Yuk Nabung Saham!

Pada tanggal 18 dan 19 Oktober nanti, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengadakan acara Seminar Investival 2016 di Gedung BEI, Jakarta, dimana penulis (Teguh Hidayat) diundang sebagai salah satu pembicara. Dan tema diskusi yang akan penulis sampaikan nanti adalah terkait kampanye ‘Yuk Nabung Saham’ yang sudah dicanangkan oleh BEI sejak beberapa waktu lalu. Nah, bagi anda yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya maka boleh langsung datang aja ke BEI pada hari Selasa, 18 Oktober, pukul 14.00. Acaranya gratis kok. Namun bagi anda yang tidak bisa hadir maka disini kita akan membahas sedikit, apa sih yang dimaksud dengan ‘Yuk Nabung Saham’? Tentunya versi penulis sebagai salah seorang investor full time di pasar modal Indonesia. Okay, kita langsung aja.

Logo 'Investival'

Kalau mendengar kata menabung, maka kita mungkin akan langsung ingat pepatah ‘hemat pangkal kaya’, and I tell you, pepatah itu memang benar adanya, dimana ‘hemat’ disini berarti menjaga pengeluaran agar kita masih punya sisa uang untuk ditabung. Sekarang begini: Setiap orang tentu punya penghasilan. Termasuk anak sekolah atau mahasiswa yang belum bekerja sekalipun, dia tetap punya penghasilan dalam bentuk kiriman uang saku dari orang tua. Nah, dalam menggunakan uang penghasilan ini, maka terdapat tiga kelompok orang.

Yang pertama adalah mereka yang menghabiskan seluruh penghasilannya untuk kebutuhan sehari-hari, tidak lebih dan tidak kurang. Jadi misalnya anda bekerja sebagai karyawan, dan gaji anda Rp3 juta per bulan, maka pengeluaran anda dalam satu bulan itu ya persis 3 juta juga. Alhasil duit gaji cuma numpang lewat aja di rekening setiap bulannya, nyaris tanpa menyisakan ‘jejak’ sama sekali. Kalaupun ketika akhir bulan masih ada sisa duit maka biasanya langsung dihabiskan untuk seneng-seneng, katakanlah buat belanja di ITC Mangga Dua atau makan-makan di Solaria, karena mereka tahu betul bahwa toh nanti awal bulan rekening gue bakal keisi lagi (don’t worry, be happy!)

Yang kedua adalah mereka yang menghabiskan lebih dari penghasilannya untuk kebutuhan sehari-hari dan gaya hidup. You see, kalau anda masih kuliah atau sudah bekerja namun gajinya masih kecil, maka anda mungkin akan terbiasa menghemat sana sini dan kemana-mana masih pake motor Vespa warisan bokap. Tapi kalau gaji anda sudah naik jadi, let say, Rp10 juta per bulan, maka anda mungkin akan mulai berpikir, nyicil mobil kayanya boleh juga nih? Nah! Ketika seseorang mulai berhutang untuk entah itu memenuhi kebutuhan sehari-hari apalagi sekedar lifestyle, maka sejak saat itulah dia akan berada dalam situasi besar pasak daripada tiang. Beberapa orang mungkin tertarik untuk membeli barang secara kredit karena sekilas tampak lebih murah, tanpa menyadari bahwa kedepannya ia akan ‘menabung’ tapi untuk orang lain, dalam hal ini perusahaan atau bank yang memberikan kredit tersebut.

Terakhir yang ketiga, adalah mereka yang tidak menghabiskan seluruh penghasilannya, melainkan menyisihkan sebagian diantaranya untuk disimpan sebagai aset yang bermanfaat, alias ditabung. Jadi mau gajinya 3 juta, 5 juta, 10 juta dan seterusnya, maka selalu ada sebagian dari gaji tersebut yang disimpan dan tidak diapa-apakan lagi, jadi dianggap uang ilang aja gitu. Dan untuk bisa menabung seperti ini maka sama sekali tidak perlu gaji atau penghasilan yang besar, karena yang penting niat saja. Seseorang dengan gaji 3 juta namun memiliki gaya hidup yang hemat, adalah lebih berpeluang untuk menabung katakanlah 500 ribu per bulan, dibanding orang lain yang memiliki gaji 10 juta tapi punya banyak cicilan dan hobinya nongkrong di mall.

Nah, dari tiga kelompok diatas, menurut anda kelompok manakah yang menjadi lebih makmur setelah beberapa tahun? Yang mampu menabung dan mengumpulkan aset, tentu saja! Ketika seseorang rutin menabung katakanlah Rp1 juta per bulan, maka setelah 5 tahun, ia akan lebih kaya minimal Rp60 juta dibanding mereka yang tidak pernah menabung selama 5 tahun tersebut. Penulis katakan minimal, karena ketika seseorang sudah suka menabung sejak awal, maka nilai setoran tabungannya biasanya akan naik dari waktu ke waktu seiring dengan meningkatnya penghasilan. Misalnya anda bekerja sebagai karyawan fresh graduate dan dapet gaji 3 juta per bulan, maka anda mungkin bisa saving 1 juta atau minimalnya 500 ribu. Tapi beberapa tahun kemudian, setelah gaji anda tembus dobel digit, maka masa iya sih anda masih cuma nabung 1 juta saja per bulannya?

Tapi kalau seseorang tidak pernah suka menabung, maka mau terima gaji berapapun percuma saja, karena akan selalu habis lagi dan lagi.

