Kemana Arah IHSG di Tahun 2017??
Hingga Senin, 9 Januari
kemarin, perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) terbilang sepi dengan
nilai transaksi rata-rata hanya Rp5.25 trilyun per hari sejak awal tahun, atau
jauh dibawah biasanya yang mencapai Rp6 – 7 trilyun per hari, itupun karena
ditopang oleh peningkatan nilai transaksi yang sangat signifikan dari dua saham
yang sebelumnya sepi-sepi saja, yakni Bumi
Resources (BUMI) dan Bumi Resources Minerals (BRMS), yang total nilai
transaksi keduanya mencapai lebih dari Rp500 milyar atau 10% dari seluruh nilai
transaksi di bursa setiap harinya. Kondisi ini mungkin menimbulkan pertanyaan:
Ada apa ini sebenarnya? Bukannya pasar saham itu biasanya rame kalo awal tahun?
Lalu bagaimana kira-kira pergerakan IHSG untuk tahun 2017 ini? Okay, kita
langsung saja.
Bagi anda yang bingung
dengan sepinya pasar dan arah IHSG sepanjang awal tahun 2017 ini, maka ingat
ini: Dalam jangka menengah dan panjang, pergerakan IHSG dan saham-saham
didalamnya akan dipengaruhi oleh kualitas kinerja para emiten dan juga
fundamental ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Sementara dalam jangka
pendek, dalam hal ini tiga bulan atau kurang, maka pergerakan IHSG akan
dipengaruhi oleh pemberitaan/sentimen
yang beredar. Jika sentimennya positif maka IHSG akan naik, tapi jika jelek
maka IHSG akan turun.
Tapi jika tidak ada
sentimen apapun seperti sekarang ini, bagaimana? Ya IHSG gak akan kemana-mana,
alias gak naik tapi juga gak turun, sementara nilai transaksi perdagangan saham
juga akan sepi karena orang-orang yang megang barang nggak jualan, dan
sebaliknya mereka yang masih megang cash juga masih wait n see alias gak mau
buru-buru masuk. Dan IHSG sendiri ketika artikel ini ditulis masih bertahan di
5,300-an, atau relatif belum kemana-mana lagi sejak Agustus 2016 lalu. Berbagai
pemberitaan yang beredar juga lebih banyak yang
bermuatan politik (termasuk kemarin rame lelucon ‘Fitsa Hats’) ketimbang ekonomi,
sehingga news terkait pembangunan infrastruktur dll masih belum mendapat
tempat di media, setidaknya hingga saat ini.
Itu pertama terkait minimnya
sentimen. Yang kedua, berdasarkan pengalaman, terlepas dari apakah IHSG akan
naik atau turun berapa persen pada tahun tertentu, namun para pelaku pasar
biasanya hanya akan bersemangat melakukan aktivitas investasi/trading saham
pada awal tahun jika IHSG mengalami kenaikan yang signifikan di tahun
sebelumnya, dan secara psikologis itu bisa dijelaskan: Kalau di tahun 2016
kemarin anda cuan gede, maka anda tentu akan bersemangat untuk meraup cuan yang
lebih besar lagi di tahun 2017 ini.
Tapi kalau anda di
tahun kemarin nyangkut dimana-mana, gimana tuh? Ya tentu saja jadinya bakal
kurang bersemangat untuk belanja. Emangnya mau belanja apaan? Lha wong duitnya
masih nyangkut kok.. Sebenarnya IHSG sepanjang tahun 2016 kemarin membukukan return
yang lumayan, yakni 15.3%, tapi sayangnya mayoritas investor kemungkinan hanya menghasilkan
profit yang lebih rendah dari itu, karena mereka baru masuk pada pertengahan
tahun ketika IHSG sudah naik ke level 5,000-an, yakni ketika cerita tax amnesty mulai ramai dibicarakan.
Sementara pada awal tahun 2016, yakni ketika pasar masih belum sepenuhnya pulih
dari mini crash di tahun 2015 plus jatuhnya
Bursa Shanghai, belum lagi beredar sentimen negatif terkait penurunan
harga minyak hingga isu pembatasan
NIM perbankan, maka keputusan untuk masuk ke pasar akan tampak sebagai
keputusan yang ngawur, dan analisis yang menyebutkan bahwa IHSG
akan naik ke 5,000 akan dianggap sebagai analisis yang tidak masuk akal.
Intinya, meski sebagian
dari anda mungkin sukses meraup profit jumbo dari euforia
tax amnesty, kenaikan
saham-saham BUMN, hingga booming batubara,
atau memang karena anda mampu untuk masuk ke pasar sejak awal tahun 2016 alias curi start, maka kinerja sebagian besar
investor di tahun 2016 kemarin terbilang kurang bagus (itu bisa dilihat dari
kinerja reksadana yang rata-rata dibawah IHSG), dan secara psikologis itu
berpengaruh terhadap sepinya pasar di awal tahun 2017 ini, sama seperti sepinya
pasar di awal tahun 2009 lalu, yakni setelah semua orang menderita kerugian gila-gilaan
pada tahun sebelumnya alias 2008.
