Astra dan Telkom Kena Prank GOTO? Nasib Sahamnya Gimana?

Dalam sebulan terakhir, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) turun dengan sangat cepat dari 224 hingga terakhir 115, dimana kalau anda baca-baca lagi ulasan sahamnya di blog ini (misalnya artikel ini, dan juga ini), maka hal ini tidak mengejutkan. Karena memang kalau dari sudut pandang value investing/fundamental, GOTO sejak awal tidak layak investasi, sama sekali. Perusahaannya sendiri hingga Q3 2022 masih membukukan rugi bersih Rp20.3 triliun, membengkak dibanding rugi di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp11.6 triliun.

***

Ebook Market Planning edisi Desember 2022 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info jual beli saham, dan update strategi investasi bulanan sudah terbit. Anda bisa memperolehnya disini, gratis info jual beli saham, dan tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.

***

Nah, tapi yang mungkin jadi perhatian investor sekarang adalah penurunan saham PT Astra International, Tbk (ASII), dan juga PT Telekomunikasi Indonesia Tbk alias PT Telkom (TLKM), dimana dalam sebulan terakhir ASII turun dari 6,550 sampai 5,875, sedangkan TLKM turun dari 4,280 sampai 3,600. Penurunan keduanya disebut-sebut karena ASII dan TLKM merugi dari investasi mereka di GOTO, dimana semakin rendah harga saham GOTO di pasar, maka semakin besar pula ruginya. Tapi benarkah demikian?


Untuk menjawab itu maka mari kita bedah lagi laporan keuangan terbaru ASII, TLKM, dan juga GOTO itu sendiri (per kuartal III/Q3 2022). Kita mulai dari ASII dulu. Pada laporan laba ruginya, disebutkan bahwa ASII mencatat ‘keuntungan nilai wajar atas investasi pada GOTO’ sebesar Rp1.1 triliun. ASII mencatat nilai investasinya di GOTO berdasarkan ‘harga kuotasian dalam pasar aktif’, yang itu artinya keuntungan diatas berasal dari kenaikan harga saham GOTO di pasar.

Kemudian pada bagian ‘investasi lain-lain’ di laporan keuangan halaman 41, disebutkan bahwa nilai investasi ASII di GOTO per 30 September 2022 adalah Rp4.6 triliun, sudah termasuk keuntungan Rp1.1 triliun itu tadi, yang itu artinya modalnya Rp3.5 triliun. Karena harga saham GOTO per penutupan pasar tanggal 30 Sept adalah 246, maka jumlah saham GOTO yang dipegang ASII adalah Rp4.6 triliun dibagi Rp246, sama dengan 18.7 miliar lembar. Dan karena nilai modal ASII di GOTO adalah Rp3.5 triliun, maka harga modal ASII adalah Rp3.5 triliun dibagi 18.7 miliar lembar, sama dengan Rp187.

Okay, lanjut. Ketika artikel ini diposting, saham GOTO sudah turun ke 115. Maka nilai investasi ASII di GOTO juga turun menjadi Rp115 dikali 18.7 miliar lembar saham, sama dengan Rp2.15 triliun. Karena nilai modalnya Rp3.5 triliun, maka kerugiannya adalah Rp3.5 dikurangi 2.15 triliun, sama dengan Rp1.35 triliun. Thus, jika hingga akhir tahun nanti (30 Desember 2022), harga saham GOTO tidak berubah di 115, maka pada laporan keuangannya untuk periode akhir tahun/Q4 2022, ASII akan mencatat ‘kerugian nilai wajar atas investasi pada GOTO’ sebesar Rp1.35 triliun.

Sedangkan dalam skenario terburuk dimana saham GOTO lanjut turun sampai akhirnya mentok di Rp50, maka kerugian tersebut akan membengkak menjadi Rp2.6 triliun. Ini adalah kerugian maksimal yang bisa diderita oleh ASII karena investasinya di GOTO, dengan catatan GOTO tidak sampai bangkrut dan sahamnya disuspend atau delisting dari bursa (tapi jika GOTO bangkrut, maka barulah modal investasi ASII yang senilai Rp3.5 triliun itu akan habis sama sekali).

