Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA)
Sepanjang akhir pekan
kemarin gak ada pemberitaan yang lebih heboh di bursa selain cerita tentang Tiga
Pilar Sejahtera Food (AISA), dimana perusahaan dituding telah menjual
beras yang dioplos dengan beras
bersubsidi pada harga premium, sehingga dianggap merugikan masyarakat banyak,
dan itu langsung berdampak negatif bagi sahamnya: Jumat kemarin AISA ditutup auto
reject di level 1,205, dan pada Senin pagi ini, ketika artikel ini ditulis,
dia sudah turun lagi ke level 900-an. Pertanyaannya tentu, ini peluang apa
bukan??
Namun hingga pagi ini,
penulis masih mengerjakan analis lengkapnya untuk AISA ini, tentunya dari sudut
pandang value investing. Jadi untuk sekarang anda mungkin bisa menyampaikan
analisa/pendapat anda sendiri, dalam hal ini dengan menjawab pertanyaan
berikut: Bagaimana analisa anda terkait
kasus AISA? Dan apakah anda akan buy sahamnya?
Anda bisa
menyampaikannya melalui kolom komentar dibawah. Sebagai bahan tambahan analisa, boleh baca lagi dua artikel lama di blog ini tentang AISA disini, dan disini.
Pernyataan resmi dari corporate secretary AISA (sejauh ini) terkait kasusnya. |
Beberapa catatan
penting sejauh ini:
- Terkait penggerebekan pabrik berasnya, jumat kemarin, beritanya memang masih simpang siur, dimana suara-suara yang menyalahkan AISA terbilang sama kencangnya dengan yang membelanya, termasuk banyak juga yang mengkaitkan masalah ini dengan politik. However, kualitas manajemen AISA sendiri sejak awal tidak terlalu baik terutama jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan consumer goods lain, dan itu bisa dilihat dari laporan keuangannya yang sering terlambat, kegagalan investasi di Golden Plantation (GOLL) yang berujung pada fluktuasi sahamnya yang ekstrim, sekitar dua tahun lalu, hingga jarang bagi dividen. Kinerja riil AISA, baik itu secara historis maupun terbaru, juga tidak sebagus katakanlah ICBP, KLBF, atau ROTI, padahal produknya merupakan bahan makanan pokok masyarakat.
- Disisi lain Pemerintah juga baru saja menetapkan harga eceran tertinggi (HET) untuk beras, baik itu beras biasa maupun beras premium, pada level Rp9,000 per kg, atau jauh dibawah harga jual beras milik PT Indo Beras Unggul, anak usaha AISA, yang mencapai Rp20,000 per kg. Dengan kata lain kalaupun AISA pada akhirnya dinyatakan tidak bersalah atas kasusnya, tapi jika peraturan Pemerintah diatas tidak diperbaharui, maka perusahaan kedepannya tetap akan rugi besar.
- Kalo dari sisi valuasi sahamnya, maka PBV AISA yang kurang dari 1 kali (cuma 0.7 kali pada harga 900-an) tentu saja terbilang atraktif untuk saham yang, terlepas dari kasusnya diatas, merupakan salah satu saham consumer paling populer di bursa. Jadi dalam jangka panjang, tentunya dengan asumsi perusahaan mampu melewati kasusnya ini dengan baik, termasuk mampu menemukan solusi terkait penetapan HET diatas, maka bisa jadi ini merupakan big opportunity.
Buku Kumpulan Analisis Saham-saham pilihan edisi Kuartal II 2017 (‘Ebook Kuartalan’)
akan terbit hari Senin, 7 Agustus
mendatang. Anda bisa memperolehnya
disini.
Komentar
Ntar AISA ini malah makin anjlok juga
kapan lagi ada momentum seperti ini?