Strategi Crisis Protocol Ketika Bursa Anjlok, Part 3
Okay, sekarang kita ke bagian crisis
protocol ketika krisis itu terjadi. Dan penulis sebelumnya mohon maaf
karena baru posting tulisannya sekarang, karena memang sengaja saya posting pas
weekend agar anda bisa konsen bacanya tanpa sedikit-sedikit ngeliat naik
turunnya harga saham. Sebab dalam semingguan terakhir ini kita berada dalam
kondisi yang terakhir kali terjadi Oktober 2008 lalu, atau sebulan setelah
Lehman Brothers dinyatakan bangkrut, dimana saham-saham terus mengalami autoreject
bawah (ARB), nyaris setiap hari.
***
Penulis membuat Buku Terjemahan Annual Letter Warren Buffett edisi 1965 - 69 (tahun-tahun terakhir dimana WB menjalankan Buffett Partnership, sebelum pindah ke Berkshire Hathaway), dan selama periode bear market ini, anda bisa memperolehnya secara gratis. Anda bisa langsung men-download-nya disini.
Jadwal Seminar: Untuk sekarang belum ada jadwal, namun anda bisa memperoleh rekamannya disini, tersedia diskon khusus selama IHSG masih dibawah 6,000. Info Whatsapp 0813-1482-2827 (Yanti)
***
Catatan: Tulisan ini adalah
lanjutan dari tulisan
minggu lalu. Jika anda belum baca, sebaiknya baca dulu biar nyambung.
Nah, karena kondisi sekarang ini
kurang lebih sudah sama seperti 2008, dimana IHSG sempat turun hingga 35%
secara year to date (memang belum sedalem tahun 2008 dimana IHSG total
turun 50.1% sepanjang tahun, tapi penurunannya bisa tembus 50% tersebut jika dalam
seminggu kedepan trend ARB kembali terjadi), maka tentunya kita bisa lihat lagi
contoh-contoh saham yang juga drop gila-gilaan di tahun 2008 lalu, dan saham
tersebut kemudian naik banyak ketika pasar akhirnya pulih. Contohnya? Gajah
Tunggal (GJTL)! Anda mungkin masih ingat kalau Pak Lo Kheng Hong, beliau pernah
mengakumulasi GJTL pada harga 200 – 300 di penghujung tahun 2008. Dan tidak
sampai tiga tahun kemudian, pada Juni 2011, GJTL terbang hingga menembus 3,000,
sehingga dengan demikian menghasilkan keuntungan 10 kali lipat.
Okay, lalu berapa harga GJTL
sekarang? Well, sempat menyentuh 232 secara intraday, sebelum kemudian
ditutup di 260, atau sudah sama seperti 2008. Menariknya lagi, pada tahun 2008,
GJTL membukukan ekuitas Rp2.4 trilyun. Sedangkan sekarang? Per Kuartal III
2019, Rp6.0 trilyun. So actually, dari sisi valuasi, harga GJTL saat ini
adalah 50% lebih rendah dibanding harga terendahnya pada tahun 2008 lalu.
Sehingga dengan asumsi dia bisa naik hingga ke level valuasi yang sama seperti
tahun 2011, maka potensi gainnya bukan lagi 10 kali lipat, melainkan 20 kali
lipat!
Pada harga 260, berdasarkan laporan keuangan Kuartal III 2019, GJTL mencatat PBV 0.15 kali |
Diluar GJTL, anda boleh cek lagi,
ada banyak sekali saham yang kalau anda membelinya pada Oktober – Desember 2008,
maka anda akan profit 3, 5, hingga 10 kali lipat hanya dalam waktu 2 – 3 tahun
berikutnya, belum termasuk dividen. Penulis sendiri, meski saya baru masuk
pasar pada awal 2010 (memang sudah belajar sejak 2009, tapi baru buka rekening
pada Februari 2010), dan karena kurangnya pengalaman, gagal memaksimalkan
peluang meski selama tahun 2010 itu IHSG melejit 46.1%, tapi saya masih bisa
meraih sisa-sisa peluang jackpot ketika saham-saham di BEI, terutama di
kelompok second liner, masih melanjutkan trend ‘naik berlipat-lipat’-nya
di tahun 2011, dimana saya pribadi menghasilkan profit sekitar 300% di tahun
2011 tersebut. Unfortunately, memasuki tahun 2012-nya hingga hari ini,
IHSG tidak pernah lagi rally seperti tahun-tahun antara 2000 – 2010
(kenaikan tertingginya hanya 22.3% di tahun 2014. Dan antara akhir 2014 hingga
akhir 2019 kemarin, jika dirata-ratakan IHSG hanya naik 3.2% per tahun).
