnya bagaimana detail dari transaksinya? Kemudian apakah benar itu akan menguntungkan ADRO?

***

Ebook Investment Planning berisi kumpulan 30 analisa saham pilihan edisi terbaru Q2 2024 sudah terbit dan sudah bisa dipesan disini. Gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio, langsung dengan penulis.

***

Dan penulis sudah membaca keterbukaan informasinya, jadi biar saya sampaikan lagi disini dengan bahasa sederhana.

Jadi ADRO ini punya tiga segmen usaha yakni, 1. Tambang batubara termal untuk pembangkit listrik lengkap dengan jasa logistiknya, serta pembangkit listrik itu sendiri (melalui AAI), 2. Tambang batubara metalurgi untuk peleburan baja, smelter nikel, dan alumunium (melalui anak usahanya PT Adaro Minerals Indonesia, Tbk (ADMR)), dan 3. Energi baru dan terbarukan atau EBT (disebut juga energi hijau), di mana sebagian besar bisnis milik ADRO terkonsentrasi di segmen pertama, sedangkan dua segmen yang disebut terakhir baru dikembangkan beberapa tahun belakangan ini. Namun demikian mengingat Pemerintah Republik Indonesia berkomitmen untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060, maka manajemen ADRO berkeyakinan bahwa dalam jangka panjangnya dua segmen inilah yang lebih prospektif, di mana mereka menargetkan bahwa 50% pendapatan ADRO akan berasal dari bisnis non batubara termal pada tahun 2030.

Ilustrasi ketiga segmen usaha milik ADRO. Klik gambar untuk memperbesar

Karena itulah, ADRO akan melepas AAI agar perusahaan bisa fokus di segmen Adaro Minerals dan Adaro Green. Tapi kemudian disinilah menariknya: Alih-alih menjual AAI ke investor strategis tertentu, ADRO justru akan menjual AAI ke para pemegang saham ADRO itu sendiri, termasuk ke investor publik yang memegang saham ADRO. Jadi kronologisnya sebagai berikut. Pertama, AAI yang 100% sahamnya dimiliki oleh ADRO akan menggelar IPO, sehingga kepemilikan ADRO di AAI nantinya akan berkurang karena sebagian saham AAI menjadi milik investor publik. Kedua, sisa saham AAI yang masih dipegang ADRO akan ditawarkan kepada seluruh pemegang saham ADRO itu sendiri, baik itu pemegang saham pengendalinya yakni PT Saratoga Investama Sedaya, Tbk (SRTG), dan juga investor publik. Ketiga, harga penawarannya adalah berdasarkan harga saham AAI itu sendiri pada hari perdana pedagangan sahamnya di pasar, namun dengan tetap berpatokan pada nilai wajar 100% saham AAI yang sudah ditetapkan oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP), yakni minimal $2.45 miliar atau setara Rp40.2 triliun (asumsi kurs Rp16,421 per Dollar), dan maksimalnya $2.63 miliar atau setara Rp43.2 triliun. Keeempat, ADRO berencana untuk melepas seluruh saham AAI miliknya, tapi jika ada sebagian saham tersebut yang tidak laku terjual maka ADRO akan tetap memegang saham AAI tersebut. Terakhir kelima, pasca transaksi ini maka AAI tidak lagi dikendalikan oleh ADRO, namun akan tetap dimiliki dan dikendalikan oleh SRTG sebagai perusahaan induk dari ADRO itu sendiri.

Okay, lalu kenapa saham ADRO langsung lompat tak lama setelah keterbukaan informasi soal AAI ini dirilis? Karena ini nih: Per 30 Juni 2024, ekuitas AAI tercatat $2.38 miliar, dengan laba bersih (termasuk kepentingan non pengendali) $923 juta, yang notabene lebih besar dibanding laba bersih ADRO itu sendiri sebesar $880 juta. Jadi sekilas saja langsung kelihatan kalau prakiraan valuasinya yang $2.45 – 2.63 miliar tadi terhitung murah, sehingga investor publik yang beli saham AAI pada valuasi segitu akan untung besar. Nah, tapi untuk bisa bisa beli saham AAI maka si investor publik tadi harus terlebih dahulu terdaftar sebagai pemegang saham ADRO, dan itulah yang membuat saham ADRO langsung melejit di hari Kamis 12 September, karena investor ramai-ramai panic buying sahamnya di pasar. However kalau kita baca lagi keterbukaan informasinya, maka disitu disebut bahwa investor yang berhak membeli saham AAI adalah yang namanya tercatat sebagai pemegang saham ADRO pada tanggal tertentu yang akan diumumkan kemudian. Sehingga jadilah ADRO turun lagi ke posisi sekarang di 3,670, karena itu artinya yang berhak membeli saham AAI bukanlah investor yang memegang saham ADRO hari ini, melainkan yang nanti pegang saham ADRO pada ‘tanggal tertentu’ tersebut. Jadi sama seperti kalau ADRO bayar dividen, maka yang berhak menerima dividen tersebut adalah yang pegang sahamnya pada tanggal cum-nya saja.

