Apa itu Indeks LQ45?
Tanggal 25 Januari kemarin, Bursa Efek Indonesia
(BEI) merilis daftar terbaru dari saham-saham yang menjadi komponen Indeks LQ45.
Dalam daftar tersebut ada tiga saham baru yang menjadi komponen indeks, yakni Aneka
Tambang (ANTM), HM Sampoerna (HMSP), dan Hanson International (MYRX), dimana
mereka menggantikan tiga saham yang keluar yakni XL Axiata (EXCL), Indo
Tambangraya Megah (ITMG), dan Wika Beton (WTON). Tak lama kemudian penulis
menerima banyak email pertanyaan: Bukannya ANTM di Kuartal III 2015 kemarin
menderita rugi Rp1 trilyun, atau dengan kata lain fundamentalnya jelek? Bagaimana
bisa dia masuk indeks LQ45?
Nah, dalam hal ini penulis jadi sadar bahwa masih
ada banyak investor yang belum paham soal LQ45 ini. Okay kita langsung saja.
Indeks LQ45 merupakan indeks saham alternatif
selain IHSG, yang pergerakannya dipengaruhi oleh 45 saham yang menjadi
komponennya, dimana ke-45 saham tersebut harus memenuhi kriteria berikut:
- Termasuk salah satu dari 60 saham dengan market cap terbesar di BEI, selama 1 tahun terakhir
- Termasuk salah satu dari 60 saham dengan nilai transaksi perdagangan terbesar di pasar reguler (jadi nilai transaksi di pasar nego dan pasar tunai tidak dihitung), atau dengan kata lain termasuk dari 60 saham paling likuid di BEI, selama 1 tahun terakhir (pada akhirnya diambil 45 saham yang paling likuid sekaligus memiliki market cap paling besar).
- Sudah listing di BEI setidaknya 3 bulan terakhir (jadi saham-saham yang baru IPO tidak bisa langsung masuk indeks LQ45), dan
- Memiliki kinerja fundamental yang baik serta prospek yang cerah.
Setiap enam bulan sekali, pihak BEI melakukan
evaluasi terhadap ke-45 saham yang menjadi komponen indeks, dimana saham-saham
yang tidak lagi memenuhi keempat kriteria diatas akan dikeluarkan dari daftar, digantikan
oleh saham lain yang lebih memenuhi kriteria. Namun pada prakteknya, kriteria yang
lebih diperhatikan adalah likuiditas
sahamnya saja, dimana 45 saham yang masuk indeks LQ45 adalah saham-saham
paling likuid di BEI dari sisi nilai transaksi (bukan volume/jumlah saham, atau
frekuensi transaksi).
Sementara soal ‘kinerja fundamental’, itu tidak terlalu diperhatikan. Beberapa tahun lalu ketika Grup Bakrie masih menguasai bursa, dimana nilai transaksi dari saham Bumi Resources dkk masih mencapai ratusan milyar atau bahkan trilyunan Rupiah per harinya, maka saham-saham seperti BUMI, Bakrie & Brothers (BNBR), Bakrie Sumatera Plantations (UNSP), hingga Bakrieland Development (ELTY), ketika itu mereka semua merupakan penghuni tetap indeks LQ45. Bahkan saham blangsak seperti Trada Maritime (TRAM) juga pernah masuk indeks LQ45, hanya karena nilai transaksi harian TRAM terbilang sangat besar.
Sementara soal ‘kinerja fundamental’, itu tidak terlalu diperhatikan. Beberapa tahun lalu ketika Grup Bakrie masih menguasai bursa, dimana nilai transaksi dari saham Bumi Resources dkk masih mencapai ratusan milyar atau bahkan trilyunan Rupiah per harinya, maka saham-saham seperti BUMI, Bakrie & Brothers (BNBR), Bakrie Sumatera Plantations (UNSP), hingga Bakrieland Development (ELTY), ketika itu mereka semua merupakan penghuni tetap indeks LQ45. Bahkan saham blangsak seperti Trada Maritime (TRAM) juga pernah masuk indeks LQ45, hanya karena nilai transaksi harian TRAM terbilang sangat besar.
Namun setelah saham-saham diatas terus turun dan nilai transaksi sahamnya otomatis mengecil, maka mereka kemudian
ditendang keluar dari indeks. Maksud penulis adalah, kalau misalnya nilai
transaksi TRAM hingga hari ini masih merupakan salah satu yang terbesar di BEI,
maka dia tetap akan masuk indeks LQ45, tak peduli meski fundamentalnya
amburadul.
