Tips u/ Tetap Rileks ketika Menganalisis
Seseorang pernah mengatakan, ‘Ketika kamu senang
dengan pekerjaanmu, maka setiap hari adalah hari libur.’ Jadi jika pekerjaan
anda adalah berinvestasi di pasar saham (baca: menganalisis), dan anda menyukai pekerjaan tersebut, maka anda
sejatinya tidak pernah bekerja barang sedetik pun. Namun inilah kenyataannya: Jika
pasar sedang bersahabat dan saham-saham sedang naik, maka pekerjaan
menganalisis akan tampak menyenangkan bagi investor manapun. Tapi bagaimana kalau
gilirannya saham anda turun? Apakah anda masih bisa menata portofolio anda
dengan perasaan riang gembira, atau minimal tidak menggerutu?
Padahal investor manapun di dunia ini, mau dia
sehebat Warren Buffett sekalipun, maka selain memperoleh profit, dia pasti pernah
rugi juga. Dan problemnya bukan terletak di rugi tersebut, melainkan bagaimana
caranya agar ia bisa menjaga mood-nya
untuk tetap mengerjakan analisis dll dengan happy,
dan bukannya down karena
terpengaruh oleh kerugian yang dialami.
Sebab jika anda sampai down hanya karena mengalami rugi, maka anda tidak akan bisa menganalisa
lagi dengan baik, pokoknya saham/IHSG keliatan suram aja gitu! Contoh paling
mudah, pada akhir tahun 2015 kemarin, IHSG ditutup turun 12.1% sepanjang tahun
tersebut, dan sudah tentu ada banya investor yang mengalami kerugian lebih
besar lagi. However, berdasarkan analisis-analisis yang logis, sejak Desember lalu penulis sudah mengatakan bahwa untuk
tahun 2016 ini, IHSG berpeluang untuk naik. Namun beberapa teman tidak percaya
akan hal tersebut (bahwa pasar akan naik), hanya
karena mereka melihat bahwa tahun 2015 tampak suram (jadi bukan berdasarkan
analisis tertentu), dan mungkin juga karena mereka sudah menderita kerugian, sehingga
jangankan mikir bakal untung di tahun 2016 ini, untuk bisa balik lagi ke modal
awal saja, itu sangat sulit! Anda bisa baca lagi artikelnya disini, dan disini, dan panic selling. Coba baca juga komentar-komentarnya.
Sementara untuk contoh yang lebih ekstrim, jika
seseorang mengatakan bahwa pada awal tahun 2009 lalu bahwa IHSG akan naik
banyak di tahun tersebut, maka dia mungkin akan dicaci maki, atau bahkan
dianggap gila, tak peduli meski ia mengatakan hal tersebut (bahwa IHSG akan
naik) berdasarkan analisis yang logis, karena ketika itu orang-orang masih trauma dengan anjloknya pasar di tahun
2008.
Tapi nyatanya IHSG justru naik 87.0% sepanjang
tahun 2009, yang menjadi kenaikan terbesar sepanjang sejarah!
Nah, jadi dalam hal ini penulis mengajak anda
untuk fokus pada pertanyaan berikut: Bagaimana caranya agar kita bisa tetap
menganalisis/berinvestasi dengan perasaan senang dan riang gembira, atau
minimal mental kita tidak down, ketika kita dalam posisi rugi? Karena hanya
dengan cara itulah kita akan tetap bisa mengerjakan analisis dengan kepala dingin, dan anda mungkin justru
akan menemukan peluang emas dibalik
penurunan saham yang anda pegang/IHSG (dan memang biasanya peluang untuk
membeli saham-saham pada harga diskon baru akan muncul justru setelah pasar
mengalami crash atau semacamnya).
Sementara jika anda sudah baper duluan hanya karena gak kuat liat warna merah
di monitor, maka jangankan menganalisis dengan baik, anda tidurpun sudah gak
bisa nyenyak lagi.
Dan inilah yang penulis lakukan, boleh anda catat:
Di ruang kerja penulis di rumah, selain meja dan kursi lengkap dengan sebuah
laptop diatasnya, juga terdapat televisi ultra HD 42 inch, sound system home
theater, DVD player, dan console Xbox One.
