Unilever Indonesia
Sejak dulu, setiap
kali pasar saham mengalami periode koreksi/IHSG turun signifikan, maka selalu
ada saja beberapa saham yang seperti tidak bergeming alias
tidak ikut turun, atau ikut turun tapi penurunannya sedikit saja. Nah, di masa
lalu, saham yang tidak ikut turun tersebut salah satunya
Unilever Indonesia (UNVR), sehingga UNVR kemudian memperoleh reputasi sebagai safe
haven, alias salah satu saham yang dianggap paling aman di BEI. However,
dalam beberapa waktu terakhir, UNVR justru menjadi salah satu saham yang turun
paling signifikan dalam periode bear market ini, dimana ketika analisa
ini ditulis, UNVR berada di posisi 7,300, alias drop 13.1% secara YTD, dan
totalnya sudah anjlok 26.8% dalam setahun terakhir. Jadi benarkah UNVR ini
aman?
***
Ebook Kumpulan Analisis 30 Saham
Pilihan edisi Kuartal IV 2019 sudah terbit! Dan anda
bisa memperolehnya
disini.
Ebook Market Planning yang berisi analisis IHSG &
Stockpick saham pilihan edisi Maret 2020 akan terbit hari Minggu, 1
Maret 2020. Anda bisa memperolehnya
disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio saham untuk
subscriber.
***
PT Unilever
Indonesia, Tbk, seperti yang kita ketahui, adalah perusahaan consumer terbesar,
paling terkemuka, dan termapan di Indonesia yang sudah beroperasi sejak tahun
1933, yang merupakan bagian dari Grup Unilever BV asal Inggris – Belanda.
Produk pertama yang diluncurkan perusahaan adalah sabun mandi Lux, pada tahun
1936 (dan masih diproduksi sampai hari ini), dan setelah itu perusahaan juga
meluncurkan produk-produk sabun mandi, deterjen, pembersih, penyedap rasa,
makanan yang terbuat dari susu, es krim, kosmetik, minuman teh, jus buah, dst, dengan
merk-merk yang sudah sangat melekat di benak masyarakat Indonesia seperti
Sunlight, Royco, Wall’s, Kecap Bango, Pepsodent, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona,
Rinso, Molto, dan masih banyak lagi. UNVR saat ini memiliki 9 pabrik di Jawa
Barat dan Jawa Timur, dan setidaknya 42 merk produk konsumer yang hampir
seluruhnya merupakan market leader di bidangnya masing-masing.
Koleksi produk kebutuhan sehari-hari milik PT Unilever Indonesia, Tbk |
Kemudian, UNVR
pertama kali terdaftar di BEI pada tahun 1982, pada harga perdana Rp3,125 per
saham, dan setelah itu perusahaan melakukan stock split sebanyak tiga kali,
masing-masing dengan rasio 1:10 (Oktober 2000), 1:10 (September 2003), dan kemarin
awal tahun 2020 di rasio 1:5. Sehingga dengan menyesuaikan stocksplit-nya, maka
harga saham UNVR di tahun 1982 adalah Rp6.25 per saham. Sehingga, jika
ada investor yang beli UNVR ketika IPO-nya, dan masih hold sahamnya sampai
sekarang, maka berdasarkan harga sahamnya saat ini investor tersebut sudah cuan
1,168 kali lipat (kali lipat loh, bukan persen) dalam waktu 37 tahun,
belum termasuk dividen! Sekedar catatan, sejak tahun 2005 lalu, UNVR juga saban
tahun membayarkan 100% laba bersihnya setiap tahun, sebagai dividen.
Dengan track record
historis seperti itu, ditambah fakta bahwa dalam lima tahun terakhir pendapatan
serta laba UNVR terus tumbuh signifikan, sedangkan ROE-nya juga sekarang ini
tambah tinggi lagi (dulu kisaran 100%, tapi sekarang tembus diatas 140%), maka
penurunan harga sahamnya dalam dua tahun terakhir (all time high UNVR di
level 11,180, dicapai pada Desember 2017) menimbulkan pertanyaan: Apakah ini
sudah waktunya untuk masuk lalu keep saja hingga 5 – 10 tahun kedepan?
Karena, you know, seperti Pak Teguh sering bilang, kalau mau beli saham
untuk tujuan jangka panjang seperti UNVR ini, maka masuknya juga jangan
buru-buru, melainkan tunggu momentum yang tepat, misalnya ketika sahamnya turun
banyak seperti sekarang.
