'Hoax Analysis' in The Stock Market

Pagi ini, sekitar pukul 08.00 WIB, penulis menerima pesan Whatsapp (WA) dari seorang kerabat, yang ternyata merupakan pesan terusan dari sebuah grup, dengan isi sebagai berikut: ‘Hati-hati warga Bandung dan sekitarnya yang sedang berada di Jakarta atau menuju Jakarta menggunakan mobil dengan plat D. Saat ini di semua ruas tol Jakarta – Bandung sedang ada sweeping plat D oleh suporter Persija.’

‘Hal ini karena kejadian 1 orang suporter Persija meninggal dunia, saat pertandingan Persib vs Persija kemarin’. Pesan berantai tersebut disertai juga dengan foto buram sebuah ruas jalan tol yang dipenuhi orang-orang yang mengenakan kaos oranye khas Persija, seolah-olah menjadi ‘bukti’ bahwa memang benar ada sweeping tersebut (tapi jelas kelihatan bahwa itu foto editan). Kebetulan mobil penulis memang plat D, sedangkan saya bekerja dan beraktivitas di Jakarta, sehingga mungkin kerabat penulis tadi jadi khawatir dan karena itulah ia kemudian mem-forward pesan WA tersebut. Penasaran, penulis langsung cek di mbah google, dan memang ternyata benar bahwa pada hari Minggu kemarin, terjadi peristiwa pengeroyokan oleh oknum supporter Persib terhadap satu orang suporter Persija diluar stadion GBLA, Bandung, yang mengakibatkan tewasnya suporter Persija tersebut.

Sumber ilustrasi: Indosport.com

Tapi apakah benar bahwa terjadi sweeping? Ternyata tidak, bahkan pihak Jakmania sudah menyebut bahwa itu hoax, termasuk gambar-gambar yang beredar juga hoax. Nevertheless, berita sweeping plat D tersebut sudah terlanjur menyebar, termasuk mungkin anda yang tinggal di Bandung juga menerima pesan berantai yang sama. Thus, besar kemungkinan karena adanya pesan berantai tersebut, maka ada banyak warga Bandung yang tadinya berniat ke Jakarta untuk bekerja atau keperluan lainnya tapi nggak jadi, atau sebaliknya, ada warga Jakarta yang membatalkan trip-nya ke Bandung karena khawatir pendukung Persib melakukan sweeping yang sama.

Namun dari sini kita bisa lihat bahwa ketika terjadi satu peristiwa penting tertentu yang ramai dibicarakan orang, maka biasanya akan muncul berita atau info lanjutan tentang satu atau beberapa peristiwa yang terkait dengan peristiwa pertama tadi, tak peduli meski peristiwa lanjutan tersebut sebenarnya tidak terjadi, atau terjadi namun tidak se-menakutkan seperti yang diinformasikan. Tapi apapun itu, informasi-informasi seperti ini akan langsung menimbulkan kekhawatiran, dan itu pada akhirnya mengganggu aktivitas ekonomi sekelompok masyarakat. Contohnya, jika ada pengusaha warga Bandung yang berniat ke Jakarta untuk keperluan usaha tertentu, tapi karena pesan terusan ini maka ia membatalkan rencananya tersebut, dan otomatis usahanya gagal. Dalam hal ini bukan peristiwa sweeping plat D-nya yang menggagalkan rencana si pengusaha tadi (karena nyatanya tidak ada sweeping tersebut, atau kalaupun ada maka bukan ‘di semua ruas jalan tol’ seperti yang disebutkan di pesannya), melainkan justru karena munculnya berita sweeping itu sendiri.

Lalu bagaimana bisa pesan berantai tentang sweeping itu muncul? Dari mana asalnya?

Mengenal Pola ‘Sebab – Akibat’

Secara psikologis, otak manusia selalu berpikir berdasarkan pola sebab – akibat. Contohnya, kalau misalnya terjadi peristiwa kecelakaan bus di jalan raya, maka yang pertama kali diinvestigasi oleh polisi adalah apa penyebabnya, apakah ban meletus, supir mengantuk, atau lainnya. Demikian pula setelah peristiwa kecelakaan itu terjadi, maka hampir semua orang bisa berasumsi bahwa biasanya setelah itu akan terjadi peristiwa-peristiwa lanjutan yang merupakan akibat, misalnya si pengemudi ditahan sebagai tersangka, ada keluarga yang kehilangan anggota keluarganya, dan izin trayek bus tadi bakal dicabut.