Menunggu Sentimen
Positif
However, kita tahu
bahwa di tahun 2009 itu pula, IHSG justru mencatat rekor dengan naik total
87.0% sepanjang tahun, yang itu berarti bahwa sepinya atau lesunya pasar di
awal tahun bukan berarti bahwa IHSG akan lesu seterusnya di tahun tersebut.
Malahan pada beberapa kasus seperti tahun 2009 dan juga 2016 kemarin, sepinya pasar
di awal tahun justru merupakan big
opportunity bagi para smart
money, yakni mereka yang mampu menganalisis lebih dalam ke
faktor-faktor fundamental ketimbang hanya memperhatikan naik turunnya IHSG,
sehingga mereka bisa masuk/belanja lebih awal ketika saham-saham masih pada
murah, dan tentunya profitnya pun lebih besar.
Lalu bagaimana untuk
awal tahun 2017 ini? Apakah sepinya pasar juga merupakan opportunity untuk curi
start, sama seperti tahun 2009 dan 2016 lalu? Bagaimana kalau untuk tahun 2017
ini ternyata pasar malah sepi untuk seterusnya, atau bahkan turun lagi? Nah,
sebenarnya ada buanyak sekali faktor yang harus dipertimbangkan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan diatas, namun untuk kali ini penulis akan mengajak anda
untuk melihat dua diantaranya saja.
Pertama, dalam sepuluh
tahun terakhir, terlepas dari bagaimana pergerakannya di awal tahun, namun IHSG
cenderung akan naik banyak pada tahun tertentu jika pada tahun sebelumnya dia
ditutup minus. Selain tahun 2009 dan 2016, IHSG juga naik lumayan banyak di
tahun 2014 (22.3%) karena pada tahun 2013-nya IHSG minus tipis 1.0%.
Berdasarkan hipotesa ini maka IHSG mungkin gak akan naik banyak di tahun 2017
ini, atau bisa saja malah turun, karena di tahun sebelumnya (2016) IHSG ditutup
naik.
Namun demikian
perhatikan: Kenaikan IHSG sepanjang 2016 kemarin hanya ditopang oleh Astra
International (ASII) dan Telkom (TLKM) alias saham-saham big caps, itupun gak
semuanya karena beberapa blue chips seperti PGAS, SMGR, BBNI, relatif belum
kemana-mana lagi (JSMR malahan turun). Sementara saham second liner-nya, yang
notabene merupakan penghuni mayoritas di bursa (saham-saham big caps/blue chips
jumlahnya cuma 20-an, sisanya ya second liner) juga cenderung belum kemana-mana, dan beberapa
diantaranya malah masih berada di posisi bottom-nya dalam lima tahun terakhir. Dan
meski saham-saham batubara mengalami kenaikan yang luar biasa sepanjang tahun
2016 lalu, tapi jangan lupa bahwa mereka sebelumnya sudah turun berkepanjangan
sejak tahun 2012 lalu, sehingga posisi mereka hingga saat ini sejatinya masih
rendah.
Pendek kata, meski
terdapat pengecualian untuk saham-saham tertentu yang naik banyak entah itu
karena dikerek (terakhir yang rame itu BJBR) atau murni karena mekanisme pasar,
namun sekarang ini sebagian besar saham
di BEI masih berada di kisaran harganya seperti awal tahun 2016 lalu,
dimana saham-saham ini sempat naik banyak ketika kemarin rame tax amnesty, tapi
kesininya mereka turun lagi. Alhasil posisi pasar sekarang ini kurang lebih
sama seperti awal tahun 2016 lalu, dan penulis bisa katakan bahwa saat ini
ada cukup banyak saham-saham yang dijual pada harga diskon! Jadi tugas kita
tinggal memilah-milahnya saja, yang mana yang berfundamental bagus dan yang
tidak.
Kemudian kedua, kalau
anda sudah cukup lama di market, maka sense alias insting anda akan terbentuk dengan baik, dan alhasil anda akan bisa merasakan kalau ada something wrong
with the market. Contohnya pada tahun 2013 lalu, kejatuhan harga
batubara dan komoditas lainnya menyebabkan perekonomian nasional, yang
sebelumnya terus tumbuh kencang, mulai tersendat-sendat, dan pada bulan
Agustus-nya penulis sudah bisa melihat hal itu akan berpengaruh negatif
terhadap IHSG, setidaknya untuk tahun 2013 tersebut (anda bisa baca lagi analisisnya
disini). Kemudian pada tahun 2015, perekonomian nasional sekali lagi berada
dalam kondisi tertekan dimana salah satunya tampak dari Rupiah yang terus saja
melemah, sehingga di bulan Maret penulis sudah bisa berkesimpulan bahwa IHSG
mungkin akan turun untuk tahun 2015 tersebut, anda bisa baca lagi analisisnya
disini. Sedikit pengingat, pada bulan Maret tersebut (dan juga bulan
April-nya), IHSG justru terus saja break new high alias mencetak rekor
kenaikan tertinggi hingga level 5,500-an. Jadi kalau anda ketika itu sekonyong-konyong
mengatakan bahwa IHSG akan crash ke 4,000-an, maka anda akan dituduh
sebagai ‘penebar kebencian’.