Pemilihan saham yang hanya memperhatikan faktor
likuiditas itulah, yang pada akhirnya membuat indeks LQ45 tidak pernah
sepopuler IHSG, dimana orang lebih tertarik untuk melihat berapa posisi IHSG
hari ini, dibanding berapa posisi indeks LQ45. Sebagai investor, anda pasti tahu
berapa posisi IHSG selama beberapa waktu terakhir, tapi anda mungkin tidak tahu
berapa posisi indeks LQ45. Benar tidak? Jika anda belum tahu, anda bisa
melihatnya di www.finance.yahoo.com,
masukkan kodenya ^JKLQ45. Ketika artikel ini ditulis, indeks LQ45 berada di
posisi 794.
Meski demikian, dibanding indeks-indeks saham
lainnya di Indonesia seperti Bisnis 27, IDX30, Pefindo 25, ISSI (Indeks Saham
Syariah Indonesia), Kompas 100, hingga Sri-Kehati, maka indeks LQ45 adalah yang
paling penting setelah IHSG, karena indeks LQ45 lebih mencerminkan arah pasar dibanding IHSG. Dan itu karena pergerakan
indeks LQ45 ini hanya dipengaruhi oleh 45 saham yang paling likuid saja,
sementara pergerakan IHSG dipengaruhi oleh semua saham yang terdaftar di BEI,
termasuk saham gocapan atau saham yang gak pernah ada transaksi sekalipun
(meski memang bobot pengaruh dari tiap-tiap saham terhadap IHSG berbeda-beda).
Perhatikan gambar berikut, dimana jelas sekali bahwa dalam kondisi pasar yang turun,
indeks LQ45 turun lebih dalam dibanding IHSG. Sementara dalam kondisi pasar
naik, indeks LQ45 naik lebih tinggi dibanding IHSG.
Pergerakan IHSG (merah) dan Indeks LQ45 (biru) sejak tanggal 11 Maret 2013 hingga hari ini. Klik gambar untuk memperbesar |
Selain itu, bagi investor/fund manager
profesional, likuiditas saham sangat penting dimana saham yang
likuid bisa diprioritaskan/dibeli lebih banyak ketimbang yang tidak likuid, sehingga
daftar saham-saham yang menjadi komponen indeks LQ45 tetap perlu untuk
diperhatikan. Pihak sekuritas juga perlu memperhatikan komponen LQ45, sehingga mereka tahu saham-saham apa saja yang paling ramai diperjual belikan, kemudian merekomendasikan saham tersebut kepada nasabahnya. Sekuritas/broker biasanya hanya merekomendasikan saham likuid yang masuk komponen indeks LQ45 kepada nasabahnya dan jarang merekomendasikan saham diluar indeks, apalagi jika saham tersebut benar-benar tidak likuid, karena saham seperti itu kalau sudah dibeli maka akan sulit untuk dijual lagi, apalagi jika belinya banyak. Dan kalau investor kemudian hanya meng-hold saja saham tersebut, maka sekuritas tentunya nggak akan dapet trading fee. Dan mungkin karena faktor sering direkomendasikan inilah, maka timbul kesan bahwa saham-saham LQ45 merupakan saham-saham terbaik di BEI, padahal belum tentu.
Anyway, dengan ini maka anda sudah mengetahui bahwa kalau ada saham tertentu yang masuk indeks LQ45, maka bukan berarti dia layak invest, melainkan anda tetap harus menganalisanya terlebih dahulu. Namun demikian kalau ada dua saham yang fundamentalnya sama-sama bagus dan valuasinya juga sama-sama rendah, tapi saham pertama masuk indeks LQ45, sementara saham kedua tidak, maka penulis sendiri juga akan lebih memilih saham yang pertama.
Anyway, dengan ini maka anda sudah mengetahui bahwa kalau ada saham tertentu yang masuk indeks LQ45, maka bukan berarti dia layak invest, melainkan anda tetap harus menganalisanya terlebih dahulu. Namun demikian kalau ada dua saham yang fundamentalnya sama-sama bagus dan valuasinya juga sama-sama rendah, tapi saham pertama masuk indeks LQ45, sementara saham kedua tidak, maka penulis sendiri juga akan lebih memilih saham yang pertama.
Okay, I think that’s enough. Jika ada yang mau
menambahkan, silahkan.
Info: Buletin Analisa IHSG, investment plan,
dan stock pick bulanan edisi Februari sudah terbit! Anda bisa
memperolehnya disini. Gratis konsultasi dan buletin edisi Januari untuk member baru.
Ebook Analisis Kuartal IV 2015 juga sudah terbit. Anda bisa memperolehnya disini.
Komentar
Bagaimana mekanisme perdagangannya dan lain-2nya.
Terima kasih dan sukses selalu buat Pak Teguh
Sarannya bener. Karena likuidas itu juga penting. Coba aja beli saham yang nggak liquid. Bisa stress nggak ada yang jual. Dan lebih stress lagi pas mau jual. Nggak ada yang beli.