Begini Dampak Covid-19 Terhadap Dunia Usaha
Dalam beberapa waktu terakhir,
penulis meminta sharing informasi dari teman-teman pengusaha, dan pekerja
profesional, tentang kondisi di perusahaan/tempat usaha
mereka masing-masing, apakah juga terdampak oleh Covid-19, dan seperti apa
dampaknya. Informasi ini kami perlukan untuk mempelajari kondisi riil di lapangan,
untuk membantu menganalisis arah pasar ke depannya. Dan berikut adalah beberapa
‘testimoni’ yang penulis kumpulkan.
Dampaknya Sangat Negatif
Ini saya bener-bener lagi pusing dengan toko saya. Saya toko sepatu
di mall Surabaya, sejak tanggal 17 Maret omzet turun sampai 70 – 80%, sedangkan
biaya sewa, service charge terus jalan, belum lagi gaji karyawan. Biaya
sewa service charge saja sudah Rp75 juta per bulan untuk 6 toko, belum termasuk
karyawan. Sudah coba tutup toko 1 minggu tapi tidak bisa, soalnya biaya terus
jalan. Ini mungkin kalau sampe bulan ke-6 tetap begini (rasanya pasti tetap
kalo orang sudah gak pegang uang), maka 75% toko saya tutup semua daripada
subsidi terus sedang kan pemasukan tidak ada. Saya juga heran pemerintah kok
tidak adil cuma bantu perusahaan besar (keringanan pajak dll), sama rakyat
bawah (BLT, PLN gratis), sedangkan kita-kita ini yang usaha kecil juga banyak
karyawan yang tergantung kita-kita. Ini saja listrik, telepon di toko masih jalan
terus padahal abonemen mahal juga.
Saya bergerak di bidang garment. Minggu ini
kita banyak dapat pesan dari para pelanggan dan distributor yang bilang kalau pesanan
barang sudah mereka terima. Tapi karena sepi, toko mereka pada tutup. Jadi
mereka tanya, gimana ini barangnya? Apa bisa dibalikin atau yang sudah pada
buka giro, itu gironya jangan dicairkan dulu. Kalau ini berlanjut sampai 3
bulan kedepan, bisa resesi. Saya rasa saat ini pun sudah resesi, dan ini lebih
parah dari tahun 1998. Sebab di tahun 1998, toko-toko masih pada buka, orang-orang
masih berlalu lalang dijalan. Tapi ini gak ada orang sama sekali.
Sejumlah mall di Jakarta dan toko-toko didalamnya tetap buka, tapi hampir tidak ada lagi pengunjung. |
Dampaknya Negatif
Saya bergerak di bidang import di Jakarta.
Untuk bulan januari hingga tengah maret,
laporan keuangan masih normal, malah surplus, dikarenakan penjualan yang
meningkat setelah pembeli takut kehabisan stock, karena terjadi lockdown di China.
Akan tetapi di akhir Maret sudah tidak ada
permintaan lagi. Pelanggan saya yang merupakan distributor di
daerah-daerah seluruh indonesia sudah mengeluh tidak ada penjualan.
Untuk bulan April dan Mei, laporan keuangan
sudah pasti minus karena meningkatnya biaya termasuk untuk THR karyawan, tapi penjualan
tidak ada.
Untuk bulan Juni, perkiraan masih 50:50.
Perkiraan terbaik, bisnis akan mulai kembali
normal di bulan Agustus.
Saya punya toko kaca dengan pelanggan perusahaan konstruksi, dan toko
ritel. Sejak instruksi pemerintah untuk stay at home, omset turun 20% per hari
ini. Jika wabah korona ini selesai, saya optimis usaha saya akan kembali normal
dalam waktu 2 – 3 bulan dihitung sejak orang-orang kembali bekerja diluar
rumah, karena nature usaha yang menyangkut pembangunan menengah ke bawah.
Saya bekerja di perusahaan properti kelas menengah, sekarang sudah
mulai ada PHK, tiap divisi diambil 1 atau 2 orang. Kondisi kedepan masih belum
jelas. Kantor saya
bergerak di bidang sewa gedung dan mall kecil di Jakarta. Khusus bagi kami, stimulus
pemerintah seperti penurunan PPh badan tidak ada efek langsungnya, karena untuk
sewa properti dikenakan PPh final. Dan utk PPh karyawan juga gak ada
pengaruhnya, karena itu hanya berlaku untuk perusahaan pengolahan atau
manufaktur. Untuk 6 - 12 bulan kedepan sepertinya bakal madesu (masa depan suram).
