Tips Memilih Guru/Mentor dalam Investasi Saham
Suatu hari di tahun 2007. Gita Wirjawan, yang ketika itu menjabat sebagai Presiden Direktur JP Morgan Indonesia, berdebat sengit dengan kolega-koleganya terkait dengan prospek investasi di Indonesia, terutama terkait IHSG yang ketika itu terus saja naik hingga tembus 2,600-an dari hanya 500-an pada tahun 2002, atau sudah naik lebih dari 5 kali lipat hanya dalam tempo 5 tahun. Gita beranggapan, kenaikan IHSG sudah kelewat tinggi, sehingga sebaiknya kita jualan dulu lalu tunggu koreksi. Tapi rekan-rekannya berpendapat sebaliknya: Memang valuasi saham-saham di BEI sangat tinggi, tapi ekonomi kita juga sedang sangat bagus! Indonesia sedang bergerak cepat menuju negara maju, jadi ini justru waktunya untuk beli!
***
Ebook Market Planning edisi Desember 2020 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, dan update strategi investasi bulanan sudah terbit! Anda bisa memperolehnya disini. gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.
***
Kesal suaranya tidak didengarkan, maka pada April 2008, Gita resign dari JP Morgan, lalu ia terbang ke Amerika Serikat, menemui teman-temannya semasa ia kuliah di Harvard dulu. Dan kepada mereka, Gita mengatakan bahwa pasar saham di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, mungkin akan jatuh tahun ini, bukan karena ada masalah di perekonomian, tapi karena semua orang secara greedy mengambil utang bank untuk beli saham dll, sehingga valuasi saham-saham menjadi tidak masuk akal. Dengan kata lain, ketika nanti crash itu terjadi, maka ekonomi dan juga IHSG tidak akan butuh waktu lama untuk pulih kembali. So it’s a lifetime opportunity! Sekedar catatan, pada April 2008 IHSG mulai turun ke 2,300-an dari sebelumnya 2,700-an, tapi secara keseluruhan posisi tersebut masih sangat tinggi dibanding tahun 2007, dan juga tahun-tahun sebelumnya.
Kemudian berbekal dana titipan dari teman-temannya, Gita mendirikan Ancora Group, yang sepenuhnya fokus ke peluang investasi di Indonesia. Dan tidak lama kemudian, kesempatan itu muncul: Pada bulan Mei 2008, IHSG sempat sempat rebound sejenak ke 2,500, tapi setelah itu dia turun, dan terus saja turun.. Hingga crash itu akhirnya terjadi, dimana IHSG drop lebih dari 20% hanya dalam waktu 3 hari! Yakni di bulan Oktober 2008. Barulah pada titik ini, Ancora Group belanja besar-besaran, termasuk mengambil alih 5% saham PT Bumi Resources, Tbk (BUMI) senilai $75 juta, pada November 2008. Keputusan yang sangat tepat, karena tidak sampai dua tahun kemudian, saham BUMI lompat dari 500-an hingga tembus 2,500 di tahun 2011.
Dan setelah ditambah keuntungan investasinya dari saham-saham lain, Gita seketika menjadi kaya raya (well, sebelumnya beliau sudah kaya, tapi posisinya ketika itu masih kerja di JP Morgan, jadi belum punya usaha sendiri). Masih di tahun 2011, ketika Presiden SBY menunjuk Gita sebagai Menteri Perdagangan, data LHKPN menunjukkan bahwa Gita memiliki kekayaan bersih senilai setidaknya Rp400 milyar. Mr. Gita Wirjawan mungkin bisa disebut sebagai satu dari hanya sedikit investor profesional di Indonesia, yang terbukti sukses dari saham-saham multibagger, jadi bukan ‘dicitrakan’ sukses. Dan yap, ia juga menggunakan metode value investing, bukan yang lain.
Nah, sekarang kita ke ‘investor sukses’ lainnya. Tokoh ini juga dikenal sebagai pebisnis, tapi ia sebelumnya tidak pernah bekerja di perusahaan keuangan seperti JP Morgan atau lainnya, ataupun bersentuhan langsung dengan dunia pasar saham, kecuali sekarang-sekarang ini saja. Namun dengan tulisan-tulisannya yang menyejukkan, serta pesan-pesan motivasinya yang mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, maka ia jauh lebih terkenal dibanding Gita Wirjawan, dan bahkan sampai mampu menciptakan disiplin ilmunya sendiri terkait cara berinvestasi di saham. Salah satu jurus rahasianya adalah, ‘Rumus saham sederhana.. miliki hati yang tulus, bantu perusahaan. Kemudian masuk saat harga jatuh, bukan untuk tujuan dapet cuan, tapi nolong saat lagi jatuh. Beda tuh value-nya.’ Suatu pesan yang seketika membuat para investor berpengalaman mengernyitkan dahi, tapi tentunya terdengar sangat bijaksana dan menghanyutkan bagi mereka yang masih awam.
