Strategi ‘Crisis Protocol’, Ketika Bursa Saham Anjlok
Menurut Cambridge
English Dictionary, crisis, atau krisis, adalah periode dimana terjadi
kesulitan, masalah, dan/atau bahaya besar. Krisis adalah juga periode dimana
seseorang atau suatu organisasi harus segera membuat keputusan yang bisa jadi
sangat penting/krusial. Sebab, periode krisis adalah periode yang bisa jadi
merupakan titik balik (turning point) dari suatu kondisi dan situasi
yang sudah terjadi selama beberapa waktu sebelumnya.
***
Jadwal Seminar: Untuk sekarang belum ada
jadwal, namun anda bisa memperoleh rekamannya
disini, tersedia diskon khusus selama IHSG masih dibawah 6,000. Info
Whatsapp 0813-1482-2827 (Yanti)
Penulis membuat Buku Terjemahan Annual
Letter Warren Buffett edisi 1965 - 69 (tahun-tahun terakhir dimana WB
menjalankan Buffett Partnership, sebelum pindah ke Berkshire Hathaway), dan
selama periode bear market ini, anda bisa memperolehnya secara gratis. Anda
bisa langsung men-download-nya
disini.
***
Sehingga dari
definisi diatas, terdapat tiga kata kunci terkait istilah krisis: 1. Kesulitan,
2. Keputusan, dan 3. Titik balik. Ketika anda mengalami kesulitan, maka saat
itulah anda dituntut untuk mengerjakan sesuatu, untuk membuat keputusan yang bisa mengatasi kesulitan tersebut. Dan jika keputusannya tepat, maka
tidak hanya kondisi krisis itu akan berbalik menjadi normal, tapi anda
kemungkinan juga akan meraih keuntungan besar yang normalnya tidak akan
diperoleh, jika krisis itu tidak pernah terjadi. Tapi jika keputusannya keliru,
atau anda tidak melakukan apa-apa, maka tidak akan terjadi turning point, dan
anda akan mengalami kondisi sulit yang lebih buruk lagi.
Dengan demikian,
dari tiga kata kunci diatas, maka kata kunci terpentingnya adalah keputusan,
alias decision. Nah, secara umum, krisis ini ada banyak macamnya.
Seperti krisis politik, krisis ekonomi, krisis keuangan (krisis keuangan adalah
bagian, atau penyebab, dari krisis ekonomi), krisis lingkungan hidup, krisis karena
bencana alam, dan seterusnya. Namun bagi investor di pasar modal, maka kondisi krisis
adalah ketika bursa saham jatuh dan harga-harga saham turun lebih dalam
dibanding biasanya, dikarenakan adanya penyebab/masalah tertentu, yang kemudian
menyebabkan kerugian besar-besaran bagi semua orang. Kabar baiknya, krisis seperti
ini tidak terjadi setiap saat, bahkan terbilang sangat jarang karena belum
tentu terjadi 10 tahun sekali. Namun ketika itu terjadi, maka disinilah anda sebagai investor dituntut untuk membuat keputusan yang tepat, yang akan menentukan apakah anda
akan mencapai titik balik, atau justru akan keluar dari permainan, sama sekali.
Okay, lalu apa yang
dimaksud dengan crisis protocol? Well, sejak penulis memulai petualangan
di pasar modal tahun 2009 lalu, salah satu wejangan yang diterima mentor
penulis ketika itu adalah, suatu hari nanti kamu pasti akan mengalami
periode krisis, meski waktunya tidak ada yang tahu kapan. Dan jika kamu bisa
melewatinya dengan baik, then that’s it, ketika itulah kamu akan menjadi
investor yang sesungguhnya. Sebab, semua orang bisa membuka rekening dan
membeli saham, tapi tidak semua orang bisa bertahan dan melewati periode
krisis pasar modal dengan baik, apalagi memanfaatkannya untuk meraup keuntungan
besar. Sehingga periode krisis lebih merupakan periode ‘seleksi alam’, dimana
keputusan krusial yang kita buat akan menentukan apakah kita memang layak menyandang
titel ‘investor’, atau tidak.
