Saham Dyandra Media International (DYAN) Terbang 20%, Prospeknya?

Perusahaan event organizer salah satu yang terbesar di Indonesia, PT Dyandra Media International, Tbk (DYAN) melaporkan laba bersih Rp86 miliar di Q2 2024, lompat 56.7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, serta mencerminkan ROE disetahunkan 26.4%, yang menjadikannya salah satu emiten dengan kinerja terbaik di BEI untuk periode Q1 2024 (karena mayoritas emiten lain kinerjanya turun, atau bahkan rugi). Karena di sisi lain valuasinya sangat rendah dengan PBV hanya 0.6 kali, maka tak lama setelah LKnya rilis sahamnya terbang lebih dari 20% ke posisi sekarang (108). Nah, tapi karena bahkan pada harga 108 tersebut, valuasi DYAN masih tampak murah dengan PER 2.7 dan PBV 0.7 kali, maka apakah sahamnya masih bisa dikejar?

***

Hingga akhir Juli 2024, Avere Investama mencatat kinerja profit +9.0% berbanding IHSG -0.2%, dihitung sejak awal tahun. Untuk melihat daftar saham yang kami pegang serta alokasi dananya, klik disini.

***

DYAN, seperti disebut di atas, bergerak di bidang penyelenggaraan meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE), di mana perusahaan memperoleh pendapatannya dari mengelola acara rapat, konser, pameran dll di ruang rapat hotel dan gedung-gedung besar. DYAN adalah penyelenggara event tahunan Indonesia International Motor Show (IIMS), acara G20 meeting di Bali pada tahun 2022 lalu, Konser NCT 127, dan banyak lagi. Selain menggelar MICE, perusahaan juga memiliki gedung convention milik sendiri seperti Bali Nusa Dua Convention Center, serta jaringan Hotel Santika dan Hotel Amaris. DYAN didirikan dan dimiliki oleh Grup Kompas Gramedia, dan dipimpin langsung oleh Lilik Oetomo (putra dari founder Grup Kompas Alm. Jakob Oetama), yang menjabat sebagai komisaris utama. Per akhir tahun 2023 DYAN menguasai 20% pangsa pasar industri MICE di Indonesia, dan manajemen menargetkan pangsa pasar tersebut akan naik menjadi 30% dalam beberapa waktu ke depan.

Kemudian kita tahu bahwa bisnis MICE adalah salah satu yang paling terpukul di masa pandemi, padahal sebelum pandemi sekalipun bisnis ini tidak terlalu menguntungkan, karena tidak setiap hari ada event pameran dll. Alhasil pada tahun 2020 lalu DYAN rugi sampai Rp256 miliar, dan di tahun 2021-nya kinerja perusahaan agak membaik tapi masih rugi Rp88 miliar. Barulah di tahun 2022, seiring meredanya pandemi maka DYAN juga sukses cetak rekor pendapatan Rp1.2 triliun, aka sudah lebih besar dibanding pendapatannya di tahun-tahun sebelum pandemi, dan kali ini laba bersihnya juga sudah positif tepatnya Rp31 miliar. Pada titik ini penulis sendiri belum melirik DYAN meskipun kinerjanya sudah kembali profit, yakni karena alasan itu tadi: Dulupun ketika gak ada pandemi kinerja DYAN terbilang biasa-biasa saja, dan itulah alasannya kenapa harga sahamnya selama ini juga disitu-situ saja (100 perak, atau bahkan mendekati gocap). Kemudian meski laba Rp31 miliar tadi merupakan rekor laba terbesar sepanjang sejarah perusahaan, tapi laba itu hanya mencerminkan ROE 6% saja, alias masih kecil sebenarnya.

