Prospek Batubara: Update Kuartal I 2017
Salah satu sektor yang
penulis prediksi, atau lebih tepatnya penulis harap bakal hot tahun 2017
ini adalah sektor komoditas, tepatnya batubara, dan terkait hal ini sudah
penulis bahas berkali-kali di banyak artikel di blog ini sejak September –
Oktober tahun 2016 lalu. Kabar baiknya, berdasarkan kinerja terbaru untuk
periode Kuartal I 2017 dari emiten Grup Astra yang bergerak di bidang batubara,
yakni United Tractors (UNTR) (laporan keuangannya baru keluar kemarin banget),
maka sepertinya harapan tersebut menjadi kenyataan, karena UNTR membukukan
kenaikan laba bersih hingga lebih dari dua kali lipat dibanding periode yang
sama tahun 2016.
Nah, jika anda sudah
cukup lama di pasar modal, maka anda akan hafal bahwa kinerja dari anak-anak
usaha Grup Astra biasanya mencerminkan kinerja sektornya secara umum, karena
mereka adalah type manajemen yang running their business as it is alias
gak pernah berbuat aneh-aneh, dan alhasil kinerja mereka senantiasa naik dan
turun seiring dengan laju pertumbuhan industrinya (termasuk kinerja perusahaan
induknya, yakni Astra International, akan mengikuti perkembangan ekonomi
makro). Jadi kalau kita menggali lebih dalam lagi ke kinerja terbaru dari UNTR baik
itu secara finansial maupun operasional, maka kita akan memperoleh update dari
kinerja sektor batubara itu sendiri. Okay, here we go!
UNTR membukukan laba
bersih Rp1.5 trilyun pada Kuartal I 2017, naik 105.5% dibanding tahun 2016. Terdapat
setidaknya tiga poin yang penulis perhatikan dari kinerja UNTR. Pertama,
pendapatan perusahaan naik signifikan (27.9%) dari Rp10.7 menjadi 13.7 trilyun,
demikian pula laba bruto, laba operasional, hingga laba bersihnya semuanya naik
signifikan. UNTR memiliki empat lini bisnis yakni penjualan alat-alat berat,
kontraktor tambang batubara, penjualan batubara, dan konstruksi melalui anak
usahanya, Acset Indonusa (ACST). Dan coba tebak lini bisnis mana yang
pertumbuhannya paling tinggi? Benar sekali: Penjualan batubara, yang naik 62%,
disusul penjualan alat-alat berat 42%, kontraktor batubara 13%, dan konstruksi 11%.
Kenaikan nilai penjualan batubara berasal dari kenaikan volume produksi plus
kenaikan harga jual dari batubara itu sendiri, sedangkan peningkatan penjualan
alat-alat berat berasal dari meningkatnya permintaan di sektor tambang.
Sepanjang tahun 2016, UNTR menjual total 2,181 unit alat berat Komatsu, yang
didominasi oleh alat berat untuk konstruksi sebanyak 46%. Namun pada Kuartal I
2017 saja, perusahaan sudah menjual 847 unit Komatsu, dan kali ini didominasi
alat berat untuk tambang sebanyak 41%.
Sementara
untuk bisnis kontraktor tambang, penulis gak ngerti kenapa kenaikannya gak
sesignifikan penjualan batubara dan alat-alat berat, tapi itu mungkin karena
belum dapet gilirannya untuk naik kenceng saja, mengingat untuk usaha kontraktor tambang, UNTR
baru bisa membukukan/mengakui pendapatan setelah pekerjaan menggali batubaranya
selesai dilakukan, jadi bukan ketika mereka memperoleh kontraknya. Anyway,
seperti unit-unit bisnis lainnya, pendapatan UNTR dari segmen mining service
juga tetap bertumbuh.
Kedua,
nilai utang usaha UNTR dari pihak ketiga naik signifikan dari Rp14.0 menjadi 17.3
trilyun di Kuartal I 2017, dan kenaikan tersebut terutama berasal dari kenaikan
utang perusahaan ke Grup Komatsu (jadi UNTR ngambil unit-unit alat berat
Komatsu, tapi bayarnya belakangan), dan juga kenaikan utang pembiayaan. Hal ini
menunjukkan bahwa UNTR cukup optimis untuk menjual lebih banyak alat-alat berat
sepanjang tahun 2017 ini, baik itu kepada pembeli yang membeli secara tunai
maupun kredit. Dan ketiga, pada awal tahun 2017, UNTR melalui Pamapersada
mengambil utang bank jangka panjang dan jangka pendek senilai total US$ 247
juta untuk keperluan modal kerja, dimana UNTR sebelumnya belum punya utang
jangka panjang seperti itu. Nah, menurut anda kenapa UNTR berani ngambil utang
long term buat ngemodalin usaha kontraktor tambangnya, kalau bukan karena Pamapersada
mulai dapet banyak kerjaan buat gali batubara lagi? Peningkatan utang itu juga tidak berdampak buruk terhadap neraca UNTR, karena sejak awal posisi ekuitas perusahaan jauh lebih besar dibanding total kewajibannya.