Sehingga tujuan utama
dari protokol krisis adalah agar kita bisa membuat keputusan terbaik, agar kita
bisa menjadikan periode krisis sebagai titik balik untuk melompat lebih tinggi,
atau minimal bertahan ketika orang lain tersingkir. Protokol krisis merupakan urutan
prosedur yang harus kita siapkan dan terapkan sejak sebelum krisis itu
terjadi. Analoginya seperti jika anda pergi keluar kota pake mobil, maka
anda tentu harus mempersiapkan banyak hal seperti ban serep, segitiga pengaman, cek oli dan minyak rem, dan seterusnya. Sehingga, let say anda mengalami ‘krisis’ ban
bocor di jalan, maka anda bisa langsung menggantinya dengan ban serep itu tadi.
Tapi jika anda tidak melakukan ‘protokol krisis’ dengan membawa ban serep, dan anda
mengalami ban bocor, maka anda pada akhirnya mungkin tetap akan sampai tujuan,
tapi waktunya jadi jauh lebih lama, dan juga harus keluar biaya ekstra untuk
jasa derek dll.
Kembali ke investasi
saham. Dalam periode krisis, maka ada tiga urutan protokol yang harus dilakukan
investor, baik itu individu maupun institusi: Sebelum, ketika, dan sesudah
krisis itu terjadi. Namun berbeda dengan ilustrasi ban bocor tadi, dimana anda
bisa saja bolak balik Jakarta – Surabaya pake mobil yang sama berkali-kali, dan
selama itu mobil anda aman-aman saja, maka di pasar saham, meski jarang terjadi
dan juga tidak ada yang tahu kapan itu akan terjadi, tapi krisis itu pasti akan
terjadi. Sehingga jika anda tidak pernah menyiapkan protokol sebelum krisis,
maka anda tidak akan siap ketika ‘waktunya tiba’. Inilah sebabnya, meski
penulis sendiri baru menyebut istilah ‘protokol’ sekarang, tapi di blog ini
kita sudah sering sekali membahas soal apa-apa saja yang harus dipersiapkan
untuk menyambut krisis, salah satunya di
artikel ini, yang sudah ditulis pada September 2019 lalu (boleh baca lagi,
sangat relevan dengan kondisi pasar sekarang ini).
Crisis Protocol,
Before The Storm
Sehingga, bagi anda
yang masih baru, maka soal ‘apa-apa saja yang harus dipersiapkan untuk menyambut
krisis’, anda boleh baca-baca lagi tulisan-tulisan lama di blog ini sejak tahun
2010, terutama karena kami sendiri sudah beberapa kali mengalami (dan meng-evaluasi)
moment penurunan IHSG pada tahun 2013, 2015, dan 2018. Tapi di tulisan kali
ini, maka penulis akan menyampaikannya lagi daftar prosedurnya secara poin per
poin, sebagai berikut:
- Bangun fundamental yang kuat bagi diri anda sendiri dengan memiliki setidaknya satu unit rumah, tabungan darurat, dan aset produktif.
- Lunasi semua utang, kecuali utang produktif (jika anda adalah pengusaha).
- Cash is king. Pastikan lebih dari separuh investasi anda ditempatkan pada saham/aset yang likuid, yang bisa dicairkan seluruhnya dalam waktu kurang dari satu minggu.
- Be frugal. Biasakan bergaya hidup sederhana dan hemat, bahkan ketika tidak terjadi krisis, dan
- Tentukan prioritas: Aset terbesar anda adalah anda sendiri dan keluarga, bukan portofolio saham.
Sebagai catatan,
kelima poin diatas adalah persiapan yang harus dilakukan jika untuk menghadapi
kondisi krisis yang besar, katakanlah seperti tahun 1998 lalu (2008 sih gak ada
apa-apanya lah). Sehingga kalau krisisnya nggak sebesar itu, maka beberapa
persiapan diatas mungkin tidak diperlukan. Namun dengan asumsi bahwa krisis
yang akan kita hadapi adalah krisis terburuk, maka disini kita akan bahas semuanya.
Okay, kita mulai
dari poin pertama: Bangun fundamental yang kuat bagi diri anda sendiri. Caranya?