Jadi ketika seseorang mengetahui, melihat, atau mendengar kejadian atau peristiwa tertentu, maka ia akan langsung berasumsi tentang peristiwa apa yang kemungkinan bakal terjadi setelah peristiwa tersebut. Thus, adalah normal jika setelah peristiwa meninggalnya pendukung Persija diatas (sebab), tak lama kemudian timbul kekhawatiran bakal terjadi sweeping mobil plat D di Jakarta (akibat), karena hal ini pernah terjadi sebelumnya. Masalahnya adalah, keberadaan media sosial dimana orang-orang sangat mudah bertukar informasi dan cerita, menyebabkan kekhawatiran bahwa akan terjadi sweeping tersebut dengan cepat berpindah dari satu ponsel ke ponsel lainnya, dan kemudian ‘berevolusi’ menjadi informasi bahwa sweeping itu benar-benar terjadi! Padahal, sekali lagi, tidak ada sweeping apapun, melainkan itu hanya kekhawatiran saja.

Lalu apa hubungannya semua ini dengan pasar saham? Well, peristiwa menyebarnya berita ‘sweeping mobil plat D’ diatas merupakan contoh riil dari apa yang terjadi setiap hari di pasar saham. You see, disini kita setiap hari disuguhi oleh berita tentang peristiwa ini itu, mulai dari perang dagang, kenaikan Fed Rate, melemahnya Rupiah, defisit neraca ekspor bla bla bla bla. Bahkan dalam kondisi dimana tidak ada peristiwa penting apapun di pasar, maka tetap saja nongol berita berjudul ‘IHSG Jeblok, Ini Penyebabnya’, atau semacamnya.

Nah, sampai titik ini, semuanya masih no problemo. Tapi ketika wartawan mulai kejar setoran dengan menulis banyak artikel berita tentang peristiwa-peristiwa ini itu yang merupakan akibat dari peristiwa sebelumnya, termasuk si investor sendiri menulis ini itu di medsos bahwa dia khawatir suatu peristiwa akan menyebabkan bla bla bla, maka disinilah dampak negatifnya mulai terasa. Contohnya, kita tahu bahwa Rupiah tengah melemah hingga kemarin sempat menyentuh Rp15,000 per USD, dan itu adalah peristiwa yang benar terjadi. However, berita-berita yang kemudian muncul, bahkan jika dibaca dari judulnya saja, lebih merupakan asumsi atas ‘peristiwa lanjutan yang mungkin akan terjadi’ setelah Rupiah melemah, jadi bukan karena peristiwa lanjutan itu benar-benar terjadi. Tapi bahkan itu saja sudah cukup membuat investor menjadi kalang kabut, termasuk malah cut loss justru ketika ia seharusnya beli saham bagus di harga terbaik (jadi seperti ilustrasi pengusaha asal Bandung diatas, yang gagal melakukan deal bisnis di Jakarta cuma karena adanya isu sweeping plat D). Contohnya, anda pasti sering baca berita dengan judul panjang seperti ini: ‘Rupiah Anjlok, Indonesia Dikhawatirkan Krisis Finansial’, ‘Inilah Daftar Emiten yang Ditengarai Terimbas Amukan Dollar’, ‘Pelemahan Rupiah Diprediksi Mengganggu Industri’, dst. Tapi setelah baca beritanya, ternyata isinya cuma hasil wawancara wartawan dengan seorang pengamat yang entah dari mana asalnya, atau kadang malah tidak lebih dari cuplikan statement seorang tokoh tertentu di akun instagram-nya (berita macam apa ini??). Jadi sekali lagi, bukan merupakan informasi tentang peristiwa ‘krisis’ atau apapun itu yang bener-benar terjadi.

Catatan: Karena cara kerja media yang seperti ini pula, belakangan ini saya jadi males kalo di-wawancara sama jurnalis media online, kecuali jika wawancaranya adalah terkait analisa mendalam sebuah perusahaan/bukan untuk mengomentari peristiwa ini itu.

