Benarkah W. Buffett Jual Saham-Saham Perbankan? Ada Hubungannya dengan Penurunan BBRI dkk?

Pada hari Rabu, 13 Mei, muncul berita di Barrons.com yang menyebutkan bahwa Berkshire Hathaway (BRK) telah menjual saham US Bancorp (USB), salah satu bank terbesar di Amerika Serikat (AS), senilai setidaknya $16.3 juta. Dengan penjualan ini, BRK masih memegang saham USB, namun persentase kepemilikannya berkurang dari tadinya 10% sekian menjadi tinggal 9% sekian. Berdasarkan peraturan dari SEC (security and exchange commission, semacam OJK-nya AS), jika suatu individu/institusi memegang saham perusahaan tertentu sebanyak setidaknya 10% dari jumlah saham beredar, maka kalau institusi ini menambah atau mengurangi kepemilikannya di perusahaan itu tadi, mereka harus melaporkannya ke SEC. Tapi berhubung BRK sekarang pegang USB kurang dari 10% saham beredar, maka kalau besok-besok Warren Buffett (WB) hendak jual habis USB ini, ia tidak perlu melapor apa-apa lagi ke SEC.

***

Buku kumpulan analisis 30 saham pilihan (Ebook Investment Planning) edisi Kuartal I 2020 sudah terbit! Anda bisa memperolehnya disini, tersedia diskon khusus selama IHSG masih dibawah 5,500. Info whatsapp 0813-1482-2827 (Yanti).

***

Selang dua hari kemudian, pada Jumat 15 Mei kemarin, muncul lagi berita di beberapa website, salah satunya di Businessinsider.com, bahwa BRK kembali menjual sejumlah saham termasuk saham dari dua bank besar, Goldman Sachs (GS), dan JP Morgan & Chase Co. (JPM). Mungkin perlu dicatat bahwa trio USB, GS, dan JPM, kalau di Indonesia itu kurang lebih sama dengan Bank Mandiri (BMRI), Bank BCA (BBCA), dan Bank BRI (BBRI). Nah, berhubung pada hari Jumat tersebut saham-saham bank besar di BEI kembali bertumbangan, maka hal ini tentu menimbulkan pertanyaan: Ada apa dengan saham-saham perbankan? Apakah saya juga harus melakukan langkah yang sama dengan apa yang dilakukan oleh WB?

Tapi sebelum kita kesitu, pertama-tama mari kita lihat dulu data faktualnya. Nah, bagi anda yang belum tahu, perusahaan-perusahaan Tbk di Bursa New York, termasuk BRK, mereka merilis laporan keuangan, laporan tahunan, informasi kepemilikan saham, dan dokumen-dokumen penting lainnya dalam satu tempat, yakni www.sec.gov. Sehingga ketika Businessinsider.com dan kantor-kantor berita lainnya menulis bahwa ‘Warren Buffett jual bla bla bla’, maka mereka juga memperoleh informasinya dari website SEC tersebut.

Jadi sekarang, coba anda buka www.sec.gov, kemudian scroll sedikit kebawah sampai ketemu kotak berisi tulisan ‘Name or Ticker’, dengan tombol search berwarna kuning di sampingnya. Anda ketik ‘Berkshire Hathaway’ di kotak tersebut (boleh ambil BRKA atau BRKB, itu sama saja), lalu klik tombol search. Anda kemudian akan masuk ke halaman berikutnya dengan judul ‘EDGAR Search Results’.


Okay, sekarang perhatikan gambar diatas, terutama bagian-bagian yang ditandai dengan kotak biru, hijau, dan merah (klik gambar untuk memperbesar). Untuk informasi transaksi jual beli saham yang dilakukan oleh BRK terhadap saham-saham yang dipegang lebih dari 10% dari jumlah saham beredar, anda klik Get insider transactions for this reporting owner (kotak biru). Anda akan masuk ke halaman ‘Ownership Reports for Issuers’, dimana pada bagian atas tabel akan kelihatan nama saham ‘US Bancorp’, dengan tanggal transaksi 11 Mei 2020. Jika anda scroll kebawah sampai ketemu tulisan ‘Items 1 – 80’, maka anda akan menemukan informasi lebih detil tentang saham-saham apa saja yang dijual oleh BRK (kodenya D, artinya disposition), dan saham-saham apa saja yang dibeli (kodenya A, artinya acquisition). Pada gambar dibawah ini, anda bisa melihat bahwa BRK pada tanggal 11 – 12 Mei 2020 telah menjual saham US Bancorp, dan sebelumnya BRK juga menjual saham Bank of New York Mellon, Delta Airlines, Southwest Airlines dst.


