Inilah Saham yang Diuntungkan Revolusi Industri 4.0
Menurut Wikipedia, Industry 4.0
atau disingkat I4, adalah trend industri saat ini dimana segala sesuatunya
sudah sangat berhubungan dengan teknologi digital, komputer, internet, artificial
intelligence (AI), hingga cyber-physical system. Bahasa gampangnya,
I4 adalah aplikasi-aplikasi yang ada di smartphone anda saat ini, yang
menawarkan fungsinya masing-masing. Termasuk ketika anda membaca blog ini, maka
bukanya pakai aplikasi browser bukan? Entah itu Google Chrome, Opera, atau
lainnya, atau melalui email yang masuk ke aplikasi inbox email anda,
jika anda berlangganan newsletter.
***
Jadwal Kelas Seminar Value Investing: ‘Investasi Saham untuk Tabungan Jangka
Panjang’. Amaris Hotel Thamrin City, Jakarta, Sabtu 22 Juni 2019. Info
selengkapnya baca
disini. Tersedia DISKON earlybird untuk peserta yang mendaftar sebelum
tanggal 17 Juni.
***
Dan semakin kesini, para
pengusaha dan pelaku industri tradisional mau tidak mau harus beradaptasi
dengan revolusi I4 ini, dimana mereka yang gagal beradaptasi maka akan mengalami
kemunduran. Contohnya, seorang teman penulis yang punya toko grosir elektronik
di Mangga Dua, Jakarta, sejak sekitar 5 tahun lalu sudah merasa kalau tokonya
sepi pengunjung, dan ia kemudian menyadari bahwa itu adalah karena para pembeli
mulai beralih ke toko online. Jadi ia mulai membuka ‘official store’ entah itu
dalam bentuk website, Facebook Fan-page, dan mendaftar di market place seperti
Bukalapak, dan Tokopedia. Alhasil, tokonya rame lagi, bahkan lebih rame dari
sebelumnya, karena sekarang pembelinya tidak cuma dari Jakarta dan sekitarnya,
tapi dari seluruh Indonesia (dan barangnya dikirim melalui jasa ekspedisi). Untuk
toko fisiknya yang di Mangga Dua juga tetap beroperasi seperti biasa untuk
melayani pembeli yang langsung datang ke lokasi, atau supir gojek yang
mengambil barang. Namun, teman penulis ini melanjutkan, ia melihat bahwa beberapa
toko tetangganya mulai tutup satu per satu, karena alasan sepi pengunjung.
Nah, dari sini kelihatan bahwa ketika
kehadiran I4 disatu sisi menaikkan omzet para pemilik industri dan usaha, namun
disisi lain justru ‘mematikan’ mereka yang tidak mampu beradaptasi, yang masih
bersikukuh untuk jualan dengan cara tradisional. Dan tidak hanya pada usaha
kecil dan menengah (UKM), hal ini juga terjadi pada perusahaan Tbk yang besar-besar
sekalipun. Contohnya, kalau anda pehatikan, kinerja atau perolehan laba bersih
Astra International (ASII) cenderung stagnan sejak beberapa tahun lalu, tapi
hal yang berbeda dialami oleh Telkom (TLKM), dimana labanya naik terus. Dan
alhasil, kenaikan saham TLKM dalam lima tahun terakhir jauh lebih tinggi dibanding
ASII, demikian pula dividennya lebih besar dibanding ASII. Awalnya penulis
berpikir, ASII bisa ketinggalan kereta karena memang usaha terbesarnya ada di
komoditas, dalam hal ini batubara dan sawit/CPO, dimana sektor komoditas ini memang
sangat fluktuatif/kalau harga batubara turun maka mau gak mau kinerja ASII juga
bakal tertekan. Namun disisi lain, TLKM bisa terus melesat karena dia memang
sejak awal merupakan perusahaan information and communication technology (ICT)
yang spesialis jualan kuota internet dan produk-produk sejenis, dimana memang produk
itulah yang amat sangat dibutuhkan oleh masyarakat, seiring dengan terus berlanjutnya
Revolusi Industri 4.0.
Kemudian, anda tahu apa yang membuat
kinerja big four banking di Indonesia yakni Bank BCA, BRI, Mandiri, dan
BNI terus saja naik dalam beberapa tahun terakhir? Yep, faktor utamanya adalah karena
memang kondisi makroekonomi Indonesia sejauh ini terbilang aman-aman saja,
dimana kinerja sektor perbankan suatu negara adalah merupakan cerminan dari kinerja
makroekonomi negara itu sendiri. Tapi faktor lainnya yang juga penting, adalah
karena para bank ini sukses beradaptasi dengan perkembangan I4, dimana sekarang
ini kita sudah sangat terbiasa dengan i-banking, m-banking, e-money, dan
seterusnya, yang memungkinkan kita untuk tidak lagi pergi ke kantor bank, atau
bahkan mesin ATM, untuk melakukan transaksi perbankan. Sebenarnya ada juga
anggapan bahwa kehadiran fintech hingga cryptocurrency mungkin
akan bisa menggeser kehadiran institusi perbankan, tapi sejauh ini hal itu
tidak atau belum terjadi, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia, yang mungkin
karena para lembaga perbankan itu sendiri juga mampu memanfaatkan keberadaan
teknologi untuk meningkatkan kinerja mereka.
