Fase Putus Asa Sudah Lewat, Lalu?
Agustus lalu, tepatnya 24 Agustus 2015
ketika IHSG anjlok 4% dalam sehari dan ditutup di posisi 4,164, dan sudah tentu ketika itu dengan diiringi oleh teriakan
panik para investor (panic selling),
penulis membuat artikel berjudul Antara
Euforia dan Putus Asa. Pada artikel tersebut dipaparkan beberapa fase
pada periode bear market, yakni denial, bull trap, return to ‘normal’, fear,
capitulation, dan terakhir, despair. Dan
dengan merujuk pada fakta bahwa IHSG sudah turun banyak dari puncaknya yakni
5,500-an hingga ketika itu sudah mencapai 4,100-an, dan juga sudah melalui
beberapa fase mulai dari denial hingga
kepanikan (fear, atau capitulation), maka pada bagian akhir
artikel penulis bertanya, apakah posisi IHSG saat itu sudah despair alias putus asa?
Karena, mengingat bahwa fase despair merupakan bottom atau titik terendah dari periode bear market, maka jika IHSG sudah mencapai fase tersebut maka selanjutnya dia, perlahan tapi pasti, akan naik kembali.
Dan setelah beberapa bulan, IHSG
ternyata naik lagi dan sekarang sudah berada di posisi 4,500-an. Jadi mungkin pertanyaannya masih sama: Apakah ketika IHSG pada Agustus lalu berada di
4,100-an, itu sudah bottom? Dan jika
jawabannya adalah ya, lalu bagaimana selanjutnya? Nah, untuk menjawab
pertanyaan tersebut, maka anda bisa lihat lagi gambar dibawah ini, yang
mengambarkan fase-fase pada periode bear
market, dan juga bull market (klik untuk memperbesar).
Perhatikan bagian paling kanan dari gambar diatas:
Salah satu ciri bahwa pasar/IHSG sudah ketemu fase despair-nya, adalah jika IHSG itu sendiri naik signifikan hingga
balik lagi ke mean atau posisi rata-ratanya,
setelah sebelumnya turun terus. Yup, jadi jika kita hendak mengetahui kapan
IHSG sudah mencapai fase despair hanya
dengan cara melihat chart-nya saja, alias
murni pake analisa teknikal, maka anda baru akan mengetahuinya setelah fase despair tersebut terjadi, yakni
setelah IHSG naik lagi keatas hingga kembali ke posisi mean-nya. Maksud
penulis, jika pada hari ini IHSG justru berada pada posisi yang lebih rendah
lagi dibanding level 4,164 yang sudah dicapai pada Agustus lalu, maka kita tidak bisa mengatakan bahwa ‘Sekarang
ini sudah fase despair!’.
Contohnya, pada 28 September 2015 lalu, atau sebulan setelah panic selling Agustus, IHSG ternyata sempat jeblok sekali lagi hingga ke ditutup di posisi 4,120 (panic selling round 2), atau lebih rendah dibanding posisi 4,164 di bulan Agustus. Jadi hingga penghujung bulan September tersebut, kita masih belum bisa mengatakan bahwa pasar sudah mencapai titik terendahnya, karena nyatanya IHSG masih bisa turun ke posisi yang lebih rendah dibanding posisi 4,164 pada peristiwa panic selling di bulan Agustus.
Contohnya, pada 28 September 2015 lalu, atau sebulan setelah panic selling Agustus, IHSG ternyata sempat jeblok sekali lagi hingga ke ditutup di posisi 4,120 (panic selling round 2), atau lebih rendah dibanding posisi 4,164 di bulan Agustus. Jadi hingga penghujung bulan September tersebut, kita masih belum bisa mengatakan bahwa pasar sudah mencapai titik terendahnya, karena nyatanya IHSG masih bisa turun ke posisi yang lebih rendah dibanding posisi 4,164 pada peristiwa panic selling di bulan Agustus.