Okay, lalu berapa laba bersih ASII hingga Q3 2022? Rp23.3 triliun, sudah termasuk keuntungan investasi di GOTO sebesar Rp1.1 triliun tadi, sehingga jika keuntungan investasi itu tidak dihitung maka hasilnya Rp22.2 triliun, disetahunkan jadi Rp29.6 triliun. Let say saham GOTO turun sampai gocap, sehingga seperti disebut diatas, pada akhir tahun nanti ASII akan menderita rugi Rp2.6 triliun. Jika demikian maka labanya akan menjadi Rp27.0 triliun, alias masih tumbuh signifikan dibanding laba bersih tahun penuh 2021 sebesar Rp20.2 triliun.

Kesimpulannya, bahkan jika kita ambil skenario terburuknya maka kinerja ASII secara keseluruhan masih bagus dan bertumbuh di tahun 2022 ini, thanks to booming batubara, sawit, dan juga otomotif, yang merupakan bisnis inti perusahaan. Jadi ibarat investor saham, ASII memang nyangkut di GOTO, tapi dia masih cuan di saham-sahamnya yang lain, dan kinerja portofolionya secara keseluruhan tetap profit di tahun 2022 ini.

Lalu Bagaimana dengan Telkom?

Sekarang kita ke TLKM. Perusahaan melalui anak usahanya PT Telkomsel, pada tanggal 18 Mei 2021 diketahui membeli 23.7 miliar lembar saham GOTO senilai total $450 juta, atau setara Rp6.4 triliun berdasarkan kurs Rupiah ketika itu (laporan keuangan halaman 51). Maka harga modal TLKM di GOTO adalah Rp6.4 triliun dibagi 23.7 miliar lembar, sama dengan (dibulatkan) Rp270. Jadi dari sini kita bisa lihat bahwa TLKM memperoleh saham GOTO pada harga yang lebih tinggi dibanding harga beli ASII (Rp187), dan mungkin inilah kenapa muncul wacana KPK akan memeriksa manajemen TLKM terkait investasinya di GOTO, tidak hanya karena TLKM ini berstatus sebagai BUMN, tapi juga karena TLKM membeli saham GOTO pada harga yang terlalu mahal, dalam hal ini jika dibandingkan dengan harga beli ASII.

Okay, lanjut. Pada tanggal 30 September 2022, ketika harga saham GOTO turun ke Rp246, maka TLKM mencatat rugi Rp3.1 triliun. Pada bagian inilah penulis sendiri agak bingung, karena jika kita pakai harga modal TLKM yang Rp270 diatas, maka mestinya nilai ruginya adalah Rp24 (Rp270 – Rp246) dikali 23.7 miliar lembar, sama dengan Rp569 miliar saja. Jadi kenapa kok ruginya gede banget hingga mencapai Rp3.1 triliun?

Tapi jika kita pakai angka rugi Rp3.1 triliun tersebut, maka nilai investasi TLKM di GOTO per tanggal 30 September 2022 adalah 23.7 miliar lembar dikali Rp246, sama dengan Rp5.8 triliun, sudah termasuk rugi Rp3.1 triliun itu tadi. Dan nilai modalnya adalah Rp5.8 + 3.1 triliun, sama dengan Rp8.9 triliun, yang setelah dibagi 23.7 miliar lembar saham, maka harga modal TLKM di GOTO adalah Rp376, atau lebih tinggi lagi dibanding harga modal TLKM yang Rp270 diatas.

