Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

Menjual Saham Legacy/Saham yang Tadinya akan di-Hold Selamanya, Karena Melihat Bahwa IHSG Akan Turun

Gambar
Pagi ini penulis dapat pertanyaan bagus, sebagai berikut: Dalam beberapa kesempatan Bapak mengemukakan tentang legacy stock portfolio dimana kita mengakumulasi saham2 wonderful company and hold tanpa mempedulikan fluktuasi pasar. Pertanyaan saya, apakah strategi  siapkan payung saat langit mendung  ini tidak berlaku untuk legacy stock portfolio atau sebaiknya tetap diberlakukan terutama untuk krisis besar seperti tahun ini? Dalam hal ini saya agak dilematis dengan masing-masing pilihan. Kalau ini tidak diberlakukan, tidakkah kita akan rugi besar atau paling tidak kehilangan kesempatan untuk mempertebal legacy stock portofolio kita dengan menjual di harga tinggi lalu membeli kembali di harga bawah. Apalagi kalau kita telah mampu memperkirakannya sebelum market crash. Namun disisi lain kalau kita melakukannya lalu apa bedanya dengan portofolio normal kita. *** Video Seminar Value Investing,  basic and advanced, bisa  diperoleh disini . Alumni bisa b...

Peluang Mutiara Terpendam di Saham Batubara

Gambar
Dalam beberapa waktu terakhir, anda mungkin sudah membaca berita bahwa Singapura ‘resmi’ jatuh ke lembah resesi, dimana pemberitaan itu muncul setelah Negeri Singa tersebut melaporkan pertumbuhan ekonomi minus 12.6% secara year on year pada Kuartal II (Q2) 2020, terburuk sejak Singapura merdeka pada tahun 1965. Namun ternyata, berita tersebut tidak membuat bursa saham disana drop, dimana Strait Times Index (STI) tetap bertahan di level 2,600-an, dan demikian pula bursa-bursa lainnya di Asia dan juga seluruh dunia seperti tidak terpengaruh oleh bad news diatas, padahal Singapura adalah salah satu negara dengan industri keuangan paling maju di dunia (sehingga berita bahwa Singapura resesi akan menjadi perhatian semua fund manager global). Pertanyaannya, bagaimana bisa? *** Bagi anda yang baru belajar investasi saham/value investing, maka bisa peroleh video seminar terbaru disini . Info whatsapp 0813-1482-2827 (Nury). Ebook Market Planning yang berisi rekomendasi saham dan an...

Mengenal ‘Opportunity Cost’ Dalam Investasi Saham

Gambar
Pada Berkshire Hathaway (BRK) Annual Meeting 2017, Charlie Munger, vice-chairman di BRK, ditanya oleh salah seorang peserta yang hadir: Apa kesalahan terburuk yang pernah dilakukan BRK dalam satu atau dua dekade terakhir? Nah, penulis sendiri tadinya mengira bahwa Mr. Charlie akan menjawab, kami pernah membeli saham/perusahaan A, dan hasilnya rugi besar. Karena memang itulah kesalahan yang umum dilakukan seorang investor bukan? Yakni membeli saham tertentu, lalu di kemudian hari harganya/nilai perusahaan turun, sehingga ia kemudian kehilangan sejumlah uang.

Matahari Dept. Store (LPPF)

Gambar
Bagi investor, selain harus bisa bertahan dan tetap calm di masa resesi, maka challenge  berikutnya adalah menemukan saham  turn-around, yakni saham dari perusahaan yang kinerjanya buruk/rugi karena efek resesi itu tadi, tapi harga sahamnya juga sudah kelewatan turunnya dan alhasil valuasinya menjadi amat-sangat-murah. Sehingga jika nanti resesinya berakhir/ekonomi membaik, dan kinerja perusahaan juga kembali membaik, maka sahamnya juga bisa naik banyak karena valuasinya yang terlalu murah itu tadi. Ilustrasi sederhana, katakanlah saham A, pada masa normal dan kinerjanya bagus, PBV-nya 2.0 kali. Tapi karena di tahun 2020 ini dia merugi, maka sahamnya juga terus saja turun hingga PBV-nya tinggal 0.4 kali.

Dampak Kenaikan Cukai Terhadap Saham Rokok

Gambar
Per awal November ini, dari empat emiten rokok di BEI, tiga diantaranya sudah merilis laporan keuangan, dan dua diantaranya masih membukukan kenaikan pendapatan. Mereka adalah PT Wismilak Inti Makmur (WIIM), dan PT Gudang Garam, Tbk (GGRM). Menariknya adalah, kedua perusahaan ini masih membukukan pertumbuhan kinerja ( albeit laba GGRM turun) ketika iklim usahanya dikhawatirkan sudah memburuk bahkan sejak sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Yup, kalau anda masih ingat, pada September 2019 lalu, Pemerintah memutuskan kenaikan cukai hingga 23% untuk tahun fiskal 2020, atau lebih tinggi dibanding biasanya yakni 10% per tahun, yang seketika menyebabkan saham-saham rokok bertumbangan.