Membedah Prospek Saham-Saham Kaesang
Pada 8 November 2021, PT Panca Mitra Multiperdana, Tbk (PMMP) merilis keterbukaan informasi yang menyebutkan bahwa PT Tiga Makin Jaya, yang merupakan pemegang saham pengendali (PSP) di PMMP, telah menjual 188 juta lembar saham PMMP ke sebuah perusahaan dengan nama PT Harapan Bangsa Kita (HBT). HBT ini diketahui dimiliki oleh Kaesang Pangarep, seorang pengusaha muda sekaligus content creator yang memiliki cukup banyak follower di medsos. Karena HBT membeli PMMP pada harga Rp490 per saham, maka dalam hal ini Mas Kaesang mengucurkan dana Rp92 milyar untuk menjadi pemegang 8% saham perusahaan.
***
Ebook
Market Planning edisi Januari 2022 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info
jual beli saham, dan update strategi investasi bulanan akan terbit tanggal 2 Januari
mendatang. Anda bisa memperolehnya disini, tersedia diskon awal tahun, dan gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.
***
Dan meski Kaesang selama ini sudah dikenal sebagai pengusaha di sektor riil, namun sejak setidaknya pertengahan 2020 lalu ia diketahui mulai aktif berinvestasi di pasar saham, dan ia sering melalui akun media sosialnya menyebut saham-saham apa saja yang menurutnya bagus dan layak invest (dan kemungkinan ia juga membeli saham-saham tersebut). Sebut saja selain PMMP, ada Elnusa (ELSA), Aneka Tambang (ANTM), Bank Jatim (BJTM), dan Perusahaan Gas Negara (PGAS). Dan entah ada hubungannya atau tidak, tak lama setelah Kaesang men-tweet atau membuat postingan yang menyebut nama saham tertentu, maka saham tersebut langsung terbang tinggi. Contohnya BJTM, pada tanggal 30 Desember 2020, sahamnya ditutup di posisi 680. Namun ketika Kaesang menyebut sahamnya pada sekitar pertengahan Januari 2021, maka sahamnya dengan cepat lompat ke 965, atau meroket 40% hanya dalam waktu dua minggu, dan itu tentu saja menjadi perhatian investor publik. Alhasil Kaesang memperoleh julukan ‘influencer saham’. Sedangkan metodenya dalam memilih saham, yang sebenarnya belum jelas apakah menggunakan pendekatan analisa fundamental atau bukan, diberi julukan metode Sangmology.
Kemudian untuk BJTM, maka penulis juga sering menyebutnya di blog ini sebagai saham yang layak investasi jangka panjang (terakhir di artikel ini), karena kinerjanya selama ini sangat bagus bahkan dibanding big four banking (Bank BCA, Mandiri, BRI, dan BNI), tapi valuasinya lebih murah, yang mungkin karena nama dan ukuran banknya tidak sepopuler dan tidak sebesar empat bank besar diatas. Lalu PGAS? Juga sama bagus. Memang pada ulasan terakhirnya disini, penulis katakan bahwa karena manajemen PGAS melakukan kesalahan di masa lalu dengan masuk ke sektor hulu migas dengan mengakuisisi blok-blok migas melalui PT Saka Energi Indonesia, dimana di kemudian hari PT Saka ini justru menghasilkan kerugian dan menurunkan kinerja PGAS secara keseluruhan, tapi belakangan manajemen sudah kembali fokus ke bisnis aslinya yang selama ini terbukti menguntungkan, yakni distribusi dan transmisi gas, dan alhasil labanya naik signifikan pada tahun 2021 ini. Sedangkan valuasi sahamnya? Well, dengan PBV 1.0 dan PER 6.7 pada harga Rp1,500, Juga masih sangat rendah dibanding saham-saham bluechips lain.
However untuk ELSA, penulis melihat bahwa perusahaan jasa perminyakan ini selama ini hanya mampu membukukan laba kecil, dan tidak jarang rugi juga. Jadi secara fundamental dia tidak bagus, tapi memang valuasinya murah dengan PBV hanya 0.5 kali pada harga 270. Lalu untuk Antam (ANTM), maka pada ulasannya disini, penulis juga jelas menyebut bahwa perusahaan berfundamental buruk, dan kenaikannya setahun lalu lebih karena isu baterai mobil listrik yang sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan prospek kinerja perusahaan. Lalu untuk valuasinya juga sama sekali tidak bisa dikatakan murah, kalau pada harga sekarang ya.
Meski demikian jika Kaesang atau tim analisnya bertemu dengan saya, dimana saya kemudian menunjukkan saham-saham apa saja yang kami pegang, maka belum tentu juga mereka akan setuju 100% dengan saham-saham tersebut, dimana mungkin mereka akan mengatakan bahwa saham A memang bagus, tapi saham B ini jelek karena bla bla bla. Yup, karena bahkan jika ada dua investor dengan informasi dan data yang sama, dan pendekatan yang juga sama (value investing), tapi tetap saja pilihan saham mereka bisa berbeda, dan hanya soal waktu yang akan membuktikan saham mana yang beneran naik banyak.
Namun dibanding influencer lain yang tidak jelas apa metodenya (atau mereka hanya pompom), maka penulis sekali lagi bisa katakan bahwa Kaesang menggunakan kaidah value investing, dimana ia tidak pernah menyebut saham-saham yang jelas-jelas gorengan berfundamental buruk seperti saham-saham milik grup Benny Tjokro dan/atau Heru Hidayat. Dan memang kalau anda sudah tidak lagi pegang dana receh (dengan asumsi Kaesang membeli saham-saham lain sama banyaknya seperti ia membeli PMMP, maka Kaesang mengelola porto total Rp400 – 500 milyar), maka pilihannya hanya dua: Jadi bandar saham seperti Bentjok, atau pakai fundamental. Kemudian empat dari lima saham yang dipegang Kaesang adalah merupakan saham BUMN (atau BUMD), dan hanya satu yang perusahaan swasta, dimana ini juga menunjukkan kehati-hatiannya karena memang saham BUMN relatif lebih aman dibanding swasta. Disisi lain ia juga tidak mengambil saham BUMN yang perusahaannya bermasalah seperti misalnya Krakatau Steel (KRAS), atau Garuda Indonesia (GIAA), yang sekali lagi menunjukkan bahwa ia sangat hati-hati.
Anyway, ada juga yang bilang bahwa alasan Kaesang memilih saham-saham BUMN
adalah karena ia gosipnya masih merupakan kerabat jauh dari salah satu pejabat tinggi negara, dan alhasil ia memiliki akses terhadap info-info tertentu terkait
BUMN tersebut, yang tidak dimiliki oleh investor publik (dengan kata lain, Kaesang tahu hal-hal tertentu tentang ELSA dan ANTM yang saya tidak tahu), tapi ini hanya asumsi. Terlepas
dari itu, maka tiga dari lima pilihan saham Mas Kaesang memang benar
berfundamental bagus, dimana kecuali terjadi force majeure tertentu
terkait operasional perusahaan yang bersangkutan, maka saham-saham tersebut
bisa diharapkan akan menghasilkan profit konsisten dalam jangka panjang, we’ll
see.
***
Jadwal Seminar Value Investing Offline/Tatap Muka, Jakarta, Sabtu 15 Januari 2021. Untuk mendaftar klik disini. Diskon early bird bagi peserta yang mendaftar sebelum tanggal 1 Januari, dan tersedia juga versi videonya dengan biaya yang lebih terjangkau.
Komentar