Value Investing: Analogi Sederhana

Beberapa waktu lalu di Instagram penulis posting ‘value investing quiz’ dengan pertanyaan, jika anda hendak bepergian pakai pesawat dari Jakarta ke Padang dengan hanya dua pilihan jadwal berikut (di hari yang sama), maka berdasarkan kaidah value investing, manakah yang akan anda pilih? Lion atau Garuda? Dan ternyata banyak sekali jawaban yang bagus-bagus yang masuk. Nah, sekarang giliran jawaban dari saya.


Sekilas, kita akan ambil tiket Lion karena harganya lebih murah, lebih rendah 20% dibanding harga tiket Garuda. Selisih 20% atau Rp323,500 ini mungkin tampak kecil bagi sebagian orang, namun jika anda bisa saving 20% dari setiap transaksi yang anda lakukan (tidak hanya dari membeli tiket pesawat), kemudian uang tersebut diinvestasikan dan menghasilkan return 20% juga setiap tahunnya selama 20 tahun, maka hasilnya akan luar biasa. Value investor mampu untuk menilai sejumlah aset tidak hanya berdasarkan angka nominalnya pada saat ini, namun hingga jauh di masa yang akan datang.

However, pelayanan yang diberikan Garuda tentu jauh lebih baik dibanding Lion, dan harga tiket Lion ke Padang itupun sebenarnya jauh lebih mahal dibanding biasanya. Sehingga, yes, meski biaya tiket Garuda lebih tinggi, tapi masih worth it dibanding pelayanan yang diperoleh, dan kita masih bisa saving 20% dari transaksi yang lain yang kita lakukan. Kemudian beberapa waktu lalu Lion juga pernah mengalami kecelakaan. Sehingga, meski secara statistik, pesawat terbang adalah yang paling aman dibanding moda transportasi lainnya, namun beberapa orang mungkin tidak akan nyaman naik Lion/ketika pesawat di udara maka itu akan terasa sangat menegangkan. In that case, dia sebaiknya pilih Garuda saja, bahkan meski harganya lebih tinggi lagi.

Tapi kemudian kita lihat lagi waktunya: Garuda take off pukul 06.15 pagi, yang artinya anda harus berangkat dari rumah pukul 03.15 subuh atau lebih awal lagi, karena bandara CGK itu memang jaraknya cukup jauh, dan ada risiko jalan macet karena orang-orang masuk kerja. Ini artinya terdapat risiko anda akan ketinggalan pesawat, dan risiko itu lebih kecil jika anda ambil Lion, karena jadwalnya agak siang (pukul 11.55). Risiko ini sangat penting untuk diperhatikan, karena jika anda ketinggalan pesawat maka anda akan keluar biaya yang sangat besar (yang sebenarnya tidak perlu) untuk membeli tiket baru. Remember the rules in value investing: Never lose money.

Dengan mempertimbangkan risiko diatas, maka Lion relatif lebih aman. Tapi kemudian anda lihat lagi: Dengan harga tiket yang memang cukup tinggi, maka kemungkinan jumlah penumpangnya akan sedikit, dan pihak maskapai Lion bisa saja membatalkan jadwal tersebut, atau menundanya hingga keesokan harinya (dan mereka sering melakukan itu). Jika ini yang terjadi, maka juga terdapat risiko bahwa anda akan rugi waktu, dan risiko ini juga sangat penting untuk diperhatikan, terutama jika anda berangkat ke Padang untuk urusan bisnis yang tidak bisa ditunda-tunda lagi.

Jadi ternyata, mengambil Garuda ataupun Lion, dua-duanya ada risikonya. Tinggal anda tentukan sendiri: Jika anda tidak masalah harus bangun dini hari, maka ambil Garuda. Tapi jika anda tidak sedang buru-buru, dan gak masalah jika ternyata penerbangannya delay atau ditunda, maka ambil Lion.

Kemudian terakhir, jika anda pilih Lion, maka dapetnya 31 poin, tapi jika anda pilih Garuda, dapetnya 63 poin. Sekilas ini menjadikan Garuda lebih baik (karena poinnya lebih besar), tapi sebenarnya poin itu nilainya sangat kecil, hanya Rp100 per poin, dan harus terkumpul 1,000 poin terlebih dahulu agar bisa ditukar dengan diskon tiket senilai Rp100,000. Ini artinya kalau anda ambil Garuda, maka anda dapat selisih 32 poin senilai Rp3,200 saja (harga sebungkus mi instan), really gak seberapa dibanding harga tiket Garuda itu sendiri yang mencapai Rp1.5 juta. Jika anda memilih Garuda hanya karena faktor poin ini namun mengabaikan risiko ketinggalan pesawat tadi, maka anda bisa saja kehilangan Rp1.5 juta sama sekali ketika anda harus beli tiket baru, hanya untuk memperoleh ‘bonus’ senilai Rp3,200 tadi, yang bahkan belum tentu bisa dipakai karena harus terkumpul 1,000 poin terlebih dahulu.

