Rahasia Profit 20% Dalam 7 Hari

Kemarin kita dapet satu pertanyaan menarik, ‘Pak Teguh saya barusan lihat ini di Youtube, sepertinya sih mereka jual trading system atau software apa gitu, yang katanya bisa mendeteksi saham-saham yang berpotensi auto reject atas, sehingga profitnya bisa sangat besar hanya dalam hitungan hari. Bagaimana pendapat Pak Teguh soal itu?’ Sebelumnya buat yang belum tau, auto reject atas, atau disingkat ARA, adalah kondisi dimana sebuah saham melejit naik hingga batas maksimal-nya, dalam hal ini 20%, 25%, atau bahkan naik 35% dalam satu hari, tergantung harga nominal sahamnya di market.

Dan penulis sendiri kadang-kadang mengalami itu: Hari ini kita beli saham A, dan besoknya dia langsung terbang 25 persen.. hanya dalam sehari! Dan anda juga mungkin pernah mengalaminya bukan? Pertanyaannya, ketika saham anda ARA seperti itu, maka gimana rasanya?? Seneng pake banget bukan?? Dan rasa senengnya jauh lebih besar dibanding jika kita dapet profit 100% dari saham yang sama, tapi nunggunya harus satu tahun.

Padahal jika kita lihat lagi, gedean mana 25% atau 100%? Dan kalau mau jujur, mungkinkah kita bisa dapet saham ARA tiap hari? Atau, gak usah muluk-muluk deh, sekali seminggu saja! Bisa gak?? Tapi memang sekali lagi, sangat menyenangkan jika kita kebetulan dapet jackpot seperti itu. Karena itulah, jika ada orang yang mengaku bisa mendeteksi saham ARA atau metode-metode lainnya yang menawarkan ‘cara cepat kaya’ dari saham, maka pasti ada saja peminatnya, yang tertarik untuk mempelajari ‘metode rahasia’ tersebut. Para peminat ini bukannya gak mengerti kalau apa yang ditawarkan sejatinya tidak realistis, namun sekecil apapun mereka tetap berharap, siapa tahu kali ini metodenya beneran berhasil.

Lalu apakah metode yang ditawarkan bener-bener berhasil? Bagaimana jika dibandingkan dengan metode value investing yang selalu dibahas di blog ini?

Nah, kalau kita baca-baca lagi di internet, maka memang selalu ada debat tak berujung soal metode apa yang paling bagus dalam berinvestasi di pasar modal, mirip-mirip lah dengan debat soal siapa pesepakbola yang lebih hebat, apakah Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi. Atau soal Apple vs Samsung. Hingga Jokowi vs Prabowo.

Tapi sebagai seorang investor, bisa penulis katakan sebagai berikut: Tidak penting metode apa yang anda gunakan, yang penting adalah hasilnya. Jadi kalau anda pake metode ARA hunter yang dibahas diatas dan memang hasilnya anda dapet saham ARA minimal sekali saja per bulan, dan tiba-tiba saja nilai porto anda menjadi sangat besar (karena kalau anda bisa profit 25% dalam sebulan, maka efek compounding-nya akan luar biasa dimana aset anda akan meningkat 14 kali lipat hanya dalam setahun, dan menjadi lebih dari 200 kali lipat dalam setahun berikutnya, which is beyond imagination), maka silahkan teruskan! Karena ngapain juga anda beli ULTJ untuk jangka panjang lalu dapet rata-rata profit 20% per tahun, jika kita bisa dapet profit 20% tersebut hanya dalam seminggu???

Anda sering dapet SMS kaya gini gak?

Namun bagaimana jika setelah anda coba metode tersebut ternyata hasilnya malah nyangkut dimana-mana? Kalo gitu ya jangan pake metode itu lagi, dan carilah metode lain yang memberikan hasil lebih baik. Jadi untuk metode value investing yang kami gunakan selama ini, penulis tidak pernah mengatakan bahwa itu adalah metode terbaik, karena metode sebaik apapun pasti ada saja kekurangannya. Namun bagi kami, metode inilah yang selama ini menghasilkan kinerja profit yang cukup konsisten, termasuk metode value investing juga (dengan berbagai variasi penerapannya) yang terbukti sukses pada investor-investor senior seperti Pak Lo Kheng Hong. Tapi jika ada investor/trader saham lain yang lebih sukses dengan metodenya sendiri, maka seperti yang sudah penulis sampaikan diatas, kami tidak akan mengatakan bahwa metodenya nggak bagus atau apa, dan justru akan menyarankan kepada investor/trader tersebut untuk terus menerapkan metodenya tersebut. Dan lagipula, buat apa sih berdebat? Lebih baik waktu kita dipakai untuk baca-baca, berlatih analisa dan praktek buy sell saham, hingga bekerja lebih keras agar bisa menyetor modal lebih buanyak lagi ke sekuritas.

Okay Pak Teguh, satu hal lagi: Meski metode value investing pada faktanya merupakan metode yang dipakai investor-investor paling sukses di bursa, tapi kenapa metode ini malah kurang populer? Well, sebenarnya jika dibandingkan tahun 2009 – 2010 lalu dimana Bakrie Seven Brothers masih merajai bursa, maka ketika itu hampir tidak ada seorangpun yang bicara analisis fundamental, let alone value investing (semuanya ngomong teknikal). Jadi penulis sendiri merasa agak kesepian waktu itu. Tapi sekarang ini, seiring dengan meningkatnya kesadaran pelaku pasar untuk benar-benar invest dan bukannya malah trading tik tok gak jelas, maka metode value investing sudah jauh lebih populer dan cukup banyak digunakan.