Build a shelter, alias rumah! Rumah, atau papan, adalah kebutuhan paling
dasar dari manusia, diluar sandang dan pangan. Dan meski sandang dan pangan
juga sama pentingnya, namun harganya relatif terjangkau oleh siapapun, termasuk
oleh mereka yang tidak berpenghasilan (bisa minta ke keluarganya, atau tetangga).
Tapi kalau rumah, harganya tidak murah, dan dalam banyak kasus anda hanya bisa
membelinya secara menyicil. Sehingga bagi temen-temen yang baru lulus kuliah
dan bekerja, rumah ini harus menjadi prioritas utama, baru kita kemudian bisa
bicara soal investasi. Penulis sendiri, ketika pada tahun 2011 lalu untuk
pertama kalinya cuan cukup besar dari saham, maka yang saya lakukan pertama
kali adalah membeli
rumah tipe 36 di Jakarta Selatan, dan barulah setelah itu saya bisa fokus
lagi ke saham. Sebab yang penulis pikirkan ketika itu adalah, kalaupun pasar jatuh
dan duit nyangkut semua dan habis, maka paling tidak saya masih punya atap
untuk berteduh tanpa harus bayar kontrakan, untuk menunggu sampai nanti
kondisinya kembali normal.
Berikutnya, tabungan
darurat plus aset produktif. Yang dimaksud tabungan darurat disini
adalah sejumlah dana yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari anda dan keluarga
untuk menjalani hidup yang normal (belanja kebutuhan sehari-hari, sekolah, dst)
selama minimal 1 tahun kedepan. Atau kalau mau lebih amannya lagi, 2 – 3
tahun. Angkanya bervariasi tergantung lifestyle anda masing-masing, tapi
untuk keluarga kecil dengan dua anak di Jakarta atau Bandung, penulis perkirakan Rp200 – 300
juta sudah cukup, lebih besar tentunya lebih baik. Dana ini bisa ditempatkan di
bank, atau ditaruh dibawah bantal dirumah in case bank-nya kehabisan duit
(itu pernah terjadi di tahun 1998), dan hanya digunakan dalam keadaan darurat.
Jadi jangan pernah sekali-kali berpikir untuk menggunakan dana itu untuk beli
saham.
However, tak peduli
sebesar apapun tabungan darurat yang anda miliki, tetap terdapat risiko bahwa
nilai uang itu akan tergerus inflasi, atau nilainya turun signifikan karena harga-harga
kebutuhan pokok naik semua ketika krisis itu terjadi, dan pada kasus tertentu
bahkan bisa saja uang anda menjadi tidak bernilai sama sekali (ini
pernah terjadi di tahun 1966, boleh tanya orang tua/kakek nenek anda
dirumah). Sehingga, jika memungkinkan, anda juga memiliki aset produktif yang
bukan menghasilkan uang tunai, melainkan bahan makanan. Contohnya?
Sawah! Daaan, anda boleh sebut penulis oldschool, tapi selain memiliki
dana darurat di bank dan juga lemari di rumah, maka penulis juga ada sawah dan kebun
di kampung halaman. Kesemua aset darurat tersebut nilainya relatif kecil
dibanding nilai porto kami di saham, dan penulis sangat berharap bahwa kita tidak
akan sampai pada satu kondisi dimana kita harus memetik sayur dari kebun
sendiri untuk makan sehari-hari. Namun disisi lain, keberadaan aset-aset ini menjaga
kami untuk tetap confident dan rasional dalam menghadapi pasar. Karena
dalam kondisi terburuk sekalipun dimana para karyawan di-PHK, para pengusaha
bangkrut, dan investor saham yang hidup dari dividen juga kehilangan dividen tersebut karena emitennya keburu bangkrut, maka anak-anak kami dirumah
akan tetap bisa makan dan sekolah (dan kalau sekolahnya tutup, maka minta gurunya aja datang kerumah). And that’s more than enough.
Untuk lanjutannya bisa dibaca disini.
