Surya Toto Indonesia (TOTO)
Saham PT Surya Toto
Indonesia, Tbk (TOTO) mungkin tidak termasuk saham yang diminati oleh para pelaku
pasar karena likuiditasnya yang seret, namun nama perusahaan terbilang populer sebagai
produsen barang-barang sanitary seperti toilet, bak kamar mandi,
wastafel, dan semacamnya, sementara merk ‘Toto’ sendiri sudah seperti jaminan
mutu untuk produk-produk yang berhubungan dengan kamar kecil. Perusahaan dengan
intangiable asset berupa strong power of brand seperti TOTO ini
biasanya cocok untuk investasi jangka panjang. Jadi ketika dalam tiga tahun terakhir sahamnya malah terus
saja turun dari 700-an hingga Agustus 2018 kemarin mentok di 264, maka penulis jadi
penasaran: Apa yang salah?
Sejarah TOTO dimulai
pada pada tahun 1968 ketika perusahaan, yang ketika itu masih bernama CV Surya,
menjadi agen penjualan resmi untuk produk-produk sanitasi milik Toto Limited Japan (TLJ), yang
merupakan produsen sanitary wares kelas dunia asal Jepang, di Indonesia.
Pada tahun 1977, TOTO memperoleh lisensi dari TLJ untuk membuat produk sanitasi-nya
sendiri dengan tetap menggunakan merk ‘Toto’, dan nama perusahaan berubah
menjadi PT Surya Toto Indonesia. Pabrik pertama perusahaan, yang merupakan
hasil joint venture antara TOTO dan TLJ, berdiri pada tahun 1978 dengan
65 orang karyawan. Hanya dua tahun kemudian yakni di tahun 1980, TOTO sudah
mampu mengekspor produknya ke mancanegara. Tahun 1985, TOTO membangun satu lagi
pabrik yang khusus memproduksi barang-barang fitting seperti keran air
dan shower. Dan pada tahun 2006, TOTO membangun pabrik ketiganya yang
memproduksi perlengkapan dapur dan produk kebutuhan rumah tangga, sekaligus
merupakan upaya perusahaan untuk melakukan diversifikasi usaha. Ketiga pabrik milik
TOTO kesemuanya berlokasi di Tangerang, Banten.
Nah, entah karena
pengaruh dari TLJ sebagai salah satu pemegang saham perusahaan (saat ini TLJ
masih memegang 37.9% saham TOTO), atau karena faktor lainnya, namun manajemen
TOTO ini type tradisional: Bikin produk lalu jual, gak mengambil utang yang
berlebihan, dan selama ini perusahaan hampir gak melakukan ekspansi apapun
kecuali terus mengembangkan jenis produk-produknya. Termasuk untuk pabrik yang
memproduksi perlengkapan dapur, hingga Kuartal II 2018 kemarin kontribusinya
masih kecil, yakni kurang dari 5% dari total pendapatan perusahaan. Sebenarnya
di tahun 2018 ini TOTO sudah selesai membangun pabrik keempatnya yang berlokasi
di Surabaya, yang juga memproduksi barang-barang sanitasi, tapi kita belum tahu
seberapa besar nanti kontribusinya terhadap pendapatan perusahaan.
Kemudian terkait
kinerja perusahaan, lesunya industri properti sejak tahun 2013 menyebabkan
pendapatan TOTO menjadi stagnan, dan laba perusahaan sempat turun signifkan pada
tahun 2016 (meski di tahun 2017-nya naik lagi, tapi angkanya masih lebih rendah
dibanding laba tahun 2014 dan 2015). Namun sejak tahun 2017 lalu manajemen TOTO
sudah memprediksi bahwa, dengan mempertimbangkan penjualan apartemen serta
rumah untuk kelas menengah yang ketika itu sudah mulai naik lagi, maka pendapatan
dan laba perusahaan di tahun 2018 ini berpeluang untuk meningkat. Dan memang, hingga
Kuartal II 2018, TOTO membukukan laba bersih Rp145 milyar, naik 32.1% dibanding
periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp109 milyar, dan terdapat peluang bahwa
laba TOTO di tahun 2018 ini akan tumbuh signifikan untuk pertama kalinya sejak
tahun 2013 lalu (antara tahun 2013 – 2017, laba tertinggi TOTO adalah Rp295
milyar di tahun 2014, sedangkan untuk tahun ini perusahaan berpeluang
membukukan laba diatas Rp300 milyar). Jika proyeksi ini benar adanya, maka TOTO
menawarkan handsome profit jika kita bisa hold sahamnya
katakanlah selama 2 – 3 tahun kedepan.
Lalu bagaimana
sahamnya? Jika benar bahwa TOTO ini bagus, maka kenapa sejak November 2015 lalu
sahamnya turun terus?