Sehingga dengan demikian kita punya dua versi harga modal TLKM: Rp270 dan Rp376. Nah, tapi sekarang kita pakai harga Rp270 saja. Maka berdasarkan harga saham GOTO saat ini yakni Rp115, dan dengan asumsi harganya tidak berubah sampai akhir tahun nanti, maka nilai investasi GOTO menjadi Rp115 dikali 23.7 miliar lembar saham, sama dengan Rp2.7 triliun, turun dibanding nilai awalnya Rp6.4 triliun. Sehingga pada laporan keuangannya untuk Q4 2022 nanti, TLKM akan rugi 6.4 dikurangi 2.7, sama dengan Rp3.7 triliun. Laba bersih TLKM sendiri hingga Q3 2022 tercatat Rp16.6 triliun, sudah termasuk rugi investasinya di GOTO, sehingga tanpa memperhitungkan kerugiannya di GOTO maka laba TLKM seharusnya Rp19.7 triliun, disetahunkan jadi Rp26.3 triliun. Karena seperti disebut diatas, jika harga saham GOTO tetap berada di posisi 115 sampai akhir tahun nanti maka TLKM akan rugi Rp3.7 triliun, maka laba TLKM secara keseluruhan akan menjadi Rp22.6 triliun, atau turun dibanding labanya untuk tahun penuh 2021 sebesar Rp24.8 triliun. Perlu dicatat bahwa skenario ini adalah berdasarkan harga modal TLKM di GOTO sebesar Rp270. Sedangkan jika kita pakai harga modal Rp376, maka TLKM akan menderita penurunan laba bersih yang lebih besar lagi.

Lomba Tekor di GOTO: ASII vs TLKM

Kesimpulannya, yep, ASII betul tekor dari GOTO, tapi yang benar-benar kena prank adalah TLKM dimana perusahaan membeli saham GOTO pada harga yang lebih tinggi, dalam jumlah yang lebih banyak, dan kinerja perusahaan secara keseluruhan memang berubah jadi nyungsep gara-gara kerugian di GOTO ini. Sehingga kalau saya jadi direktur TLKM maka saya bakal ketar-ketir, karena dalam hal ini nilai kerugiannya juga gak main-main.

Anyway, kalau anda pegang saham ASII maka hold saja, karena bahkan pada skenario saham GOTO lanjut turun sampai gocap sekalipun, maka kinerja perusahaan tetap akan bertumbuh. Sedangkan kalau anda pegang saham TLKM, well, silahkan dipertimbangkan lagi apakah mau tetap di-hold atau jual.

***

Ebook Market Planning edisi Desember 2022 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info jual beli saham, dan update strategi investasi bulanan sudah terbit. Anda bisa memperolehnya disini, gratis info jual beli saham, dan tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email

Komentar

kausar mengatakan…
Izin bertanya pak Teguh,

Bukannya TLKM ini mencatat investasi pada GOTO ini berdasarkan nilai ekuitas dari GOTO itu sendiri? (jadi bukannya dari harga GOTO yang ada di market) Seperti yang bapak sebutkan sendiri pada ulasan TLKM sebelumnya.

Terimakasih pak, mohon bimbingannya
vchristmd@gmail.com mengatakan…
Terima kasih pak Teguh , sudah memberikan penjelasan yang mencerahkan untuk investor awam seperti saya ini
vchristmd@gmail.com mengatakan…
vchristmd@gmail.com
yasinramadhani mengatakan…
Penjelasan yang mendetail, untung sejak beberapa tahun yg lalu mengikuti postingan di blog ini
Chang Chong An mengatakan…
ASII Investasi 11,4 Trilyun di goto via asuransi astra buana. Di luar 3,5 Trilyun Investasi langsung oleh ASII ke goto.

https://www.google.com/amp/s/www.tempias.com/2022/02/26/terungkap-segini-investasi-astra-asii-di-goto-bank-penyimpan-kas-rp-639-triliun/amp/

https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20220513/7/1532829/nilai-investasi-astra-asii-ke-saham-goto-rp155-triliun-tidak-ada-rugi
Anonim mengatakan…
Rp2,- sebanyak Milyaran lembar dijual Rp20,- aja sudah nggk ketulungan... untungnya , apalagi Rp300-an...amacying business...

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?