Lalu ada dua buah barbel masing-masing 6 kilogram untuk olahraga ringan, pewangi
ruangan aromatherapy, dan kulkas kecil berisi minuman ringan, coklat, es krim, dan
buah-buahan. Dan satu lagi, ketika ngutak ngatik porto dirumah, penulis
biasanya cuma pake kaos dan celana pendek doang, yang nyaman untuk dikenakan.
Nah, setiap kali penulis capek atau mulai
bingung/gak connect ketika membaca-baca annual
letter dll, maka saya beristirahat dengan cara nonton film DVD (sekarang
ini lagi seneng serial Sherlock, diperankan oleh Benedict Cumberbatch), main Pro Evolution Soccer di Xbox, melakukan peregangan dan berolahraga
ringan, atau dancing sendirian sambil
mendengarkan lagu-lagu yang ceria dan membawa semangat. Barulah setelah itu
penulis akan kembali mood, dan bisa
melanjutkan pekerjaan menganalisis dengan baik, tanpa perasaan bete atau
semacamnya.
Sementara kalau pasar lagi jeblok dan mau tidak
mau psikologis penulis jadi tertekan, misalnya pada Agustus – September 2015
lalu ketika pasar dilanda panic selling, maka penulis sengaja beli coklat dan es krim yang banyak lalu
disimpan di kulkas, untuk kemudian dimakan. I don’t know with you guys, namun
kalau bagi penulis sendiri, makan cemilan yang manis-manis terbukti bikin
feeling lebih nyaman (meski bikin gendut juga sih, tapi bisa diimbangi dengan
olahraga), dan itu pada akhirnya membantu penulis mengerjakan analisis dengan
baik, dan mengeksekusi jual beli saham
berdasarkan analisis tersebut dengan sama baiknya. Terus terang, pada
Agustus lalu ketika IHSG sudah dibawah 4,500, posisi penulis adalah
diluar/pegang cash cukup besar, dan logika analisis-nya adalah bahwa saya harus belanja
sekarang juga! Mumpung saham-saham lagi murah-murahnya!
Tapi tentu saja, tidak segampang itu untuk belanja ketika hampir semua orang
berteriak bahwa akan terjadi krisis bla bla bla, apalagi ketika itu sudah ada
beberapa saham penulis yang dalam posisi nyangkut, karena posisi kita gak 100% cash (salah satunya PP Properti,
yang sudah dibeli di harga 173, tapi kemudian jeblok ke 127, sebelum baru
kemudian naik lagi). However, setelah menghabiskan entah berapa stik es krim Magnum, dan entah berapa batang coklat Silver Queen, penulis akhirnya mampu
untuk tetap berpikir jernih, dan
kita sukses belanja banyak pada bulan Agustus tersebut.
Kopiko sepenty eight degrees, minuman yang wajib selalu ada di kulkas |
Nah, sekarang bayangkan jika kondisinya
sebaliknya: Anda bekerja dalam ruangan sempit yang gak ada apapun kecuali meja
dengan komputer diatasnya (terkadang dengan dua atau bahkan tiga monitor.. buat
apa coba?), anda tidak bisa mendengarkan musik apalagi sampai joget-joget gak
jelas, gak ada makanan atau cemilan, dan anda pake kemeja rapih dan dasi yang
mungkin terasa sempit di pinggang dan leher! Lah, kalo gitu caranya maka gimana
anda nggak stress dan panik ketika pasar turun???
Tapi nyatanya kalau penulis main ke kantor-kantor
sekuritas, maka seperti itulah suasana kerja disitu, dimana setiap orang
memasang wajah serius dan pandangan mereka selalu tajam mengarah ke monitor,
sementara telinga juga harus stand by mendengarkan pemberitaan dari Bloomberg
TV dan semacamnya.