However, kalau sekedar menabung saja maka hasilnya tidak akan maksimal, karena uang kita akan tergerus oleh hantu bernama inflasi. Jadi jika seseorang hanya menabung saja sebesar Rp1 juta setiap bulannya, maka setelah lima tahun ia memang akan memiliki rekening bank senilai Rp60 juta, namun Rp60 juta di lima tahun kedepan nilainya jelas berbeda dengan Rp60 juta pada saat ini.

Karena itulah, selain menabung, dikenal pula istilah investasi. Dan yang disebut investor adalah mereka yang tidak sekedar mampu menabung atau mengumpulkan aset, tapi juga mampu mengembangkan aset tersebut hingga tumbuh berlipat-lipat dalam jangka panjang. Yup, jadi jika seseorang menabung sebesar Rp1 juta per bulan, maka seperti yang sudah disebut diatas, setelah lima tahun ia akan memiliki aset senilai Rp60 juta.

Namun jika ia mampu menginvestasikan tabungannya tersebut dengan return 20% saja per tahunnya, maka, coba ambil kalkulator anda dan hitung.. Yup! Setelah lima tahun, ia akan memiliki aset senilai Rp107 juta, alias hampir dua kali lipat lebih besar, dan perbedaan nilai aset ini akan lebih besar lagi jika jangka waktunya diperpanjang katakanlah hingga sepuluh, lima belas, atau dua puluh tahun. Okay, biar penulis langsung kasih angkanya saja disini: Jika anda menabung Rp1 juta per bulan selama 20 tahun, maka anda akan memperoleh Rp240 juta. Tapi jika anda menginvestasikan tabungan anda tersebut dengan return 20% per tahun, maka hasilnya adalah, well.. Rp2.7 milyar! Jika anda memang jago investasi, dimana katakanlah rata-rata return-nya mencapai 25% per tahun, maka hasilnya adalah Rp5.1 milyar. Tapi intinya disini adalah, berapapun return investasinya, tapi yang jelas dalam jangka panjang hasilnya akan jauuuuuh lebih besar dibanding jika anda cuma menabung seperti biasa di bank. Selain itu perhatikan pula bahwa ilustrasi diatas adalah dengan asumsi bahwa anda hanya menyetor Rp1 juta saja per bulannya selama 20 tahun, jadi gak pernah dinaikin jadi 2 atau 3 juta gitu. Nah, sekarang bayangkan jika setoran awal anda ke sekuritas bukanlah Rp1 juta per bulan melainkan 5 juta, dan nilai setoran tersebut terus meningkat dari waktu ke waktu, dan anda juga mampu untuk secara konsisten menghasilkan return 20 – 25% tadi. Maka setelah 10 – 20 tahun, berapa hasilnya???

Jadi pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana caranya agar saya bisa mengembangkan tabungan agar menghasilkan profit 20 atau 25%, atau kalau bisa lebih besar lagi per tahunnya? Well, apakah penulis perlu menjawabnya lagi??? Ya dengan berinvestasi lah! Salah satunya di saham. Hanya tentu, untuk bisa berinvestasi maka perlu ilmu pengetahuan dan juga pengalaman, jadi anda gak bisa langsung menyebut diri sebagai ‘investor’ hanya karena anda sudah membuka rekening di sekuritas (tapi pembukaan rekening itu tetap merupakan langkah awal yang baik). Namun intinya ketika kita berinvestasi di saham, maka niat awalnya haruslah untuk menabung, yakni untuk menyimpan dan mengembangkan aset yang berguna untuk jangka panjang, agar kita menjadi kaya raya suatu hari nanti. Jadikan diri anda sebagai bagian dari kelompok nomor tiga tadi, yakni mereka yang senantiasa menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung, dalam hal ini ditabung di saham. Guru besar kita semua, Warren Buffett, pernah berkata, ‘Tidak penting seberapa besar pendapatanmu. Yang penting adalah seberapa besar dari pendapatan tersebut yang gak cuma lewat di rekening bank, melainkan bisa disimpan dan menjadi aset yang bermanfaat untuk jangka panjang’.

Jadi yah, tunggu apa lagi? Yuk, kita nabung saham!

Buku kumpulan analisis saham-saham pilihan edisi Kuartal III 2016 akan terbit hari Senin, tanggal 7 November 2016. Anda bisa memperolehnya disini.

Komentar

Unknown mengatakan…
pak teguh, pada konsep menabung saham, bilamana kita harus cut loss dan profit taking? terima kasih
Unknown mengatakan…
Guru besar kita semua, Warren Buffett, pernah berkata, ‘Tidak penting seberapa besar pendapatanmu. Yang penting adalah seberapa besar dari pendapatan tersebut yang gak cuma lewat di rekening bank, melainkan bisa disimpan dan menjadi aset yang bermanfaat untuk jangka panjang’ --> Serius nih bro ini kata2 Warren Buffett?
Teguh Hidayat mengatakan…
@Adiputra Pandypta: Robert Kiyosaki, dan mungkin juga motivator-motivator lainnya, juga pernah mengatakan kalimat yang kurang lebih sama.

Jadi kita gak tau siapa orang pertama yang menyampaikan quote tersebut, tapi yang jelas Buffett juga pernah menyampaikan kalimat yang kurang lebih seperti itu.
Rumah.Fikiran mengatakan…
pak teguh..kl boleh di kasih tutorislnya dong skemanabung sahamnya..

hatur nuhun

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Penjelasan Lengkap Spin-Off Adaro Energy (ADRO) dan Anak Usahanya, Adaro Andalan Indonesia

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Saham BBRI Anjlok Lagi! Waktunya Buy? or Bye?