Cara Menghitung Kinerja Portofolio Saham
Menghitung kinerja portofolio saham sebenarnya terbilang sederhana jika kita hanya satu kali saja menyetor dana, yakni pada saat membuka rekening di sekuritas, sehingga penambahan nilai porto yang terjadi adalah sepenuhnya berasal dari capital gain, dividen, dan bunga (cash yang tidak atau belum dibelanjakan saham, itu dapet bunga sekitar 2.0% per tahun dipotong pajak, dibayarkan tiap bulan). Sehingga, katakanlah modal awalnya Rp100 juta, dan pada akhir tahun nilai saham-saham yang dipegang, ditambah cash jika ada, menjadi Rp120 juta. Maka dalam hal ini kinerja investasi anda adalah +20.0%.
***
Ebook Market Planning edisi Januari 2021 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, dan update strategi investasi bulanan sudah terbit! Anda bisa memperolehnya disini. gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.
Video Seminar Terbaru: Peluang Multibagger dari
Saham-Saham Turnaround. Info selengkapnya baca disini, dan alumni juga bisa ikut
webinar (jadwal berikutnya Sabtu, 30 Januari 2021)
secara gratis.
***
Masalahnya, pada buku ‘Value Investing: Beat the Market in Five Minutes!’, penulis sendiri juga menyarankan agar kita jangan hanya setor satu kali saja ke sekuritas, melainkan kalau bisa setor lagi secara rutin, katakanlah sebulan sekali, agar modal yang mungkin awalnya kecil itu lama-lama menjadi besar. Yep, pada ilustrasi dimana anda membuka rekening dengan nilai modal awal Rp12 juta, lalu setelah itu rutin menyetor Rp1 juta saja setiap bulannya, dan setiap tahun anda menghasilkan kinerja profit rata-rata 20%, maka setelah 10 tahun, anda akan pegang Rp385 juta. Dan setelah 20 tahun? Well, Rp2.7 milyar. Jika anda bisa menghasilkan kinerja investasi yang lebih besar, misalnya 25% per tahun, atau jika setorannya juga lebih besar misalnya Rp2 juta per bulan, maka hasilnya juga akan lebih besar lagi.
Ini buku best-seller lho |
Tapi jika anda hanya setor Rp12 juta sekali itu saja, dan setiap tahun menghasilkan keuntungan 20%, maka setelah 20 tahun, anda hanya akan memegang portofolio senilai Rp460 juta.
Tinggal pertanyaannya, jika kita rutin menyetor lagi ke sekuritas seperti itu, maka bagaimana cara menghitung kinerja tahunan portofolio? Karena dana yang baru disetor tersebut tentunya tidak bisa dihitung sebagai keuntungan investasi bukan? Nah, dalam hal ini kita bisa menggunakan metode net asset value atau NAV, seolah-olah rekening anda adalah sebuah reksadana. Dan meski rumus NAV ini ada banyak sekali di internet, tapi berikut adalah rumus yang penulis ciptakan sendiri, yang juga bisa anda gunakan. Pertama, jadikan nilai portofolio dalam bentuk satuan unit setoran, bukan lagi Rupiah, dimana 1 unit setoran setara sekian Rupiah. Misalnya nilai porto anda pada awal tahun Rp10,000,000, dan anda tentukan 1 unit setoran adalah Rp1,000. Maka sekarang anda pegang ‘reksadana’ sebanyak 10,000 unit senilai total Rp10,000,000.
Kemudian setelah satu bulan, misalnya anda meraih profit 5% sehingga nilai porto anda naik menjadi Rp10,500,000. Maka dalam hal ini jumlah unit yang anda pegang masih tetap 10,000, tapi nilai per unitnya naik dari sebelumnya Rp1,000 menjadi Rp1,050 (Rp10,500,000 dibagi 10,000 unit), alias juga naik +5.0%.
Lalu masih di bulan yang sama, anda setor lagi Rp1,000,000, sehingga nilai portonya sekarang menjadi Rp11,500,000. Tambahan modal disetor ini harus dihitung sebagai tambahan unit setoran. Jadi Rp1,000,000 tadi dibagi nilai unit saat ini, yakni Rp1,050, dan hasilnya adalah 952 unit. Ditambah 10,000 unit yang sudah ada sebelumnya, maka sekarang anda pegang 10,952 unit setoran, senilai Rp11,500,000. Nah, jadi berapa nilai per unitnya? Ya tetap Rp1,050, yakni Rp11,500,000 dibagi 10,952).