Padahal kalau anda nonton film ‘The Big Short’ (kalau anda belum
nonton, nonton dulu sana), maka tokoh utama di film tersebut, yakni seorang
hedge fund manager bernama Michael Burry
(diperankan oleh Christian Bale), di ruang kerjanya dia cuma pake kaos oblong
dan celana pendek. Dan alih-alih menganalisis dengan serius, ia malah menyetel
lagu rock keras-keras seharian sambil
berpura-pura menabuh drum di kursi tempat ia duduk, atau berdiri kemudian berjoget
dan nyanyi-nyanyi gak jelas mengikuti irama lagu. Hasilnya? Ia mampu melewati
tekanan ketika pasar terus saja naik sepanjang tahun 2007 dan awal 2008, dan ia
kemudian profit besar dari posisi short yang
ia ambil, ketika pasar akhirnya jatuh pada pertengahan 2008, sesuai yang ia
prediksi sebelumnya.
Nah! Jadi balik lagi ke pertanyaan diatas:
Bagaimana caranya agar kita bisa tetap menganalisis/berinvestasi dengan
perasaan senang dan riang gembira, atau minimal mental kita tidak down, ketika
kita dalam posisi rugi? Maka jawabannya adalah dengan menyetel lagi yang ceria,
berdiri dari tempat duduk anda, lalu mulailah dancing! Tapi kalau anda kurang suka mendengarkan musik, maka
lakukan saja apapun yang anda sukai, atau makanlah sesuatu yang anda sukai
(penulis suka coklat, tapi anda mungkin lebih suka kerupuk, misalnya) agar
pikiran anda menjadi fresh kembali.
Warren Buffett sendiri mengatakan bahwa ia menghabiskan sepuluh jam setiap
minggunya untuk bermain permainan kesukaannya, yakni bridge. Apakah bermain bridge
itu merupakan bagian dari pekerjaan analisis? Tentu saja tidak, tapi itu
mampu membantu Buffett untuk kembali santai setelah sebelumnya pusing ngeliat-liat
laporan keuangan dll.
Dan actually, tidak hanya dalam posisi nyangkut
atau rugi, tapi dalam posisi profit pun anda harus menjaga agar diri anda tetap santai dan happy, entah itu dengan mendengarkan musik atau lainnya, dan hanya
dengan cara itulah maka anda sebagai investor akan ‘libur’ terus sepanjang
tahun, karena ‘menganalisa saham’ sudah menjadi pekerjaan yang anda sukai dan
anda nikmati, tak peduli dalam kondisi pasar naik atau turun. Trust me, bahkan
kalau anda sama sekali tidak suka membaca data ekonomi dll sebelumnya, maka
dengan menerapkan tips ini, pekerjaan analisa tersebut akan menjadi
menyenangkan dengan sendirinya, silahkan coba sendiri.
Nah, sebagai penutup, sekarang anda setel lagu ‘Better When I’m
Dancing’ oleh Meghan Trainor, dibawah ini. So ladies and gentlemen, please stand up, and
start dancing!
Info
Investor: Buletin Analisis IHSG &
Rekomendasi Saham Bulanan edisi April 2016 sudah
terbit! Anda bisa memperolehnya disini,
gratis konsultasi portofolio untuk member.
Mau tau lebih banyak tentang tips dan cara untuk menjadi 'investor yang santai & kalem'? Anda bisa baca buku The Calm Investor karya penulis, keterangan selengkapnya klik disini.
Komentar
saya senang ngemil, main game, sama nonton film
waduh,
cuma TV saya cuma FULL HD belum Ultra HD nih pak hehehe
He operated out of a tiny study at home that could be entered only by passing through the bedroom. He worked odd hours, a night owl like Susie, reading in his pajamas, drinking Pepsi-Cola and eating Kitty Clover potato chips, enjoying the freedom and solitude.
sangat bermanfaat sekali..
dan terima kasih untuk rekomendasi film tersebut...
dan sudah saya tonton...
emang sangat di butuhkan kesabaran dan keyakinan atas hasil riset analisa kita terhadap suatu saham..
terima kasih pak teguh.
http://prediksibolapedia.com/index.php/seo/6-mejaqq-com-agen-judi-poker-dominoqq-bandarq-online-terbesar-di-asia