Sehingga, meski saban tahun tetap ada saja saham yang naik hingga 100% atau
lebih, tapi peluangnya jauh lebih sedikit dan lebih sulit untuk ditemukan,
dibanding periode antara tahun 2000 – 2010 dimana pada masa itu anda virtually
bisa sukses besar sebagai investor, apapun saham yang anda beli.
Waktunya Berburu Saham Multibagger!
Meski demikian penulis sendiri tetap
bersabar menunggu peluang tersebut, sembari menggunakan waktu yang ada untuk
mempersiapkan diri dengan terus baca-baca, menggali pengalaman, latihan praktek
jual beli saham, dan mempersiapkan
hal-hal yang krusial agar ketika peluang itu nanti muncul lagi, kita
sudah siap. Sebab jika nanti peluang itu muncul lagi sedangkan kita belum
siap, maka jadinya bisa seperti pengalaman penulis di tahun 2010 lalu dimana ada
puluhan saham yang naik berlipat-lipat jika kita buy lalu hold,
tapi kita malah tik tok tik tok gak jelas, hampir tiap hari. Penulis secara keseluruhan
masih untung lumayan di tahun 2010 itu, tapi kalau memperhitungkan efek compounding-nya,
saya seharusnya hari ini akan punya cukup aset untuk bisa mengajak Mas Nadiem atau
Om Erick makan siang, andaikata bisa memaksimalkan peluang emas pada tahun 2010
tersebut. Meski demikian penulis tidak menyesal, karena saya kemudian segera
mengetahui bahwa kesempatan itu akan akan muncul lagi meski nunggunya bakal
cukup lama, tapi disisi lain kita justru bisa memanfaatkan ‘waktu tunggu’ yang
lama tersebut untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
Nah, karena kondisi pasar hari
ini sudah seperti 2008, maka sepertinya sudah waktunya bagi kita untuk membahas
peluang saham yang bisa naik berlipat-lipat tersebut, atau yang dikenal dengan
istilah saham multibagger. Sebelumnya, meski diatas disebutkan bahwa
kondisi pasar sejak tahun 2012 lalu sampai hari ini tidak terlalu bagus, tapi dalam
beberapa tahun terakhir ini selalu ada saja saham-saham yang naik 100% atau lebih, yang penulis sendiri cukup beruntung karena sempat memegang saham tersebut.
Tapi jika anda baca-baca lagi
tulisan di blog ini, termasuk tulisan di buku penulis yang berjudul ‘Value
Investing: Beat the Market in Five Minutes!’, maka saya tidak terlalu menonjolkan cerita tentang saham-saham multibagger tersebut. Melainkan, saya justru selalu menekankan bahwa
yang terpenting adalah kita bisa menghasilkan profit yang konsisten dalam
jangka panjang, dimana kalau anda bisa menghasilkan profit rata-rata 20 – 25%
saja dalam setahun, sudah termasuk tahun-tahun krisis dan tahun-tahun dimana
IHSG terbang, maka setelah 20 tahun, hasilnya akan luar biasa. Pernyataan penulis bahwa, ‘Anda
bisa kaya dari saham, tapi itu akan butuh waktu setidaknya 20 tahun’,
menyebabkan blog ini tidak pernah cukup populer karena sebagian besar
investor/trader saham tentunya akan lebih antusias jika saya hanya bercerita tentang
bagaimana saham-saham tertentu bisa menghasilkan profit yang berlipat-lipat, kaya
raya di usia muda, dan seterusnya (itu sangat manusiawi). Namun demikian penulis percaya bahwa jika seorang pemula bertanya kepada investor yang lebih berpengalaman tentang investasi saham, maka investor berpengalaman ini memiliki tanggung jawab moril untuk mendorong teman-teman pemula ini ke arah yang benar, dengan cara menjelaskan apa adanya secara lengkap bahwa investasi saham itu begini dan begitu, bahwa kita tidak akan selalu profit besar melainkan akan lebih sering dapet profit yang wajar saja, plus sesekali loss, dan bahwa pekerjaan berinvestasi di saham itu membutuhkan waktu yang panjang untuk bisa sukses.