Namun memasuki tahun 2023, yakni setelah pendapatan dan laba DYAN kembali naik dan kali ini ROE-nya mencapai 13.7%, maka opini saya terhadap sahamnya mulai berubah, terutama karena saham DYAN sampai akhir 2023 kemarin masih belum kemana-mana di Rp80 – 90 (sempat naik sampai 132 di bulan Mei 2023, tapi turun lagi seiring lesunya pasar), dan karena industri MICE itu sendiri mulai booming lagi setelah pandeminya reda sama sekali. Jadi saya perkirakan bahwa laba DYAN akan kembali naik di tahun 2024 ini, dan jika benar demikian maka sahamnya pada akhirnya akan lompat. Karena itu artinya genap tiga tahun berturut-turut kinerjanya konsisten bertumbuh (sejak 2021), tapi selama tiga tahun tersebut sahamnya sama sekali masih belum jalan (pada tahun 2021 lalu, saham DYAN juga sudah berada di level 90 – 100), sehingga otomatis valuasinya menjadi sangat murah.

Dan memang seperti disebut di atas, hingga Q2 barusan laba DYAN kembali naik, dan mestinya masih akan naik sampai akhir tahun nanti karena event-event terbesar milik perusahaan seperti International Franchise, License, and Business Concept Expo & Conference (IFRA), Jakarta Wedding Festival (JWF), dan ASEAN Energy Business Forum (AEBF), justru baru akan diselenggarakan pada semester dua. Sehingga jika semuanya on track, maka DYAN bisa naik ke 170 - 200 yang mencerminkan PER 4.5 – 5.3 kali dan PBV 1.2 – 1.4 kali, which is sebenarnya masih murah juga, tapi penulis tidak bisa pasang target yang lebih tinggi karena saham DYAN ini kurang likuid, dan karena nama ‘Dyandra’ itu sendiri juga tidak populer.

Tinggal beberapa hal. Pertama, tadi disebutkan bahwa bisnis MICE ini kurang menguntungkan karena tidak setiap hari ada event pameran, dan imbasnya kinerja DYAN bisa sangat fluktuatif dari kuartal ke kuartal, malah baru saja di Q1 2024 kemarin labanya tampak turun. Kedua, karena sahamnya tidak likuid, maka setiap kali perusahaan rilis LK dan hasilnya tampak kurang bagus sedikit saja, maka harganya bisa langsung anjlok (karena banyak yang jualan tapi gak ada yang nampung), dan sebaliknya jika hasilnya tampak sangat bagus seperti barusan maka harganya langsung terbang (karena banyak yang haka tapi gak ada yang jual). Dua faktor ini kurang disukai oleh investor fundamentalis terutama yang bermodal besar, dan actually penulis sendiri juga sampai sekarang belum benar-benar masuk, karena pertimbangan nanti jualnya gimana kalau ternyata kinerja perusahaan tidak sesuai ekspektasi. Dan mungkin karena itu juga sahamnya belum jalan lagi sejak 2021 lalu sampai sekarang, tak peduli ekuitas, pendapatan, dan labanya terus naik dari tahun ke tahun (jadi fluktuatifnya hanya secara kuartalan saja, kalau secara tahunan maka kinerja DYAN terus naik).

Nevertheless, jika dibandingkan dengan banyak sekali saham-saham di BEI yang justru turun dalam waktu 1, 2, dan 3 tahun terakhir seiring kinerjanya yang tidak cukup bagus (seperti disebut di atas, sampai Q2 2024 ini ada banyak emiten yang labanya justru turun), maka saham DYAN sejatinya masih naik lumayan dalam hal ini naik 100% atau dua kali lipat, dibanding posisi terendahnya di akhir 2020 lalu yakni 50, dan harusnya dia masih bisa naik lebih tinggi lagi dalam waktu 2 – 3 tahun ke depan seiring momentum pertumbuhannya yang masih terjaga sampai sekarang. Kemudian meski penulis tidak akan rekomen sahamnya jika alokasi belanja anda mencapai Rp1 – 2 miliar per saham, tapi jika budget anda masih di level puluhan hingga Rp100 – 200 juta, maka DYAN masih ok. Just buy it now using half the money, dan sisanya baru dihabiskan kalau besok-besok dia turun lagi ke 85 – 95.

***

Hingga akhir Juli 2024, Avere Investama mencatat kinerja profit +9.0% berbanding IHSG -0.2%, dihitung sejak awal tahun. Untuk melihat daftar saham yang kami pegang serta alokasi dananya, klik disini.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?