Tapi disisi lain,
apakah ada peristiwa penting tertentu yang mengubah prospek UNVR di masa yang
akan datang, sehingga investor mengambil langkah precautions dengan
menjual sahamnya lebih awal meskipun kinerjanya masih bagus, dan alhasil
sahamnya turun? Nah, untuk menjawab semua pertanyaan diatas, mari kita lihat
lagi poin-poin pentingnya, satu per satu.
Pertama, ketika tadi
disebutkan bahwa kinerja UNVR sampai akhir tahun 2019 masih bagus, maka anda
mungkin mengernyitkan dahi: Bukannya barusan laba UNVR tercatat cuma Rp7.4
trilyun, alias turun dibanding tahun 2018 yang mencapai Rp9.1 trilyun? Nah,
kalau anda baca LK-nya, maka akan langsung kelihatan bahwa pada tahun 2018,
UNVR membukukan pendapatan lain-lain senilai Rp2.8 trilyun, yang berasal dari
penjualan aset tidak berwujud seperti merk dagang, dan daftar pelanggan ke PT Upfield
Consulting Indonesia. Pendapatan lain-lain ini beneran ada duitnya/UNVR beneran
terima uang tunai Rp2.8 trilyun sekian pada tahun 2018, tapi pendapatan ini
tentu saja sifatnya hanya one time, alias tidak akan terjadi lagi di
tahun berikutnya. Alhasil, laba UNVR di tahun 2019 menjadi tampak turun. Tapi
jika pendapatan lain-lain sebesar Rp2.8 trilyun ini dianggap tidak ada, maka
laba UNVR di tahun 2018 sejatinya hanya Rp6.3 trilyun. Sehingga labanya yang
Rp7.4 trilyun di tahun 2019 sebenarnya terhitung naik dibanding tahun
sebelumnya.
However, sebagian besar
investor ritel jarang melihat detail seperti itu (atau mereka bahkan belum tahu
dimana baca LK), dan hanya melihat berita atau data RTI saja, dan bisa jadi
inilah yang kemudian bikin saham UNVR turun, karena semua headline
menulis ‘Laba UNVR anjlok bla bla bla’. Actually hal ini sudah penulis
sampaikan di Ebook
Investment Planning Kuartal IV 2018 (edisi setahun lalu), yakni bahwa ada kemungkinan
bahwa di tahun 2019 nanti laba UNVR akan tampak turun, dan itu bisa bikin
sahamnya ikut turun. Tapi mari kita lihat faktor berikutnya.
Kedua, berdasarkan
pengalaman, bahkan untuk perusahaan-perusahaan yang dikenal bagus untuk jangka
panjang, alias wonderful company, maka sahamnya tidak akan terus naik
saban tahun dengan persentase kenaikan yang sama, melainkan akan ada
tahun-tahun dimana dia naik banyak, dan tahun-tahun dimana dia naik sedikit,
atau bahkan turun. Contoh, saat ini saham Bank BRI (BBRI) sedang dieluk-elukkan
sebagai saham juara cuan di BEI (sebenernya BBRI naiknya gak setinggi itu, cuma
memang saham-saham lainnya nyungsep semua sih), dan memang fundamentalnya
sangat bagus. Tapi tahukah anda bahwa di tahun 2016 kemarin, BBRI hanya naik 4%
ketika IHSG naik 15%?
Karena itulah, jika
dalam satu waktu sebuah saham naiknya sudah terlalu tinggi, maka penulis akan
katakan bahwa anda justru harus hati-hati, bukan karena kinerja perusahaan
kedepannya bakal jadi jelek atau apa, tapi karena saham-saham jangka panjang
sekalipun akan ada masanya untuk turun atau stagnan selama beberapa bulan,
hingga 1 – 2 tahun. Okay, lalu gimana kita tahunya bahwa sebuah saham sekelas
UNVR ini sudah naik terlalu tinggi? Nah, untuk saham-saham seperti UNVR, BBRI
dkk, maka ekspektasi profit yang bisa kita harapkan adalah total dua kali
lipat atau 100% dalam lima tahun, diluar dividen. Artinya? Yep, jika UNVR
naiknya sudah lebih dari itu, maka ada kemungkinan kedepannya dia akan
‘istirahat’ dulu selama beberapa waktu.
