Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Pak Teguh saya ada pegang saham SMDR di harga 612, seingat saya sudah hampir dua tahun lalu, tapi tambah kesini sahamnya justru tambah turun, padahal sekilas saya lihat perusahaannya profit. Solusinya bagaimana ya pak? Terus baru-baru ini saya baca berita Suez Canal di Laut Merah ditutup sehingga ada banyak kapal kontainer terpaksa harus memutari Afrika, dan setelah itu saham SMDR naik. Apakah benar penutupan kanal itu berpengaruh ke kinerja perusahaan? Dan apakah sahamnya bisa naik lagi sampai balik harga modal saya? Terima kasih.

***

Jadwal Seminar Tahunan Tatap Muka Value Investing, Jakarta, Sabtu – Minggu, 20 - 21 Januari 2024. Info lengkap baca disini, atau whatsapp 0821-1165-7177 (Ci Yanti).

***

Jawab:

PT Samudera Indonesia, Tbk adalah perusahaan perkapalan salah satu yang tertua di Indonesia, yang sudah berdiri dan beroperasi sejak tahun 1964, ketika itu dengan menyediakan jasa pelayaran antarpulau di Indonesia. Di tahun-tahun selanjutnya perusahaan berekspansi dengan membeli armada truk untuk jasa angkutan darat, menyediakan jasa bongkar muat pelabuhan, jasa kontainer dan peti kemas, jasa pergudangan, hingga ekspansi keluar negeri, dalam hal ini ke Singapura, dengan mendirikan anak usaha dengan nama Samudera Shipping Line Ltd., yang kemudian terdaftar di Singapore Exchange. Tahun 1999, perusahaan menggelar IPO dengan ticker SMDR, dan setelah itu perusahaan berekspansi lagi dengan menyediakan jasa transportasi LNG (gas alam), jasa cold storage, hingga menyediakan crew untuk perusahaan kapal pesiar.

Hingga pada hari ini, SMDR sudah menjadi perusahaan jasa transportasi laut dan darat terintegrasi dengan setidaknya tiga segmen usaha, yakni jasa perkapalan termasuk ekspor impor, jasa pengelolaan pelabuhan dan pergudangan, serta jasa logistik darat terutama menggunakan truk kontainer, dengan wilayah operasional yang tersebar dari Pelabuhan Belawan di Medan, Sumatera Utara, hingga Pelabuhan Bintuni, Papua Barat. Selain di Indonesia, SMDR juga menyediakan jasa angkutan kapal dari dan ke negara-negara di Asia Tenggara, Asia Timur (China), Asia Selatan (India), hingga Timur Tengah (Uni Emirat Arab), namun tidak sampai ke Eropa. Sehingga secara teori, berita penutupan Kanal Suez beberapa waktu lalu tidak berdampak terhadap kinerja perusahaan, karena sejak awal kapal milik SMDR tidak sampai harus melewati Kanal Suez tersebut.

Kemudian kalau bapak pelajari lagi, maka pada tahun 2022 lalu SMDR sukses mencetak laba bersih $213 juta, tertinggi sepanjang sejarah perusahaan, dan itu adalah karena naiknya baltic dry index (BDI) dari hanya 500 di tahun 2020, hingga mencapai 2,500 – 3,000 di tahun 2022, dan bahkan sempat sejenak tembus 5,500 pada bulan Oktober 2021. Yang dimaksud dengan BDI adalah indeks rata-rata tarif jasa angkutan kapal kargo di seluruh dunia, dimana jika BDI ini naik maka pendapatan serta laba bersih SMDR akan naik, dan sebaliknya jika BDI turun maka laba bersih perusahaan akan turun. Jadi pengaruh BDI ini ke kinerja SMDR kurang lebih sama seperti pengaruh naik turunnya harga batubara terhadap kinerja emiten tambang batubara itu sendiri. Dan yang menyebabkan melejitnya BDI di tahun 2022 adalah karena kembali normalnya aktivitas ekspor impor pasca pandemi, ditambah kenaikan harga dari hampir seluruh komoditas dunia termasuk batubara, yang otomatis menaikkan tarif ‘ongkir’-nya. Sehingga seperti halnya perusahaan batubara menikmati laba besar di tahun 2022 tersebut, maka demikian pula SMDR sukses mencetak rekor pendapatan serta laba bersih. Imbasnya saham SMDR juga meroket sangat tinggi dari hanya Rp100 di bulan Mei 2021 (sudah disesuaikan stocksplit), hingga sempat tembus Rp800 pada bulan Juni 2022, aka mencetak profit eight bagger hanya dalam waktu setahun lebih sedikit.

