Jasa Marga Menjelang Right Issue: Peluang!

Jasa Marga (JSMR) melaporkan laba bersih Rp926 milyar pada Semester Pertama 2016, atau tumbuh 44% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sehingga dengan demikian JSMR menjadi satu dari sedikit perusahaan besar di BEI yang masih membukukan kinerja yang tumbuh positif pada tahun 2016 sejauh ini. Tapi kenapa kok sahamnya malah turun?

Ketika artikel ini ditulis, JSMR sudah turun hingga ke level 4,500-an, yang merupakan posisi terendahnya dalam setahun terakhir. Dan penyebab penurunan tersebut, seperti yang mungkin sudah anda ketahui, adalah karena perusahaan akan melakukan right issue pada harga yang kemungkinan jauh lebih rendah dibanding harga pasarnya.

Jadi ceritanya, melalui program penyertaan modal negara, Pemerintah sebagai pemegang saham pengendali perusahaan akan menyetor modal sebesar Rp1.25 trilyun. JSMR sendiri akan menerbitkan saham baru senilai Rp1.8 trilyun, sehingga terdapat jatah saham senilai Rp550 milyar yang akan dilepas ke investor publik (tapi jika investor publik yang memegang JSMR tidak mengeksekusi right-nya, maka jatah Rp550 milyar tersebut akan juga diambil oleh Pemerintah).

Dan berdasarkan hasil RUPS tanggal 29 Agustus kemarin, Perusahaan akan menerbitkan 491 juta lembar saham baru. Karena nilai right issue-nya adalah Rp1.8 trilyun, maka harga right issue-nya Rp1.8 trilyun / 491 juta = Rp3,662 per saham. Nah, jadi logika sederhananya, kenapa kita harus beli JSMR pada harga 5,000-an, kalau kita bisa beli right-nya nanti kemudian menebusnya pada harga 3,662 saja? Karena itulah, JSMR kemudian turun, dan mungkin kedepannya akan turun lebih lanjut, namun cukup jelas bahwa dia tidak akan turun sampai lebih rendah dari 3,662 tersebut (atau kalaupun JSMR sampai tembus 3,600-an, misalnya kalau IHSG besok-besok nyungsep lagi, maka selanjutnya dia akan langsung naik lagi).

Dan itu karena, terlepas dari penurunan sahamnya karena right issue, namun secara fundamental JSMR masih merupakan ‘wonderful company’. Seperti yang dulu pernah kita bahas di artikel ini, JSMR bermain di bisnis jalan tol yang menawarkan income yang stabil untuk jangka panjang, memiliki popularitas dan brand equity yang kuat (siapa yang gak tahu Jasa Marga?), kualitas GCG yang baik, hingga track record pembayaran utang obligasi yang baik. Kombinasi antara kinerja fundamental yang konsisten dalam jangka panjang plus nilai kualitatif yang dimiliki perusahaan, menyebabkan saham JSMR senantiasa dihargai premium, dimana pada harga 4,500 sekalipun (itu adalah harga terendah JSMR dalam beberapa tahun terakhir, dimana JSMR hanya bisa turun ke posisi tersebut kalau IHSG lagi panic selling, atau sedang terjadi peristiwa/aksi korporasi penting, seperti right issue pada saat ini), PBV-nya masih tercatat 2.8 kali. However, jika dibandingkan dengan valuasi dari saham-saham big caps yang juga memiliki nama perusahaan yang populer seperti Bank BCA atau Astra International, maka PBV kurang dari 3 kali bagi JSMR terbilang relatif murah dan menawarkan potensi upside. Anda bisa baca lagi penjelasannya disini.

Sementara kalau kita bicara ke depan, maka JSMR juga menawarkan prospek masa depan yang cerah. Sebenarnya, meski JSMR memiliki track record kinerja yang cukup konsisten di masa lalu, namun pertumbuhan riil perusahaan terbilang lambat jika dibanding perusahaan-perusahaan besar lain seperti Perusahaan Gas Negara (PGAS), Bank BRI (BBRI), dan ASII (anda bisa lihat lagi datanya disini). Dan itu karena proses membangun jalan tol terbilang sangat sulit, sehingga di masa lalu panjang ruas konsesi jalan tol yang dipegang JSMR boleh dibilang nyaris tidak bertumbuh. Pada tahun 2008, JSMR mengelola jalan tol sepanjang total 527 kilometer, yang meningkat menjadi 555 kilometer pada tahun 2013, atau hanya tumbuh 28 kilometer dalam 5 tahun. Alhasil perusahaan hanya bisa mengandalkan kenaikan tarif pada ruas tol yang sudah ada untuk meningkatkan pendapatannya, sehingga ekuitas perusahaan hanya mampu tumbuh sekitar 10% saja per tahunnya.