However, informasi jual beli diatas terbatas hanya untuk saham-saham yang BRK memegangnya lebih dari 10% saham beredar. Sehingga kalau BRK ada pegang saham A sebanyak misalnya 5% saham beredar, kemudian saham A itu dijual, maka itu tidak akan dilaporkan. Tapi untungnya, setiap tiga bulan sekali, BRK juga harus melaporkan dokumen ‘Quarterly report filed by institutional managers, Holdings’ ke SEC, yang berisi informasi saham-saham perusahaan Tbk yang masih dipegang oleh BRK di setiap kuartal. Nah, jadi kita balik lagi ke halaman EDGAR Search Results (lihat lagi gambar diatas, yang ada kotak biru, merah, dan hijau), lalu anda klik Documents, dengan filing date 15 Mei 2020 (kotak hijau). Anda akan masuk ke halaman ‘Filing Detail’, lalu klik form13fInfoTable.html. Anda kemudian akan masuk ke halaman website dengan tampilan seperti pada gambar berikut:


Pada halaman diatas, yang perlu diperhatikan adalah column 1, yang berisi nama-nama saham yang dipegang BRK (Amazon, American Express, Apple dst), dan column 5, yang berisi informasi jumlah lembar saham yang dipegang. Nah, jika kita membandingkan dokumen diatas dengan dokumen yang sama yang dikirim BRK tiga bulan sebelumnya (ingat bahwa setiap tiga bulan, BRK harus melaporkan saham-saham apa saja yang masih dipegang ke SEC), maka akan kelihatan:
  • Saham-saham yang sebelumnya tidak ada, tapi sekarang muncul. Artinya BRK baru beli saham tersebut.
  • Saham-saham yang sebelumnya ada, tapi sekarang hilang. Artinya BRK jual habis saham tersebut.
  • Saham-saham yang jumlah lembarnya bertambah. Artinya BRK beli lebih banyak saham tersebut, dan
  • Saham-saham yang jumlah lembarnya berkurang. Artinya BRK jual sebagian saham tersebut, tapi tidak sampai jual habis.
Sehingga sekarang kita balik lagi ke halaman EDGAR Search Results, lalu klik 028-04545 (kotak merah). Maka daftar dokumennya akan tersaring dimana yang muncul hanya dokumen ‘Quarterly report’. Anda kemudian klik Documents dengan filing date 14 Februari 2020, masuk ke halaman ‘Filing Detail’, lalu klik form13fInfoTable.html. Nah, anda sekarang sedang melihat daftar saham-saham yang dipegang BRK per Februari 2020 lalu, yang kemudian bisa dibandingkan dengan daftar terbaru per Mei 2020. Dari situ kita kemudian bisa melihat saham-saham apa saja yang baru dibeli BRK, saham apa saja yang dijual habis, saham apa saja yang dibeli lebih banyak, dan saham apa saja yang dijual sebagian.

Sebagai contoh, jika anda lihat nama saham ‘Goldman Sachs’, maka pada laporan bulan Februari, disebutkan bahwa BRK memegang total 12.0 juta lembar saham. Tapi pada laporan bulan Mei, jumlahnya berkurang menjadi hanya 1.9 juta lembar. Ini berarti Warren Buffett telah menjual saham Goldman Sachs tapi tidak sampai habis. Kemudian pada laporan bulan Februari, BRK masih memegang saham Phillips 66 sebanyak 227 ribu lembar, tapi di laporan bulan Mei, nama Phillips 66 tidak lagi disebutkan, yang artinya BRK sudah jual habis sahamnya (Phillips 66 adalah perusahaan minyak dan gas).

Kesimpulan: Yang Dijual Tidak Hanya Saham Perbankan

Dari ‘informasi A1’ diatas kita bisa menyimpulkan bahwa, Warren Buffett tidak hanya menjual saham-saham perbankan, tapi juga saham-saham di sektor lainnya, termasuk saham perusahaan farmasi, Teva Pharmaceuticals. Namun memang akan lebih menarik dan lebih bikin penasaran, jika yang diangkat sebagai judul beritanya adalah bahwa Buffett jual saham dari perusahaan-perusahaan besar dan terkenal seperti Goldman Sachs. Tapi sekali lagi, jika kita ambil informasi langsung dari otoritas dan bukannya media (di Indonesia ada satu media yang menulis hal ini, tapi sumbernya juga hanya mengutip Barrons.com itu tadi), maka judul yang lebih tepat adalah, Warren Buffett masih terus menjual saham-saham dari berbagai sektor, dan masih terus mengumpulkan cash. Pada laporan sebelumnya, disebutkan bahwa BRK memegang cash $137 milyar, dan ada kemungkinan cash tersebut akan kembali bertambah di masa yang akan datang.

Tapi kesimpulan diatas menimbulkan pertanyaan berikutnya: Kenapa Buffett jualan terus? Well, hal ini sudah dijawab di tulisan minggu lalu, dimana Buffett kemungkinan berpendapat bahwa dunia akan berubah sama sekali pasca pandemi corona ini (istilahnya new normal, anda juga pasti sudah pernah mendengar), sehingga akan terjadi transisi dimana kinerja perusahaan tertentu pada sektor-sektor tertentu akan meredup, atau mungkin mati sama sekali, dan sebaliknya perusahaan lainnya akan tumbuh pesat. Mungkin perlu juga dicatat bahwa, berdasarkan quarterly report diatas, maka untuk beberapa saham seperti Apple, American Express, dan Coca Cola, BRK tidak menjualnya satu lembar pun, meski juga belum beli lagi.