Namun seperti yang pernah dikatakan Warren Buffett, value investing tidak akan pernah menjadi metode yang paling populer di bursa, bahkan meski ia sudah ‘mempromosikan’ value investing ini sejak lama, yakni sejak tahun 1960-an (dan buku The Intelligent Investor karya gurunya Buffett, Ben Graham, juga sudah ditulis tahun 1927). And why is that? Ya karena itu tadi: Investor/trader saham manapun akan lebih suka mendengar ‘target profit 20% dalam 7 hari’, ketimbang profit 20 – 25% dalam setahun. Metode value investing itu sejatinya mudah, cuma ngitung PER PBV ROE doang kok. Lalu apanya yang susah? Ya sabarnya. Karena nunggu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun itu memang gak gampang, dimana hanya ada sedikit investor yang benar-benar menguasai ilmu sabar ini. Kemudian, ketika orang beli saham hari ini lalu dia baru jual beberapa bulan/tahun kemudian (karena pake metode value investing), maka sekuritas gak akan dapet trading fee, dan karena itulah pihak broker tidak akan pernah merekomendasikan value investing ini, melainkan mereka akan terus mendorong nasabahnya untuk trading pake analisis teknikal atau lainnya. Dan alhasil, sekali lagi, para value investor tidak akan pernah menjadi populasi terbesar di pasar modal.

Tapi seperti yang dikatakan Robert Kiyosaki, semakin tinggi level finansial seseorang, maka akan semakin sedikit temen-temennya, karena kebanyakan orang ya berada pada level yang rata-rata saja. Jadi meski follower value investing di Indonesia hanya sedikit, namun izinkan penulis untuk mengucapkan congrats! Karena anda-anda semua pembaca blog ini sejatinya merupakan individu yang terpilih, yang pada waktunya nya nanti akan stand out berdiri tegak dan menonjol diantara para pelaku pasar lainnya. We’ll see!

Buletin Analisis Arah IHSG & Stockpick Saham Bulanan edisi April 2019 sudah terbit! Anda bisa memperolehnya disini, gratis konsultasi/tanya jawab saham untuk subscriber.

Follow/lihat foto-foto penulis di Instagram, klik 'View on Instagram' dibawah ini: Instagram

Komentar

Anonim mengatakan…
ksimpulannya: 20% dalam 7 hari is bullshit. Mgkn bisa, tapi itu jarang sekali, hoki, atau ada tukang gorengnya. Kebanyakan emg terjadi di saham kecil dan gorengan. Jadi, get real aja and stop being a dreamer
Raihan mengatakan…
Pas pak buat di share di grup2 investor, udah beberapa kali situasi memanas gara2 bahas antara teknikal ato fundamental soalnya hahah, udah kayak bahas presiden aja kdng
Mr. Hadafi mengatakan…
Pak Teguh,
tolong dong bahas dalam 1 artikel saja secara khusus di blog ini tentang metode Bandarmologi dan Foreign flow. Apakah sejalan dengan Value Investing dan kenapa bapak jarang sekali membahas (atau mungkin tidak mengakui) metode tersebut.
Terima kasih.
Anonim mengatakan…
kalo kata si lontong ....kalo ada dukun bisa ngelipetin duit trus kita mestinya ngak pergi ke dukun tapi mesti belajar sama dukun itu....
krn dukun itu aja kerja jadi dukun ....kok loe ngak mau kerja langsung dapet duit....:D
kurang lebih 11 12 kayak gitu.....kalo ada trader yg bilang bisa ngasih Ara dalam 7 hari...ngapain dia jualan itu software atau programnya....mestinya kita belajar sama itu trader itu biar bisa kerja kayak itu trader....kerja jualan software....:D bukan beli itu software...:D lah dia aja masih kerja jualan....:D
Priyo priyantoro mengatakan…
Saya mengutip tulisan pak Teguh hidayat "Metode value investing itu sejatinya mudah, cuma ngitung PER PBV ROE doang kok " . Klo kita hanya fokus pada roa roe der eps, bukanya itu bersifat kuantitaf . Bukankaah sisi kualitatif dr suatu perusahaan lebih penting?
Unknown mengatakan…
amiiin, semoga tetap istiqomah y pak :)
Teguh Hidayat mengatakan…
@Priyo priyantoro: Betul sekali pak :) Mungkin kata 'mudah' ini memang kurang tepat, lebih tepatnya sederhana. Karena ketika kita menganalisa sisi kualitatif perusahaan, maka itu cukup rumit dan dibutuhkan pengalaman sebagai investor itu sendiri.
Unknown mengatakan…
Bulan Ramadhan mengajarkan kita betapa nikmat dan indahnya keSABARan. Kesimpulannya, SABAR tdk hanya indah di dunia, tapi disukai Allah SWT. Aamiin.
Unknown mengatakan…
Setuju
@andadowi mengatakan…
Membaca,melihat,menganalisa,menelaa,mempelajari,menimbang,memilih,menunggu,.....terakhir memutuskan. Hmm
Unknown mengatakan…
Sharing ilmu itu kalau berbayar itu tandanya dia belum sukses dengan ilmu yang diterapkan.
Anonim mengatakan…
tetap be a dreamer but also a worker

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?