Namun trend negatif tersebut mulai berubah sejak dua tahun terakhir. Mulai tahun 2014, seiring dengan pembangunan mega-proyek infrastruktur oleh Pemerintah, JSMR turut memperoleh mandat untuk membangun dan mengelola banyak ruas jalan tol baru, mulai dari tol Cinere – Serpong di Jabodetabek, hingga tol Medan – Tebing Tinggi di Sumatera Utara. Alhasil pada akhir tahun 2015, panjang jalan tol yang dikelola JSMR sudah meningkat menjadi 590 kilometer, atau tumbuh 35 kilometer hanya dalam 2 tahun, namun itu baru permulaan! Saat ini JSMR masih terus mengebut pembangunan ruas-ruas tol baru, dimana jika semuanya berjalan lancar, maka perusahaan akan mengelola jalan tol sepanjang 987 kilometer pada akhir tahun 2019 nanti. Well, sounds promising right? In fact, ketika pemerintah menyuntikkan tambahan modal senilai Rp1.25 trilyun ke perusahaan melalui right issue, maka duit sebanyak itu adalah memang untuk membiayai pembangunan jalan-jalan tol baru tadi. Yep, dalam hal ini Pemerintah tidak hanya mendukung JSMR dalam hal terjun langsung untuk mengurus pembebasan lahan (ini adalah bagian tersulit dalam membangun jalan tol), tapi juga dalam hal pembiayaan. Jika right issue-nya masih belum cukup, maka mungkin kedepannya JSMR juga bisa meng-IPO-kan salah satu anak usahanya, seperti yang memang sudah dilakukan oleh BUMN-BUMN lain.

Foto-Foto Ruas Jalan Tol Semarang - Solo, yang pembangunannya ditargetkan akan rampung seluruhnya pada tahun ini

Jadi terlepas dari penurunan sahamnya karena right issue, namun cukup jelas bahwa JSMR masih menawarkan prospek jangka panjang, malah dengan turunnya sahamnya maka itu artinya kita bisa dapat ‘posisi start’ yang bagus di harga bawah. I mean, kalau anda beli JSMR ini di harga 5,000-an dan kemudian sahamnya naik lagi ke 6,000-an, maka berapa profitnya? Tapi kalau anda beli di harga sekarang, maka ketika nanti JSMR ini naik ke posisi 5,000-an saja, anda sudah profit. Selain itu kalau kita lihat historis dari saham-saham BUMN yang juga melakukan right issue, seperti ADHI, ANTM, WSKT, mereka juga awalnya turun dulu ketika harga right issue-nya ditetapkan dibawah harga pasar, tapi tak lama kemudian naik lagi, malah dengan kenaikan yang luar biasa yakni 50% atau lebih.

Kalau begitu apakah saya sekarang boleh langsung hajar kanan JSMR ini? Well, tunggu dulu. Seperti yang tadi sudah disebut diatas, JSMR akan melakukan right issue di harga 3,600-an, sehingga besar kemungkinan bahwa sahamnya akan turun sampai dekat-dekat 3,600 tersebut, terutama karena proses right issue-nya masih agak panjang, dimana berdasarkan estimasi dari manajemen JSMR sendiri, right issue ini baru akan tuntas pada Kuartal IV 2016 (sekitar Oktober – November). Di website BEI sendiri malah belum ada pengumuman apapun terkait right issue perusahaan, kecuali pengumuman hasil RUPS-nya. Jadi berdasarkan pengalaman dari right issue BUMN-BUMN sebelumnya, maka saham JSMR kemungkinan akan turun mendekati 3,600-an dalam satu atau dua bulan kedepan, mungkin bahkan bisa lebih rendah jika IHSG-nya ikut longsor, sebelum kemudian baru akan naik lagi pada Desember atau awal tahun 2017 nanti.