Sebulan berikutnya, katakanlah kondisi pasar kurang baik, dan nilai porto anda turun menjadi Rp11,100,000. Maka nilai per unit setoran juga turun menjadi Rp1,013 (Rp11,100,000 dibagi 10,952 unit). Pada titik ini anda setor lagi Rp1,000,000, yang setelah dibagi Rp1,013, setara 987 unit. Maka anda sekarang pegang 11,939 unit setoran senilai Rp12,100,000, atau Rp1,013 per unit. Dan setelah dua bulan ini, meskipun nilai portofolio dari sisi Rupiah sudah naik dari Rp10,000,000 menjadi Rp12,100,000, tapi kinerja portofolio anda adalah +1.3% saja, yakni dilihat dari kenaikan nilai unit dari Rp1,000 menjadi Rp1,013 per unit setoran.
Nah, sampai titik ini mungkin ada pertanyaan: Mengingat total setorannya setelah dua bulan adalah Rp12,000,000, dan nilai porto saat ini adalah Rp12,100,000, maka nilai keuntungannya hanya Rp100,000, atau hanya 1.0% jika berdasarkan modal awal setoran yang Rp10,000,000 itu tadi. Lalu kenapa dikatakan bahwa kinerja porto sekarang +1.3%, dan bukannya +1.0%? Jawabannya adalah karena Rp2,000,000 dari dana yang Rp12,000,000 tadi tidak langsung tersedia untuk dibelanjakan sejak awal, melainkan baru bisa dibelanjakan kemudian (setelah dana tersebut disetor), sehingga dana tersebut tidak bisa diperlakukan sama dengan dana awal yang Rp10,000,000. Sebagai perbandingan, katakanlah setelah dua bulan ini, anda tidak menyetor lagi, dan pada akhir bulan ke-6, nilai porto anda tumbuh menjadi Rp13,500,000 (profit Rp1,500,000). Maka dalam hal ini kinerja porto anda adalah Rp13,500,000 dibagi 11,939 unit setoran, sama dengan Rp1,131 per unit, atau tumbuh +13.1%. Angka ini lebih rendah dibanding +15.0% jika kita menghitung keuntungan yang Rp1,500,000 tadi hanya berdasarkan modal di awal periode yang sebesar Rp10,000,000. Tapi karena modal kita memang bukan lagi Rp10,000,000, melainkan Rp12,000,000, maka angka kinerja yang benar adalah 13.1% itu tadi, bukan 15.0%, bahkan meskipun setoran yang Rp2,000,000 itu tadi masih berupa cash/belum dibelanjakan saham.
Demikian seterusnya. Intinya setiap setoran dana ke sekuritas dianggap sebagai tambahan unit disetor, dan kinerja portofolio kemudian dihitung berdasarkan nilai per unit setoran pada akhir periode, katakanlah akhir tahun. Sehingga anda dalam hal ini harus mencatat dua angka: 1. Jumlah unit setoran, dan 2. Nilai Rupiah per unit setoran tersebut. Pada perusahaan asset management pengelola reksadana, maka nilai Rupiah per unit inilah yang disebut NAV, atau NAB (nilai aset bersih), dan angkanya dihitung serta di-update setiap hari ketika pasar tutup. Tapi anda tidak perlu menghitung ‘NAV’ milik anda setiap hari, melainkan hanya kalau akan setor dana saja, dan tentunya pada akhir tahun untuk melihat bagaimana kinerja portofolio anda sepanjang tahun yang bersangkutan. Lalu untuk tahun berikutnya, maka anda menggunakan posisi NAV pada akhir tahun sebelumnya sebagai posisi NAV awal untuk tahun berikutnya tersebut. Misalnya pada tahun pertama, anda mencatat kinerja +20.0% dimana NAV-nya naik dari Rp1,000 menjadi Rp1,200. Maka untuk tahun kedua, anda gunakan NAV yang Rp1,200 ini sebagai NAV awal, dimana jika pada akhir tahun angkanya tumbuh menjadi Rp1,400, maka kinerja anda di tahun kedua bukan +20.0%, melainkan +16.7%.