Untuk menjawab
pertanyaan diatas maka pertama-tama kita lihat valuasi sahamnya dulu: Lima tahun
yang lalu, yakni pada Oktober 2013, saham TOTO berada pada level 380, dimana berdasarkan
jumlah sahamnya ketika itu (9.9 juta lembar, sudah disesuaikan dengan
stocksplit) dan juga nilai ekuitas perusahaan (Rp1,036 milyar), maka PBV-nya adalah 3.6 kali. Dengan
mempertimbangkan ROE-nya ketika itu yang sangat bagus yakni 22%, sedangkan merk
TOTO juga sangat populer sebagai merk toilet dll, tapi disisi lain sahamnya gak
likuid (hanya 7% saham TOTO yang dimiliki investor publik), maka PBV segitu
terbilang wajar: Nggak murah, tapi juga gak bisa disebut mahal. Tapi yang jelas
karena TOTO sebelumnya sudah naik cukup banyak dimana pada tahun 2010, atau 3
tahun sebelumnya, saham TOTO masih berada di level 100-an, maka normalnya dia
gak akan naik lebih lanjut alias ‘istirahat’ dulu, setidaknya sampai beberapa
tahun berikutnya.
Namun setelah
perusahaan secara mengejutkan membukukan laba Rp296 milyar di tahun 2014, atau
naik signifikan dibanding Rp236 milyar di tahun 2013 (mengejutkan, karena di
tahun 2014 itu sebenernya sektor properti mulai lesu), dan ROE TOTO juga
melonjak ke level 26%, maka jadilah investor berebut sahamnya, dan alhasil TOTO
lanjut naik hingga sempat menyentuh 715 di bulan November 2015. Pada titik ini
valuasi sahamnya sudah overvalue (PBV
5 – 6 kali), sehingga selanjutnya bisa ditebak: Jika kemudian laba TOTO
turun sedikit saja, maka sahamnya bakal gampang banget turunnya. And indeed,
di tahun 2015 tersebut laba perusahaan turun menjadi Rp285 milyar, dan berlanjut
menjadi hanya Rp169 milyar di tahun 2016. Alhasil sahamnya terus saja turun
hingga akhirnya mentok di 264, Agustus 2018 lalu.
Tapi menariknya,
setelah mentok di 264 di bulan Agustus tersebut, TOTO kemudian dengan cepat
naik lagi, dan sekarang sudah di level 328. Apa penyebabnya? Well, pertama-tama
itu mungkin karena investor menyadari bahwa di tahun 2018 ini, kinerja
perusahaan mulai naik signifikan lagi, dan yang terpenting valuasi TOTO juga sudah mulai wajar lagi, atau bahkan undervalue.
Yup, pada harga terendahnya kemarin yakni 264, maka PBV dan PER TOTO tercatat
hanya 1.5 dan 9.4 kali, relatif
murah jika mempertimbangkan kekuatan merk ‘Toto’ yang dimiliki perusahaan,
sementara kinerja perusahaan sendiri memang mulai tumbuh lagi. Posisi saham
TOTO pada hari ini juga tidak jauh berbeda dengan lima tahun lalu, yang artinya
ketika diatas penulis mengatakan bahwa ‘TOTO ini normalnya bakal istirahat dulu
sampai beberapa tahun kedepan’, maka statement itu benar adanya. Tapi karena
dalam 5 tahun terakhir ini TOTO sudah melewati masa-masa ‘istirahat’-nya, maka artinya
dalam 5 tahun berikutnya sahamnya berpeluang untuk melaju lagi, tentunya dengan
asumsi bahwa kinerja bagusnya di tahun 2018 ini akan berlanjut di tahun-tahun
berikutnya.
Kesimpulannya, jika
anda sedang mencari saham untuk investasi jangka panjang yang aman/tidak
terlalu dipengaruhi oleh naik turunnya IHSG, termasuk menginginkan ‘bonus’
dividen yang lumayan, maka TOTO ini bisa dipertimbangkan (TOTO membagikan
sekitar 40 – 50% laba bersih tahunannya sebagai dividen), terutama karena
kenaikannya dalam dua bulan terakhir adalah juga mengkonfirmasi bahwa long
term downtrend-nya sudah berakhir, dimana dengan asumsi bahwa perusahaan mampu
mempertahankan kenaikan labanya, maka no way sahamnya bakal mencetak new
low lagi. Disisi lain, PBV TOTO pada harga 328 sudah 1.9 kali, alias gak semurah
kemarin ketika dia masih di 264, dan kalau ada saham sudah naik lebih dari 30%
dalam waktu kurang dari 3 bulan, maka biasanya akan ada cooling down-nya.
Jadi untuk mengurangi risiko maka anda bisa membeli sahamnya secara menyicil
dengan membagi dana anda menjadi tiga
bagian, dimana bagian pertama bisa langsung dipake untuk beli TOTO di harga
sekarang, sedangkan bagian kedua adalah untuk average down jika nanti sahamnya
melandai ke kisaran 290 – 300.
Dan bagian ketiga
adalah untuk nanti beli lagi pada sekitar awal tahun 2019, yakni jika
perusahaan confirm tetap membukukan kenaikan laba yang signifikan, dan
selanjutnya ya sudah hold saja terus. Semoga beruntung!
Untuk minggu depan
kita akan bahas prospek IPO Duck King.
Buletin Analisis IHSG & stockpick saham
bulanan edisi Oktober 2018 sudah terbit! Anda bisa
langsung memperolehnya
disini, gratis konsultasi tanya jawab saham untuk member.
Follow/lihat foto-foto penulis di Instagram, klik 'View on Instagram' dibawah ini:
Komentar
mohon diulas juga JRPT Pak, bagaimana prospek kedepan kelihatanya di harga sekarang valuasinya juga menarik