Lalu seberapa besar peluang JSMR untuk naik lagi nanti? Tentunya cukup besar, terutama karena harga teoritis JSMR setelah right issue-nya terbilang jauh lebih tinggi dibanding harga right issue itu sendiri. You see, di right issue-nya JSMR menerbitkan 491 juta lembar saham baru, atau hanya sedikit dibanding jumlah saham perusahaan saat ini yakni 6.8 milyar lembar. Katakanlah harga rata-rata JSMR di pasar selama ini adalah Rp5,000, yang setelah dikali 6.8 milyar lembar saham, hasilnya adalah market cap Rp34 trilyun. Setelah right issue, jumlah saham JSMR meningkat menjadi 7.3 milyar lembar, dan market cap-nya juga meningkat 1.8 trilyun menjadi Rp35.8 trilyun. Maka harga teoritis JSMR setelah right issue adalah 35.8 trilyun / 7.3 milyar, sama dengan Rp4,909 per saham. See? Berdasarkan pengalaman, ketika sebuah perusahaan melakukan right issue maka harga sahamnya akan naik atau turun mendekati harga right issue-nya. Namun setelah right issue-nya selesai, maka sahamnya akan balik lagi ke harga teoritisnya, atau bisa lebih tinggi lagi jika fundamental perusahaan masih excellent seperti sebelumnya.

Kesimpulannya JSMR ini worth to buy, namun sekarang ini masih belum merupakan waktu yang tepat untuk masuk, so hold your cash. Tapi jika saya udah masuk sejak awal gimana? Kalau gitu pilihannya ada dua: 1. Cut loss sekarang untuk masuk lagi nanti di harga bawah, atau 2. Tetap hold sambil terus cari waktu yang tepat untuk average down. Jika downtrend IHSG yang terjadi sejak semingguan kemarin berlanjut, maka penulis optimis kita bisa masuk di JSMR ini di harga 4,000 atau dibawahnya, dimana dengan sedikit keberuntungan, profit yang diperoleh mungkin akan mencapai 50% (targetnya 6,000-an), ketika JSMR ini naik kembali pada awal tahun 2017 nanti.

PT Jasa Marga (Persero), Tbk
Rating Kinerja pada Kuartal II 2016: A
Rating Saham pada 4,550: AA

Jadwal Seminar Investasi Saham, Value Investing: Surabaya, Hotel Amaris Embong Surabaya, Sabtu 1 Oktober. Keterangan selengkapnya baca disini.

Komentar

Troy Richardo Mulyono mengatakan…
Mantap pak, seperti yg bpk balas kmrn di email. Siapin cash buat JSMR 3600an!
Marta mengatakan…
Bagaimana Cara Open Short Order untuk JSMR, yg nanti akan ditutup (Short Covering) di 3600? Ada yg tau caranya? Terimakasih
lowardi mengatakan…
kayaknya ga mungkin pak JSMR ini bisa turun sampe 360xx IHSG masih perkasa :)
Unknown mengatakan…
Nice analysis, thanks sir
Unknown mengatakan…
Katakanlah harga rata-rata JSMR di pasar selama ini adalah Rp5,000


Kalimat di atas adalah kutipan dari tulisan mas teguh, mas twguh bisa mengambil asumsi klo harga rata2 berdasarkan apa ya mastegu, bisa tlg utk dishare asumsi yg digunakan
RUDY DERMAWAN mengatakan…
Menunggu harga 3600an anda baru mau nyerok? Rasanya gak akan pernah terjadi. 4000 saja susah.
BersamaApoteker mengatakan…
sekarang udah 3800 an pak haha
Unknown mengatakan…
Skarang uda 3900
Saya sudah cukup lama hold JMSR. Tapi harga nya tak kunjung mencapai 6000.
Apakah TP JSMR tetap 6000an Pak Teguh?
Thanks before.
Unknown mengatakan…
Mantab pak teguh, saya masuk setelah baca evaluasi ini, hasilnya udah 28% pak 1-Agustus-2017. Saya masuk 15-Nov-2016. :D

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?