Namun memasuki tahun 2023, harga komoditas mulai balik arah dan turun lagi, dan demikian pula BDI ikut turun sampai sempat tembus di bawah 1,000 di bulan Juli – September 2023 lalu, sebelum di bulan Desember 2023 kemarin naik lagi hingga sempat sejenak mencapai 3,300, kemungkinan karena berita penutupan Kanal Suez itu tadi. Tapi secara umum posisi BDI di tahun 2023 kemarin itu lebih rendah dibanding tahun 2022, dan alhasil kinerja laba bersih SMDR juga berbalik turun, dimana hingga Q3 2023 kemarin laba bersihnya tercatat $64 juta, anjlok 63% dibandingkan periode yang sama tahun 2022. Alhasil saham SMDR juga ikut turun, dan mungkin akan sulit untuk naik lagi ke 600 - 700 karena seperti halnya batubara, periode booming industri perkapalan juga sudah lewat.

Kabar baiknya, seperti di sebut di atas di bulan Desember kemarin BDI mulai naik lagi, yang itu artinya ada kemungkinan laba bersih SMDR di Q4 2023 nanti akan sedikit lebih baik dibanding Q3, albeit tetap terhitung turun dibanding periode yang sama tahun 2022. Jadi meski seperti disebut di atas, wilayah operasional SMDR memang tidak sampai melewati Kanal Suez, tapi kenaikan BDI tetap akan menguntungkan perusahaan. Di sisi lain karena harga sahamnya sekarang ini bukan lagi 600 atau 700, melainkan hanya 340, maka dengan PER 4.2 dan PBV 0.8 kali, valuasi SMDR sudah murah lagi, murah banget malah.

Pergerakan Baltic Dry Index setahun terakhir. Perhatikan bahwa setelah menyentuh titik terendahnya di 525, bulan Februari 2023, maka kesininya BDI cenderung naik lagi.

Jadi jika bapak bertanya tentang SMDR ini setahun lalu, maka saya akan jawab jual saja. Tapi untuk sekarang maka bapak boleh hold, dan boleh siap-siap untuk average down jika masih ada pegang cash. Terlepas dari berita penutupan Kanal Suez, menurut saya BDI tidak akan turun sampai balik lagi ke 500 – 1,000 seperti di tahun 2020 lalu, melainkan stabilnya di 1,500 – 2,500, karena sekarang ini sudah tidak ada lagi pandemi, dan harga-harga komoditas pun meski memang betul turun lagi, tapi juga tidak sampai kembali ke posisi terendahnya di tahun 2020 lalu. Misalnya harga batubara Newcastle, yang meski memang benar turun dari puncaknya di $400 per ton pada tahun 2022, tapi gak sampai balik lagi ke harga pandemi di $60, melainkan terakhir masih bertahan level $130 per ton.

Sehingga, meski pada Q4 2023 nanti kinerja laba bersih SMDR masih akan tampak turun dibanding 2022, tapi pada laporan keuangan (LK) Q1 2024 yang akan dirilis sekitar bulan April 2024 nanti, ada peluang laba SMDR kali ini akan berbalik naik, dan pada saat itulah sahamnya juga akan naik. Nah, jadi strateginya begini saja: Pada saat artikel ini diposting, BDI berada di posisi 2,093, lebih tinggi dibanding posisinya di sepanjang tahun 2023 kemarin di level 1,000 – 1,500. Jadi jika sampai April 2024 nanti BDI setidaknya bertahan di level 2,000-an atau naik lebih tinggi lagi (untuk mengecek BDI bisa klik link ini), maka saat itulah bapak bisa beli lagi sahamnya alias average down sebelum LKnya untuk periode Q1 2024 keluar, karena besar kemungkinan perusahaan akan membukukan kenaikan laba. Kemudian soal apakah SMDR akan naik lagi ke harga modal bapak di 612, maka sebenarnya itu bisa saja. Namun jika bapak nanti average down, dan kinerja SMDR untuk tahun 2024 ini benar kembali naik seperti yang diharapkan, maka jika setelah itu sahamnya naik ke 400 – 500 saja, maka posisi bapak akan sudah balik modal. Pada saat itulah bapak bisa putuskan apakah tetap hold atau jual, tergantung perkembangan kinerja perusahaan ketika itu. Semoga beruntung.

***

Jadwal Seminar Tahunan Tatap Muka Value Investing, Jakarta, Sabtu – Minggu, 20 - 21 Januari 2024. Info lengkap baca disini, atau whatsapp 0821-1165-7177 (Ci Yanti).

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

Anonim mengatakan…
Pak Teguh revenue SMDR based on BDI or SCFI ? Pada beberapa informasi google yang saya coba cari ada yang bilang based on SCFI

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?