Dan ketika UNVR
menyentuh titik tertingginya di 11,180, Desember 2017, maka penulis sendiri
ketika itu melihat UNVR sudah overheat karena pada Desember 2012,
sahamnya masih berada di level 4,350. Yang itu artinya, UNVR ketika itu sudah
naik 157% dalam lima tahun, clearly way above limit. Dan penulis sendiri
sudah warning ketika UNVR tembus 50,000 (10,000 setelah stocksplit), awal 2017 lalu,
sahamnya memang sudah ketinggian, sehingga ada kemungkinan selanjutnya dia
justru akan turun.
Ketiga, dari sisi
valuasi. Sebagai satu-satunya saham dengan ROE diatas 100% di BEI, maka valuasi
UNVR sejak dulu memang tidak bisa disamakan dengan saham-saham lainnya yang ada
di bursa, dimana PBV-nya selalu mencapai 30 – 40 kali, demikian pula PER-nya berada
di kisaran angka yang sama. Dan hari inipun, ketika UNVR tampak sudah turun
signifikan, valuasinya masih dikisaran segitu, dengan dividend yield yang juga
masih minimalis yakni 1.2% (bandingkan dengan dividend yield dari saham-saham
berikut). Sehingga kalau kita pakai cara membandingkan PER, PBV, dan dividend
yield UNVR pada hari ini dengan PER historisnya, maka sayangnya penulis bisa
katakan bahwa pada harga seginipun UNVR masih agak belum cukup murah, dimana PER-nya masih
37 kali. Tadinya penulis sendiri berpikir bahwa, pada harga sekarang, mungkin
PER UNVR katakanlah sudah 30 kali, tapi ternyata belum.
Kesimpulannya, well,
UNVR sepertinya masih belum ketemu bottom-nya di berapa. Namun sampai
level berapapun penurunannya, secara teori dia baru bisa naik lagi awal Mei
2020 nanti, yakni jika labanya di Kuartal I 2020 kembali naik. Dan UNVR berpeluang
cukup besar untuk kembali membukukan kenaikan kinerja di tahun 2020 ini, karena
secara prospek sebenarnya dia cukup bagus, mengingat dalam beberapa waktu
terakhir perusahaan banyak meluncurkan produk baru yang disesuaikan dengan
selera masyarakat, seperti Es Krim Seru! untuk pangsa pasar menengah kebawah
(dengan harga jual Rp2,000 – Rp4,000, ini jelas untuk mengambil kembali pasar es
krim yang sempat dikuasai oleh kompetitor Aice), sambal Jawara, sabun Korea Glow,
dan seterusnya. Hingga pertengahan 2019, totalnya ada 70 inovasi produk yang
diluncurkan sejak tahun 2018, dan kita bisa berharap bahwa hasilnya akan
kelihatan dalam 1 – 2 tahun kedepan. Penulis sendiri agak surprise dengan
hal ini, karena biasanya manajemen UNVR tidak melakukan ekspansi atau inovasi
apapun, melainkan hanya melanjutkan bisnis yang sudah ada saja. Tapi untungnya untuk
kali ini, ceritanya sedikit berbeda.
Okay Pak Teguh, tapi
masalahnya ini saya udah pegang sahamnya, jadi gimana? Ya hold saja. IHSG
sendiri sejauh ini sudah turun hampir 10% secara year to date, jadi penurunan
yang dialami UNVR tidak sendirian, melainkan hampir semua saham lainnya di BEI
juga sedang turun semua. Tinggal nanti tunggu timing yang tepat untuk
average down, perkiraannya sih Mei nanti, tapi bisa juga UNVR akan rebound lebih
awal pada Maret atau April-nya, yakni jika investor sudah expect bahwa
kinerja perusahaan memang akan tampak naik lagi pada Kuartal I 2020. We’ll see!
PT Unilever
Indonesia, Tbk (UNVR)
Rating Kinerja 2019:
S
Rating Valuasi saham
7,300: A
Ebook Kumpulan Analisis 30 Saham
Pilihan edisi Kuartal IV 2019 sudah terbit! Dan anda
bisa memperolehnya
disini.
Ebook Market Planning yang berisi analisis IHSG &
Stockpick saham pilihan edisi Maret 2020 akan terbit hari Minggu, 1
Maret 2020. Anda bisa memperolehnya
disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio saham untuk
subscriber.
Punya akun Instagram? Follow akun resmi penulis di media sosial, klik 'View on Instagram' berikut ini:
Komentar