Prospek Emiten Teknologi
Tapi intinya, diluar berbagai
macam isu yang melanda bursa saham dalam beberapa tahun terakhir seperti sentimen
‘tahun pemilu’ di Indonesia, upgrade sovereign rating Indonesia oleh
S&P, kenaikan Fed Rate, hingga perang dagang antara Amerika vs China, maka penulis
menganggap bahwa isu industri 4.0 inilah yang sebenarnya paling penting untuk
diperhatikan. Karena dengan adanya trend I4 ini, maka selain mengerjakan analisa
saham dan stock screening seperti biasa, investor juga dituntut untuk
bisa membedakan emiten mana yang mampu beradaptasi dengan revolusi I4, dan emiten
mana yang tidak. Contohnya, di blog ini sejak beberapa tahun lalu penulis
selalu katakan bahwa saham ASII cocok untuk investasi jangka panjang. Tapi jika
perusahaan tidak membuat aplikasi atau portal khusus untuk jual beli batubara,
misalnya, maka kemungkinan omzet-nya akan sulit untuk berkembang, dan kalau
demikian maka sahamnya tidak lagi bisa dijadikan sebagai legacy stock. Untungnya,
manajemen ASII dalam beberapa waktu terakhir memang terbilang serius dalam hal meng-digital-kan
unit-unit usahanya, contohnya mereka melalui United Tractors (UNTR) sekarang
punya www.klikut.com bagi konsumen yang
hendak membeli alat-alat berat dan sparepart-nya. Jadi mari kita lihat
bagaimana hasilnya nanti.
Diluar dua kelompok emiten yakni
yang mampu beradaptasi dengan I4, dan yang tidak, maka ada satu lagi kelompok
emiten yang sudah pasti akan diuntungkan dengan adanya I4, yakni emiten/perusahaan
berbasis teknologi itu sendiri. Contohnya ya TLKM tadi, atau Metrodata
Electronics (MTDL), hingga Erajaya Swasembada (ERAA). Kemungkinan dalam
beberapa tahun kedepan, beberapa start-up teknologi dari dalam negeri juga
akan menggelar IPO, sehingga investor bisa membeli sahamnya dan turut menikmati
pertumbuhan jangka panjangnya. Faktanya adalah, saat ini dari 10 orang terkaya
di dunia, 5 diantaranya yakni Jeff Bezos, Bill Gates, Larry Ellison, Mark Zuck,
dan Larry Page, kesemuanya merupakan tech entrepreneur, dan bahkan Carlos
Slim Helu juga bisa disebut sebagai pengusaha teknologi, mengingat investasi
terbesarnya terletak di America Movil, perusahaan mobile telecom terbesar
di Amerika Latin.
Smartphones, the 'center of our lives', klik gambar untuk memperbesar |
Nah, jadi bukan tidak mungkin
bahwa dalam satu atau dua dekade kedepan, daftar 10 orang terkaya di Indonesia akan
tidak lagi didominasi nama-nama tradisional seperti Keluarga Djarum, tapi juga
para pengusaha teknologi, dan kita bisa turut menikmati prospek jangka panjang
di sektor anyar ini melalui instrumen bursa saham. Sudah tentu, ini bukan
berarti perusahaan teknologi, atau perusahaan yang mampu beradaptasi dengan
penggunaan teknologi yang listing di bursa, saham mereka semuanya layak invest,
karena kita tetap harus menganalisa track record kinerja perusahaan, kualitas
manajemennya, dll. Dan diluar beberapa emiten yang sudah disebut di artikel
ini, sebenarnya di BEI masih ada lagi sejumlah emiten lainnya yang jenis
usahanya berhubungan langsung dengan teknologi, tapi tidak penulis sebutkan
karena laporan keuangannya tidak profitable.
Tapi intinya kalau anda menemukan
dua saham yang fundamentalnya sama-sama bagus, prospeknya sama-sama cerah, dan valuasinya
juga sama-sama murah, maka coba cek lagi, emiten yang mana yang lebih aktif di media
sosial untuk jualan dan/atau mempromosikan produk-produk mereka. Beberapa waktu
lalu penulis mendengar bahwa ada sejumlah perusahaan yang kalau mereka membuka
lowongan pekerjaan, maka pelamar diwajibkan untuk menyertakan akun medsos di CV
yang mereka kirimkan. Nah, jadi sebagai investor, kita juga bisa mengecek akun
medsos milik si perusahaan itu sendiri, lalu baru kita beli sahamnya :D
Jadwal Kelas Seminar Value Investing: ‘Investasi Saham untuk Tabungan Jangka
Panjang’. Amaris Hotel Thamrin City, Jakarta, Sabtu 22 Juni 2019. Info
selengkapnya baca
disini. Tersedia DISKON earlybird untuk peserta yang mendaftar sebelum
tanggal 17 Juni.
Dapatkan informasi, motivasi, dan tips-tips investasi saham melalui akun Instagram Teguh Hidayat, klik 'View on Instagram' berikut ini:
Komentar
Jadi, show your skill and student will be followers
Dan tentu terlalu jauh jika kami dibandingkan dengan Pak LKH. Kami masih harus banyak belajar.
Yah... paling tidak grafik kinerjanya selama ini bagaimana apakah naik atau turun..
Sangat mengedukasi saya dan beberapa teman.
Dia melihat saham dari pergerakan harganya bukan sbg pemilik portion of business.