Oke Pak Teguh, tapi modal awal saya bukan Rp10 juta, melainkan jauh lebih besar dari itu, dan demikian pula saya tiap bulannya bisa setor lebih dari Rp1 juta. Jadi gimana ngitungnya? Ya tinggal nilai per unit setorannya disesuaikan saja, misalnya 1 unit bukan Rp1,000, melainkan Rp10,000, Rp100,000, atau lebih besar lagi. Atau 1 unit tetap dianggap Rp1,000, tapi jumlah awal unitnya tentu lebih besar, yakni satu juta unit jika modal awalnya Rp1 milyar. Intinya sih, tinggal sesuaikan angka nolnya saja. Gampang kok, bahkan anak anda yang masih SD kelas 5 juga harusnya ngerti.
Lalu bagaimana jika kita terima dividen? Dividen, yang kita terima bersih tunai setelah dipotong pajak, diperlakukan sama dengan capital gain alias dianggap sebagai keuntungan, sehingga turut menaikkan kinerja porto/menaikkan nilai NAV. Kemudian ilustrasi diatas adalah jika kita rutin setor lagi ke sekuritas, tapi bagaimana jika kita melakukan sebaliknya, yakni menarik/mencairkan sebagian dana? Nah, jika setoran dana dianggap sebagai tambahan unit disetor, maka penarikan dana sebaliknya dianggap sebagai pengurangan unit disetor. Balik lagi ke contoh diatas, nilai porto anda saat ini adalah Rp13,500,000, dengan NAV Rp1,131 per unit, sehingga anda memiliki 11,939 unit setoran. Anda kemudian menarik dana Rp2,000,000 (jika posisi cash nol, maka anda harus jual saham dulu sehingga diperoleh dana Rp2 juta tersebut), yang setelah dibagi NAV Rp1,131, hasilnya 1,768 unit. Maka jumlah unit setoran yang sekarang anda pegang adalah 11,939 - 1,768 = 10,170 unit. Jika sisa aset portofolio yang senilai Rp11,500,000 dibagi dengan sisa unit setoran yang 10,170 unit tersebut, maka hasilnya tetap Rp1,131 per unit. Sehingga dalam hal ini, persentase kinerja portofolio tidak berubah meskipun nilai aset portofolio anda berkurang.
Okay Pak Teguh, jadi apakah ada formula excel-nya untuk menghitung kinerja portofolio berdasarkan penjelasan yang sudah ditulis diatas? Well, sebenarnya ada, saya sudah membuatnya dan itu bisa saya share secara gratis. Tapi berdasarkan pengalaman, biasanya orang nanti nanya lagi gimana cara menggunakan excel tersebut, bahkan meski cara menggunakannya sudah ditulis sangat jelas disitu. Karena memang untuk urusan hitung-hitungan yang sebenarnya sangat sederhana ini, terkadang kita orang dewasa kalah sama anak SD kelas 5.
Sehingga dalam hal ini anda bisa membuat formulanya sendiri, untuk nanti anda gunakan sendiri. Itu sangat mudah jika anda sudah menangkap konsep NAV seperti yang dijelaskan diatas. Nah, tapi biasanya pada titik ini muncul lagi pertanyaan: Berapa persen idealnya kinerja portofolio kita per tahunnya? Apakah +10%, +20%, atau bahkan +100% per tahun seperti yang sering dikatakan para influencer pemburu saham ARA itu? Dan mengingat kondisi pasar sedang bullish dimana ada banyak saham terbang ratusan persen, maka harusnya bisa lah kita profit besar, jadi gak lagi cuma 10 – 20 persen?? Tapi karena artikel kali ini sudah cukup panjang, maka soal ini akan kita bahas minggu depan.
***
Ebook Market Planning edisi Januari 2021 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, dan update strategi investasi bulanan sudah terbit! Anda bisa memperolehnya disini. gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.
Video Seminar Terbaru: Peluang Multibagger dari Saham-Saham Turnaround. Info selengkapnya baca disini, dan alumni juga bisa ikut webinar (jadwal berikutnya Sabtu, 30 Januari 2021) secara gratis.
Komentar
Terimakasih
Bisa minta tolong di share file excel ke email saya? zakysetiansyah@gmail.com . Saya penasaran apakah ada perhitungan saya yang salah karena jumlah kenaikan porto saya jika dihitung secara modal awal ke nilai asset terakhir nilainya jauh lebih besar dibandingkan jika saya menggunakan metode NAV.
Terimakasih pak
Terimakasih pak Teguh
Selamat tahun baru, semoga sukses selalu.
Topiknya menarik, kontennya lebih menarik lagi.
Saya ingin membandingkannya dengan perhitungan saya.
Mohon izin share file excelnya ke email personal saya Pak Teguh : tfauzan@gmail.com.
Terima kasih Pak ����