But later, IHSG ternyata benar-benar turun di tahun 2013,
dan juga turun sekali lagi di 2015.
Baiklah, lalu bagaimana
untuk tahun 2017 ini? Apakah juga ada something wrong? Gladly, there isn’t,
setidaknya hingga saat ini. You see, tahun 2013 IHSG turun karena ekonomi mulai
benar-benar melambat, terutama disebabkan oleh penurunan harga komoditas, dan turun sekali lagi di 2015 ketika
perlambatan tersebut (mungkin) mencapai puncaknya, dimana bisnis apapun terasa
lesu, dan Indonesia
hampir saja jatuh krisis. Memasuki 2016 ekonomi perlahan tapi pasti mulai
pulih, tapi sayangnya para emiten juga masih belum membukukan kinerja yang improve,
sehingga IHSG hanya naik secara moderat.
Kemudian pada awal tahun
2017, alias saat ini, maka entah anda menyadarinya atau tidak, tapi kondisinya
nyaris berkebalikan dengan tahun 2013 dan 2015 lalu. Coba perhatikan: Harga
komoditas mulai naik, Rupiah stabil, pertumbuhan ekonomi stabil di 5%, ekspor
impor surplus, tingkat suku bunga rendah, inflasi rendah, daaaan seterusnya..
Actually, ekonomi kita saat ini berada pada titik yang sedemikian stabilnya hingga
kenaikan harga Pertamax yang cuma Rp300 per liter, atau melonjaknya harga
cabai, itu seketika tampak sebagai peristiwa yang luar biasa! (Dan coba tebak
siapa yang salah?? Ya pemerintah lageee...). Untuk kedepannya penulis nggak tau
bakal gimana, tapi kalau melihat belanja pemerintah yang masih massive di
bidang pembangunan infra, serta kembali stabilnya harga batubara serta
CPO yang notabene merupakan tulang punggung perekonomian, maka penulis termasuk
yang optimis bahwa kondisi ini akan bertahan hingga akhir tahun 2017 nanti, dan
sudah tentu IHSG-nya juga akan bergerak di zona positif.
However, tulisan diatas
merupakan analisis untuk jangka panjang. Terus bagaimana untuk jangka
pendeknya? Sentimen apa yang nanti bakal muncul? Sebab, seperti yang sudah
disebut diatas, kalau nanti tiba-tiba saja keluar sentimen negatif tertentu
maka IHSG tetap akan drop bukan?? Demikian pula kalau gak ada sentimen apa-apa
seperti sekarang, maka pasar tetep bakal sepi, bisa-bisa malah begini terus
sampai akhir tahun?? Pak Teguh ini kenapa saham A pegangan saya kok gak mau
naik-naik juga??? Hey hey.. Sabar!
Okay, dalam waktu dekat
penulis atau siapapun tentu saja gak bisa menebak, sentimen apa yang bakal
nongol. Tapi sekarang gini deh: Kita tahu harga batubara sudah mulai naik sejak
pertengahan tahun 2016 lalu, tapi tentu itu bukan berarti perusahaan-perusahaan
batubara langsung membukukan kenaikan profit pada pertengahan tahun tersebut.
Lalu kapan PTBA dkk akan profit? Ya mulai tahun 2017 ini, mungkin pada Kuartal
I 2017 nanti (laporan keuangannya akan keluar akhir April nanti) atau
setelahnya. Dan kalau para emiten batubara kembali membukukan kenaikan profit,
maka itu bakal menjadi sentimen positif bagi
sahamnya, yang belakangan
ini mulai cooling down setelah sebelumnya naik terus. Disisi
lain kalau melihat data-data makro, penulis juga optimis bahwa para emiten di
sektor lainnya juga akan membukukan kinerja bagus di awal tahun 2017 ini,
dimana ketika itu terjadi maka itulah sentimen positif yang kita tunggu-tunggu!
Hingga Kuartal III 2016 kemarin, PT Bukit Asam, Tbk (PTBA) masih membukukan penurunan laba. Kita lihat bagaimana untuk tahun 2017 ini. |
Jadi kalau anda
termasuk yang mulai bosan dengan sepinya pasar di awal tahun ini, then don’t
worry, karena toh pasar gak akan selamanya sepi terus (demikian sebaliknya, gak
akan selamanya rame terus). All you have to do is to put your investments, then wait. However, kalau anda lebih
memilih untuk menunggu diluar dan baru masuk pada Maret atau April nanti, maka itu
juga boleh-boleh saja, toh biar gimana itu lebih aman dari kemungkinan
munculnya sentimen negatif, tapi risikonya anda bisa saja bakal ketinggalan kereta
lagi. Anyway, the choice is yours.
Follow/lihat foto-foto penulis di Instagram, klik 'View on Instagram' dibawah ini:
Komentar