Anyway, balik lagi ke pertanyaan di atas: Apakah ADRO akan diuntungkan karena transaksi ini, atau malah dirugikan karena seperti disebut di atas, AAI ini adalah justru merupakan kontributor terbesar terhadap kinerja pendapatan serta laba bersih ADRO selama ini? Nah, betul bahwa pasca transaksi maka ADRO akan kehilangan AAI sebagai segmen usaha terbesarnya, albeit di sisi lain perusahaan akan menerima pembayaran dalam bentuk tunai atau lainnya sebesar kurang lebih $2.45 – 2.63 miliar. Tapi karena seperti disebut di atas, harga segitu terhitung murah, maka ADRO sejatinya dirugikan karena pembayaran yang diterima bisa dikatakan kurang sepadan dengan hilangnya potensi pendapatan serta laba bersih dari AAI itu sendiri di masa yang akan datang. Namun demikian karena pasca transaksi ini ADRO akan bisa fokus untuk mengembangkan segmen Adaro Minerals serta Adaro Green-nya, yang juga seperti disebut diatas prospeknya lebih menarik dalam jangka panjang, maka eventually pendapatan dan perusahaan akan naik lagi, mungkin bahkan dengan kenaikan yang lebih tinggi dibanding jika perusahaan tetap mempertahankan AAI. Sehingga dalam jangka panjangnya maka ADRO akan tetap diuntungkan, meski perlu dicatat bahwa ‘jangka panjang’ disini maksudnya sampai tahun 2030 nanti, atau lebih lama lagi. Atau dengan kata lain, sebelum itu maka ADRO tetap terhitung dirugikan.

Sehingga sekarang kita sampai ke pertanyaan pentingnya: Apakah saham ADRO sekarang boleh dibeli? Atau kalau sudah pegang justru jual saja, mumpung harganya lagi naik? Well, penulis sendiri dalam banyak kesempatan sudah menyebut ADRO ini sebagai saham batubara terbaik di BEI, dan itu bukan karena perusahaan akan menjual AAI (ketika itu saya tentu saja belum tahu soal rencana ADRO untuk melepas AAI ini), melainkan simply karena sahamnya memenuhi kaidah value investing: Kinerjanya selama ini cukup bagus, prospeknya cerah karena adanya peluang harga batubara akan naik, dan valuasinya super duper murah dengan PER hanya 3.2 dan PBV 0.7 kali pada harga saham Rp2,700 (harga bulan Maret 2024 lalu). However, ketika harganya kemarin naik sampai 4,000 maka ADRO tidak lagi menarik karena dengan PBV 1.1 kali maka valuasinya tidak lagi semurah sebelumnya, dan karena seperti dijelaskan di atas, dalam jangka pendek menengahnya perusahaan dirugikan karena melepas AAI pada harga murah. Dan betul, kalau anda beli saham ADRO hari ini lalu tetap hold sampai tanggal tertentu yang disebut di atas, maka anda akan berhak beli saham AAI pada harga murah, dan jika demikian maka anda akan untung. Tapi masalahnya kita belum tahu ‘tanggal tertentu’ itu persisnya kapan, mungkin bisa lama dari sekarang dan sebelum itu bisa saja saham ADRO turun lagi, entah itu karena profit taking atau faktor lainnya.

Jadi kesimpulannya, jika anda sudah pegang ADRO sejak awal maka boleh hold, atau boleh jual tapi sebagian saja, jangan seluruhnya. Sedangkan kalau anda baru mau masuk sekarang, maka itu tidak disarankan. Actually penulis sendiri akan lebih suka beli saham AAI secara langsung di pasar ketika perusahaannya sudah IPO nanti, dalam hal ini jika valuasinya benar murah (nanti kita akan hitung lagi jika prospektusnya sudah terbit), karena ingat ini: ADRO akan menjual saham AAI ke para pemegang saham ADRO berdasarkan harga saham AAI itu sendiri pada hari perdana perdagangannya di pasar, alias sama saja dengan harga yang dibayar oleh investor publik yang tidak memegang saham ADRO. Hanya memang, jika benar AAI nanti IPO pada harga perdana yang murah (Catatan: Meski harga IPO rata-rata mahal, tapi kadang ada juga yang murah. Misalnya seperti tahun 2021 lalu ketika PT Adaro Minerals Indonesia, Tbk (ADMR) IPO pada harga Rp100 per saham di mana itu murah pake banget, dan memang hari ini ADMR sudah di 1,300-an), maka sahamnya akan langsung terbang duluan sebelum anda sempat masuk. Jadi tetap dalam hal ini investor yang pegang saham ADRO yang akan diuntungkan, karena mereka akan bisa beli saham AAI pada harga yang lebih rendah dibanding harga sahamnya di pasar, dan itulah kenapa penulis sarankan untuk tetap hold jika anda sudah pegang saham ADRO ini sejak awal, dalam hal ini jika anda memang berminat untuk ikut membeli saham AAI nanti.

Anyway, untuk sekarang kita tunggu RUPS ADRO terkait transaksi ini pada tanggal 18 Oktober nanti, dan setelah itu kita akan bahas lagi prospek IPO saham PT Adaro Andalan Indonesia jika nanti prospektusnya sudah terbit. Just stay tune!

***

Ebook Investment Planning berisi kumpulan 30 analisa saham pilihan edisi terbaru Q2 2024 sudah terbit dan sudah bisa dipesan disini. Gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio, langsung dengan penulis.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

Anonim mengatakan…
Pak Teguh, apakah porsi kepemilikan saham DRO dan AAI nantinya akan sama?
Misal saya sekarang punya 50 lot ADRO, apakah nanti di AAI bisa beli 50 lot juga?
Atau bagaimana ya.
Wong Fei Hung mengatakan…
yang tanya tanya di sini kaga bakal dibalas

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Saham BBRI Anjlok Lagi! Waktunya Buy? or Bye?