Anyway, dengan mempertimbangkan kondisi
pasarnya, maka sekarang sudah waktunya bagi kita bicara lagi soal saham
multibagger ini, dimana jika kita bisa memanfaatkan peluang ini dengan baik,
maka target profitnya tidak lagi 20 – 25%, melainkan rata-rata 25 – 35% per
tahun dalam beberapa tahun kedepan, sudah termasuk tahun-tahun krisis
(termasuk tahun 2020 ini). Dalam hal ini anda harus mendengarkan apa yang
disampaikan oleh seorang teman penulis, ‘Ini pengalaman pertama saya kena
market crash, tidak ada keraguan soal prospek jangka panjangnya sehingga floating
loss saat ini tidak mempengaruhi psikologis saya, tapi yang saya pikirkan
adalah bagaimana me-maximize return-nya ketika nanti pasar akhirnya
pulih.’
Sehingga, dengan asumsi anda juga
sependapat dengan pernyataan diatas, plus anda juga sudah mempersiapkan
segala sesuatunya sejak jauh hari, maka inilah crisis protocol ketika
krisis itu terjadi.
- Ingat sekali lagi bahwa target investor bukanlah bisa profit sekian persen per tahun, melainkan beat the market. Simpelnya, jika anda rugi 5% ketika IHSG turun 10%, maka itu sudah termasuk kinerja yang beat the market. Namun bahkan, akan ada periode-periode tertentu dimana jika kinerja anda dibawah IHSG, maka itu masih bisa dianggap wajar.
- Ketika krisis terjadi, maka siapapun akan rugi, dan itu normal. Jadi pada titik kritis inilah, sangat penting untuk bisa melihat jauh kedepan.
- Yes, cash is king. Tapi pada titik tertentu, menjual saham anda dengan tujuan memperoleh cash tersebut bisa jadi merupakan kesalahan terbesar yang bisa anda lakukan.
- Berdasarkan sejarah, periode krisis rata-rata terjadi setiap 10 – 15 tahun sekali, dan masa terjadinya krisis itu juga berkisar antara beberapa bulan hingga beberapa tahun. Sehinggam telat masuk gak apa-apa, asalkan sudah ada kepastian terkait kinerja fundamental perusahaan, dan terakhir.
- Lindungi diri anda dari virus-virus mematikan, yang biasanya akan muncul lalu menyebar dengan sangat cepat ketika krisis itu terjadi.
Oke, sekarang kita bahas
satu-satu, mulai dari soal beat the market. Bagi investor berpengalaman,
mereka tentunya sudah sangat mengerti bahwa mereka tidak bisa selalu profit
dari saham, melainkan yang terpenting adalah kinerja kita dalam satu tahun
diatas indeks saja. Meski demikian perlu pula dicatat bahwa jika porto anda
membukukan kinerja yang lebih rendah dibanding kenaikan/penurunan IHSG pada
tahun-tahun tertentu, tapi rata-ratanya dalam jangka panjang (misalnya 10, atau
20 tahun) tetap diatas kinerja IHSG, maka itu juga merupakan kinerja yang
sangat baik.
Contoh riil, ketika Warren Buffett
menutup partnership-nya pada tahun 1970, ia merekomendasikan kepada para
partnernya untuk mengalihkan dana mereka ke Sequoia Fund yang dikelola oleh Bill
Ruane, dan Warren hanya merekomendasikan Bill Ruane ini saja. Bill kemudian menjalankan Sequoia Fund tersebut hingga menutupnya pada
tahun 1984, dengan kinerja sebagai berikut, angka dalam persentase.
Perhatikan. Selama 15 tahun antara tahun 1970 – 1984, Bill Ruane enam kali gagal beat the market, dalam hal ini indeks S&P500, dan hanya sembilan kali dia sukses membukukan kinerja diatas indeks. Tapi pada akhirnya, Sequoia Fund mencatat rata-rata profit 17.2% per tahun, berbanding kinerja S&P yang hanya 10.0% per tahun pada periode waktu yang sama, dimana itu adalah catatan kinerja yang sangat baik dibanding rata-rata kinerja reksadana di Amerika Serikat.