Jadwal Seminar: Untuk sekarang belum ada
jadwal, namun anda bisa memperoleh rekamannya
disini, tersedia diskon khusus selama IHSG masih dibawah 6,000. Info
Whatsapp 0813-1482-2827 (Yanti)
Penulis membuat Buku Terjemahan Annual
Letter Warren Buffett edisi 1965 - 69 (tahun-tahun terakhir dimana WB
menjalankan Buffett Partnership, sebelum pindah ke Berkshire Hathaway), dan
selama periode bear market ini, anda bisa memperolehnya secara gratis. Anda
bisa langsung men-download-nya
disini.
Punya akun Instagram? Follow akun resmi penulis di media sosial, klik 'View on Instagram' berikut ini:
Komentar
poin2 di atas hanya bisa dilakukan sebelum krisis dan membutuhkan waktu lama untuk menyiapkannya, sementara sekarang krisisnya udh di depan mata.
Bagi anda yang ingin mendapatkan gambaran lebih jelas atas situasi kehidupan dan ekonomi selama pandemi terjadi , bisa menontonnya di film CONTAGION yang memberikan gambaran mirip situasi yang terjadi saat ini dengan Covid-19 nya, yaitu ketika sebuah virus yang di sbeut MEV-1 merajalela merenggut 26 juta jiwa di sleuruh dunia dalam waktu 135 hari.
Banyak hal yang bisa di dapat di film yang bintangi banyak aktor dan artis tenar ini , seperti Matt Damon, Kate Winslet, Gwyneth Paltrow, Laurence Fishbume dll, karena situasinya yang mirip dengan situasi pandemi yang sekarang kita alami, walaupun ada perbedaan di angka-angkanya, yaitu :
- Dinamakan virus MEV-1
- Mortality rate 20-25% 1 dari 4 orang penderita akan mati
- Mortality meningkat jadi 25-30% tergantung lokasi dan tingkat kebersihan
- Berpusat dan bermula dari beberapa negara bagian america
- Dalam 8 hari sudah terjadi 89.000 kasus dan dalam 12 hari sudah menyerang 8 juta orang di seluruh dunia
- Penderita bisa mati mendadak dijalan karena menyerang sel pernafasan dan sel otak
- Sama sama berasal drai gen kelelawar dan babi
- Gejala mirip Covid-19 yaitu seperti flu dan batuk diiringi sakit kepala
- Cara penularannya pun mirip2 covid, yaitu melalui berdekatan dg orang yang sakit...dan menyentuh barang yang pernah dipegang orang yang sakit sebelumnya seperti gelas, handphone, pegangan pintu..
- Supermarket juga diserbu dan toko obat dijarah, akibat lockdown berkepanjangan
- Di film tersebut juga heboh hoax obat alternatifnya yaitu sari bunga forsythia dan sayangnya bukan empon empon seperti di Indonesia
- Sama seperti situasi penyebaran Corona, ternyata di film juga di jelaskan bahwa utk menemukan vaksinnya dibutuhkan waktu berbulan bulan-belum termasuk pengujian ke manusia yang juga butuh berbulan bulan, dan bahkan untuk pendistribusiannya bisa memakan waktu 1 tahun utk bisa tersebar ke seluruh dunia
- Ketika vaksinnya sudah tersedia lebih cepatpun di hari ke 133 ..utk distribusi perdananya pun harus diundi untuk sebagia penerima distribusi vaksin angkatan pertama
- Dikisahkan di sana , jumlah korban jiwa total mencapai 26 juta jiwa yang tewas akibat virus tersebut
Setelah menonton film ini, kita bisa lebih memahami situasi dan kondisi saat ini, terutama ke perkembangan ekonomi dan bursa dunia. Dan yang lebih penting lagi adalah, kita jadi mempunyai rasa empati yang lebih dalam atas penderitaan mereka yang terjangkiti dan berdoa agar kita semua bisa melewatinya dengan selamat.
Oh iya.., masih mau tau sampai berapa persen kejatuhan bursa dunia dalam film tersebut?
Dan berapa lama kejatuhan itu terjadi sampai mencapai titik dasar?
Yuk kita lihat kebenarannya & nonton filmnya yang bisa di saksikan via Netflix atau lihat di sini http://bit.ly/38UMmph