Kesimpulannya, sebelum membeli barang atau jasa, value investor selalu mempertimbangkan hal-hal berikut:
  1. Harga. Lebih murah praktis lebih baik, dan ingat bahwa selisih harga sekecil apapun akan jadi besar jika dikumpulkan, kemudian diinvestasikan.
  2. Kualitas barang/jasa. Value investor memang terkesan pelit dan kelewat hemat dalam kehidupan sehari-harinya, tapi sebenarnya itu tidak tepat, karena kami juga tidak masalah membeli produk/jasa pada harga yang tinggi selama itu setimpal dengan nilai atau manfaat dari produk yang diterima. Adalah lebih baik membayar 900 untuk memperoleh barang senilai 900 juga, daripada membayar 700 namun hanya untuk memperoleh barang senilai 500, dan
  3. Tingkat risiko.
Keputusan untuk membeli sesuatu, baik itu saham atau lainnya, tanpa mempertimbangkan ketiga hal diatas, adalah lebih dekat ke spekulasi ketimbang investasi. Plus satu lagi: Kita harus bisa memilah-milah informasi terkait produk yang akan kita beli, karena tidak semua informasi tersebut penting untuk dijadikan bahan pertimbangan (Contohnya soal poin tadi). Well, dalam berinvestasi di saham, munculnya ‘informasi yang tidak penting’ ini, yang kemudian membuat orang ramai-ramai membeli atau menjual saham tertentu padahal informasi tadi hampir tidak berdampak apapun terhadap fundamental perusahaan, maka itu cukup sering sering terjadi bukan? Jadi disinilah kita harus hati-hati.

Nah sekarang kita quiz lagi: Ketika anda membaca artikel ini, maka barang atau jasa apa (bukan saham) yang terakhir anda beli? Apakah anda membelinya sesuai kaidah value investing? Jika iya, bagaimana analisanya?

Buku Analisis 30 Saham Pilihan (‘Ebook Kuartalan’, atau ‘Ebook Investment Planning’) edisi Kuartal IV 2018 sudah terbit! Dan anda bisa memperolehnya disini.

Jadwal Seminar Value Investing: Untuk saat ini belum ada jadwal lagi, tapi anda bisa memperoleh rekaman/audiobook seminarnya saja dulu (terbaru tahun 2019). Info selengkapnya baca disini.

Follow/lihat foto-foto penulis di Instagram, klik 'View on Instagram' dibawah ini: Instagram

Komentar

Wong Iseng mengatakan…
Logika utk resiko ketinggalan pswtnya sptnya kurang tepat, GIA brgkt dari rmh pukul 03:15, Lion anggap dgn asumsi yg sama maka brgkt dari rmh pukul 08:55. Bknnya perjlnan ke CGK relatif lbh lapang yg 03:15 dibanding yg 08:55 ? Jd dgn kata lain resiko lose money lbh kecil, asal kita mmg tdk keberatan ninggalin rmh dikala subuh.
Anonim mengatakan…
Saya memilih Garuda karena:
1. Faktor safety (keselamatan adalah intangible VALUE yang tak dapat dinilai dengan uang)
2. Jadwal keberangkatan pagi, sehingga sesampai di Padang praktis kita punya waktu seharian penuh. Sementara kalau naik Lion Air, praktis sehari itu hampir hilang semuanya. Apalagi kalau sampai delay, dimana probabilitas-nya cukup tinggi. Sebaliknya, bangun pagi-pagi atau bahkan tengah malam tak menjadi masalah demi ketibaan di pagi hari.
3. Penerbangan Garuda dapat sarapan pagi. Sementara Lion Air tak mendapat apa-apa. Sehingga perbedaan harga keduanya sebenarnya lebih kecil lagi.
4. Faktor probabilitas keterlambatan.
arief mengatakan…
Maaf pak, untuk Lion tidak bisa dibandingkan dengan Garuda, karena beda sektor pelayanan, Lion masuk ke LCC/No Frills sedangkan Garuda masuk ke Full Service. Jikalau ingin membandingkan, mungkin Garuda dengan Batik yang masuk di sektor layanan yang sama.
Anonim mengatakan…
Untuk waktu, meski 6:15 pagi, bagi saya lebih baik daripada 11:55 siang. Benar bahwa kemungkinan saya ketinggalan pesawat lebih kecil, tetapi itu artinya saya berangkat 9-10 dimana banyak orang sudah beraktivitas. Lebih pagi lagi (8-9 kalau rumah saya lebih jauh) akan lebih macet daripada 3-4 pagi (jam orang berangkat kerja & masuk sekolah).

Kedua, pesawat pagi lebih jarang delay daripada siang/sore, karena bandara-bandara di Indonesia di-reset setiap malam (pesawat yg paling malam berangkat/tiba itu 12-1 malam, dan tidak ada lagi traffic sampai 4-5 pagi).

Ini perspektif lain soal waktu keberangkatan, tentu harus disesuaikan dengan pribadinya (orang yg bisa bangun bagi vs orang yg bangun siang, jarak tempat tinggal-bandara dst).

Poin lain: Bagasi. Apakah harga tersebut untuk lion & garuda termasuk bagasi? Tentu hal ini menjadi pertimbangan untuk orang-orang yang membawa bagasi banyak, karena kalau belum, harus menghitung biaya tambahan untuk bagasi.

Poin lain lagi: Makanan & Entertainment di atas pesawat. Lion biasa tidak menyediakan entertainment, apakah ini masalah? Begitu pula dengan kualitas makanan, tentu antara lion & garuda, makanannya berbeda.

Point lain lagi: apakah anda bersama bayi atau anak-anak? Garuda biasanya menyediakan paket bayi yg lebih lengkap (makanan bayi misalnya).

Tentu saja balik lagi, tidak semua info yang saya sampaikan penting (dan penting di sini bagi tiap orang berbeda-beda).
Inos mengatakan…
Harga, kualitas, risiko. Mantull pak teguh. Terus berkarya dan mengedukasi masyarakat.

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?