Tahun | S&P 500 | Sequoia Fund |
1970 | 20.6 | 12.1 |
1971 | 14.3 | 13.5 |
1972 | 18.9 | 3.7 |
1973 | -14.8 | -24.0 |
1974 | -26.4 | -15.7 |
1975 | 37.2 | 60.5 |
1976 | 23.6 | 72.3 |
1977 | -7.4 | 19.9 |
1978 | 6.4 | 23.9 |
1979 | 18.2 | 12.1 |
1980 | 32.3 | 12.6 |
1981 | -5.0 | 21.5 |
1982 | 21.4 | 31.2 |
1983 | 22.4 | 27.3 |
1984 | -2.4 | -1.6 |
Akumulasi | 270.0 | 775.3 |
Rata-Rata | 10.0 | 17.2 |
Perhatikan. Selama 15 tahun antara tahun 1970 – 1984, Bill Ruane enam kali gagal beat the market, dalam hal ini indeks S&P500, dan hanya sembilan kali dia sukses membukukan kinerja diatas indeks. Tapi pada akhirnya, Sequoia Fund mencatat rata-rata profit 17.2% per tahun, berbanding kinerja S&P yang hanya 10.0% per tahun pada periode waktu yang sama, dimana itu adalah catatan kinerja yang sangat baik dibanding rata-rata kinerja reksadana di Amerika Serikat.
Sehingga sekali lagi, it’s
okay jika pada tahun-tahun tertentu, porto anda turun lebih besar dibanding
IHSG, karena seringkali terdapat faktor-faktor diluar kendali, yang
menyebabkan kondisi tersebut menjadi tidak bisa dihindari. Contohnya ya di
tahun 2020 ini, dimana sejak awal Maret lalu, BEI mengeluarkan peraturan bahwa IHSG
akan di-suspend jika turun 5%, tapi untuk saham-saham itu sendiri baru
akan autoreject jika turun maksimal 7%, sehingga terdapat selisih 2%. Alhasil sepanjang
bulan Maret ini saham anda kemungkinan turun total 30% atau lebih, ketika IHSG-nya
hanya turun 20% saja. Dalam hal ini anda harus bisa melihat bahwa, ketika nanti
gilirannya IHSG naik, maka kenaikannya juga akan terbatas (rekor kenaikan
tertinggi IHSG adalah di tahun 2009, sebesar 87.0%), sedangkan saham yang anda
pegang bisa terbang hingga ratusan persen!
Dan kalau anda pelajari track
record dari para value investor legendaris seperti Opa Warren, Walter J.
Schloss, Peter Lynch dst, maka akan tampak bahwa mereka biasanya gagal beat the market, atau masih
beat the market tapi dengan selisih persentase yang tidak signifikan, pada tahun-tahun dimana indeks
bergerak ekstrim, yakni -10%, atau +30%. Namun setelah digabung dengan kinerja
mereka pada tahun-tahun dimana S&P500 mencatat kinerja antara
+5 hingga +20%, maka kinerja mereka secara rata-rata keseluruhan adalah tetap beat the market,
dan dengan selisih yang juga lebar. Thus, jika porto anda sekarang
ini tampak amburadul (karena tidak hanya rugi, tapi ruginya juga lebih besar
dibanding penurunan IHSG), maka anda hanya perlu mengingat bahwa itu
sepenuhnya normal, karena investor-investor besar juga banyak yang
mengalaminya pada tahun-tahun dimana pasar bergerak ekstrim. Dengan cara inilah, anda kemudian akan bisa melihat jauh kedepan,
dimana itu merupakan prosedur selanjutnya dari crisis protocol yang kita bahas
kali ini.
Untuk lanjutannya bisa dibaca disini.
Video Seminar Terbaru: Berburu Saham Mutiara Terpendam, bisa diperoleh disini, tersedia diskon selama IHSG masih dibawah 5,500.
Punya akun Instagram? Follow akun resmi penulis di media sosial, klik 'View on Instagram' berikut ini:
***
Video Seminar Terbaru: Berburu Saham Mutiara Terpendam, bisa diperoleh disini, tersedia diskon selama IHSG masih dibawah 5,500.
Komentar
Yg kinerja ke msih bagus, dn ke depan ny ttp bisa bertahan..