Dan hasilnya, sang tokoh investor sukses ini menjadi semakin terkenal, dan follower-nya terus bertambah, apalagi saham-saham yang direkomendasikan juga hampir semuanya terbang (meskipun itu lebih karena IHSG-nya juga memang lagi bullish). Nah, sebenarnya balik lagi ke Om Gita, maka beliau bukannya tidak pernah menulis, atau ngomong di podcast, atau berbicara mengenai tips-tips investasi dll di Youtube. Dan actually dalam beberapa bulan terakhir ini, beliau aktif posting konten-konten bagus di Youtube dan Instagram. Tapi entah karena materi yang dibahas terlalu berat atau apa, maka view-nya sekali lagi tidak sebanyak view dari postingan sang tokoh itu tadi.
Okay, jadi sebenarnya apa yang mau kita bahas disini?
Ketika kita mulai masuk ke bidang yang baru dan belum pernah kita lakukan sebelumnya, dalam hal ini investasi saham, maka tentu kita akan mencari guru atau mentor. Dan melalui tulisan ini, penulis juga memang sudah menekankan tentang pentingnya mentor ini, dimana seorang mentor akan membantu kita belajar dan menggali pengalaman lebih cepat, dibanding jika kita melakukan semuanya sendiri secara otodidak. Penulis sendiri juga sangat beruntung pada tahun 2009 lalu menemukan mentor berpengalaman yang menuntun saya ke ‘jalan yang benar’ (guru penulis, Pak Yosef, sudah berpengalaman di pasar saham sejak tahun 1991), hingga akhirnya kita bisa terus bertahan di pasar saham. Dan sampai hari ini, penulis masih terus belajar dari para investor yang lebih berpengalaman dibanding penulis itu sendiri, salah satunya ya Om Gita itu tadi.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, maka belakangan ini memilih mentor juga tidak lagi semudah sebelumnya, karena di media sosial jumlah ‘investor sukses’ ini ada banyak sekali. Dan investor pemula kemudian harus menghadapi satu pertanyaan klasik: Apakah si investor itu beneran sukses, atau cuma pinter marketing? Masalahnya, seringkali investor yang beneran menguasai ilmu-ilmu di bidang ekonomi/investasi, tapi ia tidak terlalu baik dalam hal menyampaikan ilmu-ilmu tersebut ke masyarakat. Contohnya zaman kuliah dulu anda mungkin masih ingat, ada dosen yang ngajarnya enak, tapi ada juga profesor yang meski titelnya berderet, tapi ketika beliau nerangin apa, para mahasiswanya malah pada main hape di kursi belakang.
Dan inilah kenapa Gita Wirjawan, meskipun beliau terbukti sukses sebagai seorang investor, tapi ia sama sekali tidak se-populer foundernya Jouska, misalnya. Karena memang cara penyampaian materi Om Gita di Youtube, meski menurut penulis pribadi sebenarnya sangat bagus dan menarik, tapi mungkin tidak cukup menarik, atau bahasanya terlalu ‘tinggi’ bagi investor pemula. However, jika anda juga termasuk follower-nya Jouska, maka anda tentu sudah tahu bagaimana ceritanya Jouska sekarang. Sayangnya seperti yang dulu pernah penulis sampaikan di Youtube, yang model Jouska ini sebenarnya ada banyak! Dan dengan follower yang juga tidak kalah banyaknya. Sehingga, meski penulis tentunya berharap bahwa tidak akan muncul lagi korban berikutnya dari the next Jouska, siapapun itu, tapi melihat perkembangannya sekarang, kemungkinan besar itulah yang akan terjadi.
Tips untuk Investor Pemula
Karena itulah, agar anda tidak menjadi korban dari fake gurus seperti itu, maka dua tips berikut menjadi sangat penting. Pertama, seperti sudah disampaikan diatas, pertama-tama anda harus cek, apakah si mentor itu beneran sukses, atau cuma pinter marketing? Dan cara mengeceknya sederhana saja: Jika si mentor ini tidak punya latar belakang profesional di bidang investasi, dan baru nongol belakangan ini tapi langsung booming, maka artinya yang bersangkutan hanya pintar marketing saja, tapi belum punya pengalaman ataupun track record. Yup, jadi kata kuncinya disini adalah track record, dimana penulis sendiri sekarang ini lagi ngefans sama Om Gita karena track record beliau sangat jelas dan terbukti, jadi gak cuma ‘jualan kecap’. Seindah dan sebijaksana apapun pesan-pesan saham yang anda peroleh dari ‘investor sukses’ tertentu, tapi jika setelah anda telisik lagi ternyata track record-nya nol besar (track record ini bisa berupa data kinerja investasi, saham-saham yang pernah dibeli, tulisan/perkataan yang bersangkutan di masa lalu, latar belakang pendidikan & pekerjaan, kasus hukum jika ada, dst) maka boleh cari lagi mentor yang lain.