Hanya memang, yang perlu digaris bawahi disini adalah, hingga Mei 2020 ini, Berkshire Hathaway masih jualan, atau hold saham, tapi tidak ada aksi beli saham apapun. Sebenarnya pada Annual Meeting BRK, awal Mei lalu, Buffett mengatakan bahwa ia sempat menunggu telepon dari ‘perusahaan yang kesulitan keuangan dan butuh dana segar’, yakni ketika terjadi market crash di bulan Maret. Tapi sebelum telepon itu berdering, The Fed sudah masuk duluan dengan meluncurkan stimulus besar-besaran, yang menyebabkan pasar saham tidak kekurangan ‘fresh money’. Dan inilah yang menarik: Buffett kemudian menceritakan pengalamannya di tahun 2008 lalu, dimana ia mulai belanja besar-besaran pada bulan September 2008, yakni ketika Lehman Brothers bangkrut, Dow Jones panik dan anjlok ke 11,000-an, dan The Fed akhirnya turun tangan dengan mem-bail out bank lainnya yang juga kesulitan keuangan seperti Goldman Sachs, AIG, dan Morgan Stanley (dan BRK kemudian ikut masuk juga ke Goldman). Karena memang kalau bank sentral sudah mengguyur bursa dengan fresh money (dimana The Fed literally tinggal cetak doang), maka harusnya bursa akan segera pulih.

Tapi kenyataannya adalah, Dow ketika itu malah anjlok lagi! Yakni ke 8,500 – 9,000 di bulan Oktober, dan turun lebih lanjut hingga akhirnya mentok di 6,500, pada Maret 2009. Eventually Buffett tetap cuan besar dari keputusannya untuk belanja hampir full power di bulan September 2008 itu tadi, namun dari pengalaman ‘nyangkut selama enam bulanan’ itulah, Buffett kemarin mengatakan bahwa, ‘Kinerja investasi kami harusnya akan jauh lebih baik jika kami pada tahun 2008 itu menunggu barang empat atau lima bulan (maksudnya dihitung dari ketika The Fed masuk), kemudian baru masuk. Market timing adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan, namun adalah lebih baik jika kami sedikit terlambat membeli saham, daripada terlalu cepat. Dalam beberapa tahun terakhir, kami juga terlambat masuk ke saham-saham teknologi, tapi hasilnya tetap memuaskan.’ Dari pernyataan ini penulis perkirakan bahwa, meski sampai hari ini BRK masih terus jualan, tapi harusnya gak akan terlalu lama sebelum Opa Warren akan mulai belanja lagi. Gak akan lebih dari setahun lah, dihitung dari bulan Mei 2020 ini.

Okay Pak Teguh, tapi bagaimana dengan saham Bank BRI? Bank Mandiri? Bank BCA? Bank BNI? Ya nanti analisanya menyusul lah, karena penulis kira artikel ini penting untuk disampaikan terlebih dahulu, untuk meluruskan pemberitaan bahwa ‘Warren Buffett jualan saham bank’. Karena faktanya yang dijual gak cuma saham bank. Tapi biar penulis sampaikan clue-nya disini: Bank BRI, dan juga tiga bank besar lainnya, gak akan bangkrut. Tapi harga sahamnya bisa lanjut turun hingga ke level tertentu yang membuat investor berpikir bahwa mereka akan bangkrut. Dan pada saat itulah, investor jangka panjang boleh serok habis!

***

Video Seminar Terbaru: Berburu Saham Mutiara Terpendam, yakni saham yang berpeluang naik hingga ratusan persen ketika nanti krisis karena Covid-19 ini berakhir. Anda bisa memperolehnya disini, tersedia diskon selama IHSG masih dibawah 5,500.

Follow akun resmi penulis di media sosial, klik 'View on Instagram' berikut ini: Instagram

Komentar

Eka mengatakan…
wow, great insight
Dudi mengatakan…
Tapi menurut yg saya baca di media, Warren Buffett justru menambah kepemilikan saham nya di Saham Bank of America dan PNC Financial Services Group di situasi pandemi corona seperti ini. Artinya dia masih menaruh kepercayaan pada saham financial and banking hanya saja dia lebih selektif memilih emiten yg ingin dia beli.
Unknown mengatakan…
Mantap Pak Teguh
Nopal mengatakan…
Makasih pak teguh ilmunya. Barakallah
Abdul Rouf mengatakan…
Makasih ilmu nya pak
mungkin WB mengantisipasi pasca trade war, yaitu "bedil war" Wb kuatir amerika kalah perang dgn cina dan kutub ekonomi bergeser. oh ya Mas teguh apakah BRK pernah terpantau belanja ke bursa selain Amerika? atau Private placement ke perusahaan yang bukan berkedudukan di Amerika?

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?