Tidak/Belum ada Dampak
Saya bekerja di perusahaan manufaktur milik
jepang, sebagai staff di kantor cabang Surabaya. Disini untuk saat ini masih
aman, permintaan masih normal seperti sebelum adanya covid19, tapi semua staff Jepang
yang ada di Indonesia dipulangkan semua sampai waktu yang tidak ditentukan.
Kami masih masuk kantor, dan staff di jepang pun belum ada yang work from home,
tapi untuk memperlancar perkerjaan disana perusahaan mengeluarkan kebijakan
jam kerja, yang biasanya masuk jam 9 sekarang gantian ada yang masuk lebih pagi
dan lebih siang, agar tidak terjadi crowded di transportasi umum.
Dampaknya Positif
Saya pemilik toko retail yang menjual
kebutuhan sehari-hari. Dengan kondisi seperti sekarang untuk omzet penjualan
justru naik, mungkin karena orang yang di kota sekarang balik ke daerah, dan
mereka belanja kebutuhan pokok di daerah. Tapi kalau ditarik dua tahun ke
belakang memang kondisinya menurun.
Kesimpulan
Peristiwa Covid-19 bisa dipastikan berdampak pada semua sektor ekonomi, namun dampak yang ditimbulkan berbeda-beda tergantung sektornya, dan bahkan ada beberapa sektor yang justru diuntungkan. Selebihnya anda bisa simpulkan sendiri. Tapi sambil menunggu perkembangan work from home bla bla bla ini, maka anda juga bisa share tentang kondisi di perusahaan/tempat usaha anda masing-masing, agar pembaca yang lain juga bisa mengetahuinya. Anda bisa menulisnya melalui kolom komentar dibawah.
Punya akun Instagram? Follow akun resmi penulis di media sosial, klik 'View on Instagram' berikut ini:
Kesimpulan
Peristiwa Covid-19 bisa dipastikan berdampak pada semua sektor ekonomi, namun dampak yang ditimbulkan berbeda-beda tergantung sektornya, dan bahkan ada beberapa sektor yang justru diuntungkan. Selebihnya anda bisa simpulkan sendiri. Tapi sambil menunggu perkembangan work from home bla bla bla ini, maka anda juga bisa share tentang kondisi di perusahaan/tempat usaha anda masing-masing, agar pembaca yang lain juga bisa mengetahuinya. Anda bisa menulisnya melalui kolom komentar dibawah.
Komentar
namun belum ada upaya efisiensi yang dirasakan karyawan, jadi saya pikir tidak ada masalah di keuangan perusahaan. justru kamibanyak membantu pemda setempat melalui csr terkait covid 19.
cuti dan perjalanan dinas karyawan saat ini dilarang, mungkin ini menguntungkan perusahaan
kalaupun ada penurunan aktivitas produksi, justru disebabkan faktor cuaca dimana hampir stiap hari lokasi kami hujan minimal setengah hari
Kalau ini berlanjut sampai katakanlah kita memasuki tahun ajaran baru, sektor pendidikan akan sangat terpukul. Apalagi jika tidak punya inovasi untuk pembelajaran daring (online).
Ada beberapa posisi yg sudah wfh (misalnya team IT) tapi ini lebih untuk mencegah penyebaran covid 19.
Ditempat saya bekerja, kenaikan cukai rokok lebih menakutkan dibandingkan covid19. Karena efeknya langsung berasa...
Kemudian untuk pihak yang berelasi dengan operasional kantor seperti mitra di lapangan, penyedia akomodasi, penyedia makanan dan minuman juga terdampak dari kebijakan saat ini yang melarang tugas ke lapangan sehingga dilarang melakukan pencairan dana untuk honorarium mitra, lalu dilarang mencairkan dana paket meeting.
Ada parents yang mulai meminta kompensasi pengurangan uang sekolah, karena meskipun sekarang semua belajar online, namun fasilitas fisik tidak bisa dinikmati seperti pool, lapangan, dll. Namun so far masih bisa didiskusikan dengan baik.
Semoga ini semua cepat berlalu, supaya semua bisa roda ekonomi kembali bergerak.
Saya bekerja di perusahaan manufaktur yang erat berhubungan dengan industri makanan dan minuman. Saya sendiri (bagian IT) sudah 4 minggu ini bekerja dari rumah dan belum ada tanda2 kapan kembali ngantor lagi. Namun produksi pabrik2 kami di seluruh dunia tetap berjalan, justru order malah meningkat.
Kondisi saat ini penjualan ATPM turun 30-50%.
Kami sudah full WFH saat ini.
Belum ada pengurangan pegawai di ATPM ataupun di perusahaan saya.
Mungkin di dealer2 yang sudah ada