Kesimpulannya,
everything seems good, namun tentu kita juga perlu meng-compile data dan
informasi dari perusahaan batubara yang lainnya lagi agar dapat kesimpulan yang
lebih valid. However, hingga ketika artikel ini ditulis, baru UNTR saja yang
sudah merilis LK untuk Kuartal I 2017, sementara yang lainnya mungkin masih
harus menunggu sampai maksimal tanggal 30 April nanti.
Tapi kita
mungkin bisa pakai data berikut: Seperti yang kita ketahui, Bumi Resources
(BUMI) akan menggelar right issue dalam waktu dekat, dan perusahaan kemarin
sudah merilis prospektusnya. Nah, prospektus ini menarik untuk dipelajari,
karena kalau anda ingat-ingat lagi, BUMI juga pernah melakukan right issue pada
tahun 2014 lalu (ketika itu juga ada prospektusnya), yakni ketika perlambatan
di industri batubara masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Jadi
anda mengerti maksud penulis bukan? Yup, berdasarkan kedua prospektus diatas,
kita bisa membandingkan pandangan manajemen BUMI terhadap prospek atau outlook
batubara pada tahun 2017 ini, dibandingkan dengan pandangan mereka di tahun
2014 lalu.
Okay,
kita mulai dari ulasan BUMI di tahun 2014. Secara umum, manajemen ketika itu
hanya mengatakan bahwa kebutuhan energi global dalam jangka panjang tetap akan
bertumbuh, dan batubara tetap akan menempati posisi kedua sebagai sumber energi
utama (setelah minyak). Ditambah dengan adanya proyeksi peningkatan konsumsi
batubara di dalam negeri seiring dengan progress pembangunan PLTU 10,000 MW,
maka dalam jangka menengah hingga
panjang, permintaan batubara diprediksi akan kembali meningkat, dan
harganya akan kembali naik.
Yang
perlu dicatat disini adalah, ketika perusahaan menyebut ‘jangka menengah’ atau
‘jangka panjang’, maka itu maksudnya dalam waktu 5 tahun atau lebih lama lagi
(dihitung dari tahun 2014), dan pernyataan itu bisa juga dibaca sebagai ‘Dalam jangka pendek, harga
batubara mungkin belum akan naik dulu’. Juga, ketika manajemen menyebutkan bahwa ‘harga batubara pada akhirnya akan kembali naik’, tapi
tidak disebutkan/tidak ada proyeksi bahwa harganya akan naik sampai berapa.
Lalu
bagaimana dengan tahun 2017 ini? Well, secara umum bahasa prospeknya masih
belum begitu optimis, karena masih ada kalimat seperti ‘kebijakan Pemerintah
sangat mempengaruhi industri batubara nasional’, yang artinya pihak perusahaan
menganggap bahwa outlook batubara bisa suram, tapi bisa juga cerah, tergantung
dari kebijakan Pemerintah. However, untuk harga jual batubara itu sendiri,
manajemen sudah
cukup pede untuk secara spesifik menyebut berapa perkiraan harga batubara untuk tahun 2017 ini,
yakni US$ 60 – 70 per ton, atau naik signifikan dibanding US$ 42 per
ton pada tahun 2016. Sekedar catatan, harga jual batubara milik BUMI selalu
lebih rendah dibanding harga patokan di Newcastle Australia, kurang lebih
dengan selisih US$ 10 – 15 per ton. Namun jika harga batubara Newcastle naik, maka demikian pula
harga batubara BUMI ikut naik. Karena harga batubara Newcastle terakhir mulai
stabil di level US$ 85 – 90 per ton, maka perkiraan harga US$ 60 – 70 per ton
diatas menjadi masuk akal.
Jadi yap,
jika pertanyaan ‘Bagaimana outlook batubara untuk tahun 2017 ini?’ dijadikan
semacam Pilkada dengan hanya dua pilihan jawaban yakni ‘Cerah’ atau ‘Masih
Suram’, maka hasil analisa quick count sementara menunjukkan bahwa
sepertinya jawaban ‘Cerah’ yang bakal menang. Memang, untuk menganalisis outlook batubara secara lebih menyeluruh
maka kita juga harus menunggu sampai tanggal 30 April nanti, yakni hingga
para emiten batubara merilis laporan keuangannya masing-masing. Tapi karena kalau di Pilkada
hasil quick count biasanya tidak akan jauh berbeda dengan hasil real
count-nya nanti, maka mudah-mudahan analisa diatas sudah bisa memberikan
sedikit gambaran.
Okay, kecuali ada isu lain
yang lebih menarik, untuk minggu depan kita akan bahas sedikit soal
hasil Pilkada DKI, serta bagaimana pengaruhnya terhadap pasar saham dan IHSG.
Buku Kumpulan Analisis Saham-saham Pilihan Edisi
Kuartal I 2017 Akan Terbit Hari Senin, 8 Mei 2017. Anda Bisa Memperolehnya
Disini.
Follow/lihat foto-foto penulis di Instagram, klik 'View on Instagram' dibawah ini:
Komentar
Luar biasa