Cara Investor Menyaring Informasi

Lalu bagaimana cara kita menyikapi hal ini? Nah, penulis sudah banyak menulis di blog ini bahwa kita sebagai investor harus bisa menyaring informasi dan pemberitaan, dan jangan sampai berita yang kita baca justru menyebabkan kita sell ketika seharusnya buy (atau sebaliknya, menyebabkan kita buy saham yang harganya sudah naik tinggi). Dan salah satu cara untuk menyaring informasi tersebut adalah dengan memahami psikologis sebab – akibat tadi. Yup, ketika anda mendengar info tentang peristiwa tertentu, maka coba cari tahu dulu, peristiwa apa yang sejak awal menyebabkan munculnya peristiwa yang diberitakan tersebut. Seperti penulis tadi, yang ketika mendengar isu bahwa terjadi sweeping plat D, maka yang saya cari tahu pertama kali adalah apa penyebab munculnya isu tersebut (yang ternyata karena meninggalnya seorang pendukung Persija). Setelah mengerti penyebabnya, barulah kemudian saya bisa menganalisa terkait apakah berita sweeping itu beneran adanya, ataukah cuma kekhawatiran atau rumor yang nanti juga akan langsung dilupakan orang. Dalam banyak kasus, seringkali berita-berita tertentu tentang suatu saham ternyata hanya berupa kekhawatiran atas kemungkinan imbas, dampak, atau akibat (anda boleh ingat 3 kata tersebut baik-baik) dari peristiwa lain yang terjadi sebelumnya.

Jika disingkat, ketika anda membaca berita tertentu maka coba cek dulu, apa latar belakang peristiwa hingga kemudian muncul berita tersebut. Ini mungkin akan sulit untuk dilakukan pada awalnya, karena seperti jika kita menonton film drama, kadang-kadang kita bisa hanyut oleh jalan cerita film tersebut, hingga lupa menyadari bahwa tangisan si aktor itu cuma akting. Tapi jika anda bisa melakukannya, maka anda tidak akan lagi terjebak dalam situasi dimana anda jual saham ketika seharusnya beli. Untuk contoh-contoh aplikasi dari ‘analisa sebab – akibat’ ini, maka anda boleh baca-baca artikel lama di blog ini yang membahas peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi di pasar (misalnya dua bulan lalu kita membahas soal Krisis Turki, yang ternyata cuma kekhawatiran karena imbas pelemahan Turkish Lira).

Kemudian, kita juga harus mengerti bahwa meskipun kita bisa memahami bahwa berita tertentu itu cuma rumor, atau cuma kekhawatiran, tapi orang lain tidak bisa melihat sejauh itu. Atau dengan kata lain, meskipun kita tahu bahwa sentimen negatif terkait saham A itu cuma rumor, tapi saham A tetap akan turun. Tapi jika kita kemudian bisa melihat bahwa penurunan itu hanya disebabkan oleh sentimen sesaat, dan bukan karena terjadi perubahan fundamental terhadap emiten yang bersangkutan, maka kita akan tetap bersikap tenang, dan menunggu saja sampai sentimen negatif tadi menguap dengan sendirinya (because, in the end, pasar akan balik lagi ke faktor fundamental).

Btw Pak Teguh, kenapa kok judul artikel kali ini gak nyambung sama isinya? Well, ini sekalian menjadi contoh bahwa ada buanyak orang diluar sana yang dengan sengaja membuat judul yang se-menarik mungkin dari sebuah tulisan (agar mendorong orang untuk membaca tulisan tersebut), tak peduli meski judulnya jaka sembung bawa golok, dan nyatanya orang-orang lebih seneng baca judulnya saja ketimbang isinya, sehingga informasi yang ia peroleh juga menjadi sangat misleading. Anyway, setelah membaca artikel diatas, maka anda tentu sudah memperoleh pesannya.

Buletin Analisa IHSG & Stockpick saham bulanan edisi Oktober 2018 sudah terbit! Anda bisa memperolehnya disini, gratis konsultasi saham untuk member.

Follow/lihat foto-foto penulis di Instagram, klik 'View on Instagram' dibawah ini: Instagram

Komentar

Anonim mengatakan…
Sangat menginspirasi Pak Teguh, terima kasih untuk tetap mengasuh dan menulis di web ini, sangat membantu kami para pemula
Anonim mengatakan…
seperti biasa, tulisan yang sangat menginspirasi, karenanya saya gak segan untuk mempopulerkan situs ini ke forum-forum saham yang saya ikuti. sukses selalu mas Teguh !
Untouchable Investor mengatakan…
saya biasanya males baca koran jadi baca sekilas judul judulnya aja, apakah saya salah pak?

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?