Kedua, be realistic, dan pahamilah bahwa ada banyak hal di dunia ini yang too good to be true. Nah, jika anda perhatikan, ada perbedaan besar antara cara penyampaian materi dari seorang ‘investor sukses’, dan investor yang benar-benar sukses. ‘Investor sukses’ biasanya bahasanya ‘Anda akan keluar dari pekerjaan anda dan menjadi kaya raya dari investasi saham, setelah membaca buku ini!’, atau ‘Pelajari bagaimana trader muda ini bisa meraih Rp2 milyar hanya dalam dua bulan’, dan seterusnya. Jika anda investor pemula yang mulai sering googling tentang saham, maka anda akan menemukan banyak sekali iklan-iklan seperti itu di Youtube atau Instagram, yang pada intinya menawarkan angin surga cara meraih keuntungan besar & instan di saham, terkadang bahkan dengan embel-embel 'gak perlu analisa' (really?), dimana itu tentu saja menyesatkan. Jadi ya, seperti yang sering penulis sampaikan di seminar (sarkasme), ngapain mengejar profit konsisten 20% setahun kalau bisa trading harian dan cuan 10% sehari??
Tapi sekarang coba deh anda tonton video talk show-nya Om Gita di Youtube: Apakah beliau pernah mengajarkan cara cepat cuan saham bla bla bla? Tidak pernah! Yang banyak beliau sampaikan adalah tentang peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang, dst. Dan alasan kenapa beliau tidak ikut jualan angin surga, adalah memang karena beliau investor! A real investor, yang sudah kenyang asam garamnya dunia investasi itu sendiri. Dan yang namanya investor, maka ya gak mungkin dia cuan terus, melainkan selalu ada masa-masa dimana ia rugi, terkadang dengan kerugian yang sangat besar seperti yang memang terjadi di tahun 2020 ini (Om Gita pernah loss lumayan di saham PT Apexindo Pratama Duta, Tbk (APEX), yang dikemudian hari bangkrut). Meski demikian, keuntungan yang dihasilkan tetap lebih besar dibanding kerugiannya, dan hasilnya beliau kaya raya sampai hari ini.
Nah, jadi mulai sekarang, setiap kali anda menemukan angin surga, atau mentor yang mengklaim selalu cuan terus tanpa pernah menjelaskan sisi risiko dari investasi saham itu sendiri, maka itulah saatnya untuk googling lagi, cari lagi mentor yang lain. Tips yang kedua ini mungkin agak sulit untuk diterapkan, karena penulis sendiri waktu masih pemula dulu, saya lebih tertarik mengejar cuan 5% sehari daripada 20% setahun, dan inilah sebenarnya alasan kenapa real investor seperti Om Gita kurang populer, sedangkan ‘investor pemburu saham ARA’ atau semacamnya malah booming. Karena adalah normal jika seorang investor pemula ingin cepat kaya, atau 'pensiun muda' dari saham, sehingga mereka juga cari gurunya yang menawarkan cara cepat kaya tersebut. Meski demikian, jika anda juga bisa menerapkan tips be realistic ini, dan menyadari sepenuhnya bahwa meski kita semua bisa sukses di pasar saham, tapi itu akan butuh waktu, maka pada titik itulah, anda sudah memiliki satu fondasi kuat yang menjamin masa depan anda di pasar saham.
Kemudian penulis pribadi berharap bahwa, ketika nanti anda baca lagi artikel
ini lima tahun dari sekarang, maka anda akan senyum-senyum sendiri dan ngomong
dalam hati, ‘Bener juga ya’ :D
***
Video Seminar Value Investing, basic and advanced, bisa diperoleh disini. Alumni bisa bergabung
dengan layanan webinar (jadwal berikutnya Sabtu, 19 Desember) secara gratis.
Komentar
Banyak orang merasa jenius ketika saham sedang Bullish, dan "Tokoh" yang suka menawarkan emiten dengan kalimat tersirat diatas memang cenderung berbahaya untuk Investor Pemula, klo untuk kita yang sudah lama di Bursa mah bisa menyaring. apalagi jika dibarengi dengan "Angin Surga".. Repoot...
ingat kebijakannya yang MEMBUNUH 7-11???
baca kritikannya si Rhenald Kasali biar tahu si gembul ini gombal tulen!!!
gitu ajah!
yang satu lagi klo ga salah tebak Y***f ***sur
byk yang model ginian sekarang pak teguh, investor milenial yang jago marketing tapi ga ada track record
trader sama investor asli nggak akan terpengaruh dengan pom pom meski punya gelar agamis
1. humble (ga norak berlebihan ketika analisanya benar tapi bisu ketika analisanya salah)
2. punya dokumentasi jejak analisa yang transparan dan fair (mencatat semua analisanya secara berkala dan mempublikasikannya, jadi kita tau win rate berapa, yang cuan berapa, dan yang loss ga disembunyikan)
3. Ngga sering menjelekkan apalagi menyerang 'analis' lain
Hanya ada beberapa yang punya tiga kualitas ini, dan menurut saya pak teguh salah satunya. Walau saya udah berhenti subscribe produk2 avere sejak pandemi tapi jujur saya harus bilang kalau pak teguh adalah mentor yang bertanggung jawab dan fair terhadap 'follower'nya
Rumus saham sederhana.. miliki hati yang tulus, bantu perusahaan. Kemudian masuk saat harga jatuh, bukan untuk tujuan dapet cuan, tapi nolong saat lagi jatuh. Beda tuh value-nya
Ternyata quote legendaris ini muncul di banyak portal berita.