Namun berhubung setelah September IHSG tidak
mencetak new low lagi, dan sekarang
ini dia justru sudah berada di posisi 4,500-an alias sudah naik lumayan tapi juga belum berada diatas mean-nya (jika kita menggunakan garis MA200,
alias moving average 1
tahun sebagai mean), maka itu
artinya? Yup, secara teknikal dasar, IHSG mungkin
sudah mencapai fase despair-nya
pada September lalu, dan sekarang ini IHSG sedang dalam fase konsolidasi. Disebut konsolidasi karena penurunan IHSG mulai melandai (IHSG masih bisa turun
sewaktu-waktu, tapi gak pake acara jeblok lagi), dan tekanan jual juga mulai
mereda, tapi disisi lain IHSG juga belum benar-benar naik secara signifikan.
Fase konsolidasi ini bukanlah
bagian dari periode bear maupun bull market, dan karenanya bisa berujung pada dua kemungkinan: IHSG ternyata kembali jeblok hingga
mencetak new low lagi, yang itu
artinya September kemarin kita masih
belum mencapai fase despair, atau sebaliknya,
IHSG ternyata terus naik hingga menembus garis mean-nya, yang itu artinya periode bear market pada IHSG resmi berakhir (Btw kita pakai moving average 1 tahun sebagai mean, karena asumsinya adalah jika periode
bear market sudah confirm berakhir,
maka kita bisa beli saham kemudian disimpan untuk minimal setahun kedepan). Ketika
artikel ini ditulis, IHSG baru bisa disebut berada diatas mean-nya jika sudah naik hingga posisi 4,785 atau lebih.
Analisa Fundamental IHSG
Tapi kalau kita baru mulai belanja
setelah IHSG berada di level 4,785, maka apa itu bukan ketinggalan kereta
namanya? Nah, pada titik inilah kita harus kembali ke analisa fundamental,
dalam hal ini analisa makro ekonomi dalam negeri. Dan berikut
adalah beberapa data serta fakta sederhana: Pertama, setelah Rupiah stabil di
Rp13,500 – 14,000 per USD, nobody talks
about crisis, karena memang disisi lain kondisi ekonomi di lapangan juga
mulai membaik. Kalau anda masih ingat, pada September lalu semua orang bilang bahwa pelemahan Rupiah mungkin bisa berujung pada Krisis Moneter
seperti di tahun 1998, namun pada artikel
ini penulis sudah mengatakan bahwa tidak akan terjadi krisis apapun. And
indeed, there was no crisis, termasuk angka
pertumbuhan ekonomi di Kuartal III kemarin tercatat 4.73%, atau mulai
membaik dibanding Kuartal sebelumnya yang hanya 4.67%.
Kedua, dalam dua tahun terakhir, dalam rangka
menekan inflasi yang timbul karena kenaikan harga BBM dll, Bank Indonesia (BI) terus
menaikkan BI Rate hingga terakhir mencapai 7.50%, dan itu tidak disukai oleh mayoritas
pelaku pasar yang menginginkan agar BI Rate tetap berada di level yang rendah, karena
itu diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi (soal kaitan antara BI Rate,
inflasi, dan pertumbuhan ekonomi, boleh baca
disini). Kabar baiknya, data terakhir menunjukkan bahwa inflasi untuk bulan
Desember 2015 tercatat hanya 3.5% year on
year, alias sudah sangat baik, dan ini membuka peluang bagi BI untuk
menurunkan BI Rate cepat atau lambat. Dan ketika BI Rate turun maka itu akan
direspon positif oleh pasar.
Dan ketiga, sekaligus yang terpenting, kinerja
emiten perbankan pada Kuartal III 2015 kemarin secara umum sudah lebih baik dibanding kuartal sebelumnya (Kuartal
II), dan ini merupakan sinyal recovery perekonomian. Dan kalau ekonomi mulai bergerak pulih, maka
IHSG otomatis akan mengikuti.
Jadi dengan mempertimbangkan faktor-faktor diatas,
maka fase konsolidasi yang saat ini sedang terjadi pada IHSG kemungkinan akan
berujung pada.. kenaikan, tentu
saja. Perhatikan lagi gambar fase pasar diatas: Jauh sebelum IHSG memasuki
periode bull market (yang ditandai
oleh fase media attention), dan bahkan ketika IHSG itu sendiri masih dibawah garis mean-nya, beberapa investor tipe smart money sudah curi start dengan belanja lebih awal, dan
tentunya pada harga beli yang lebih rendah. Investor tipe smart money ini, meski mereka boleh dibilang mengambil risiko
karena sudah belanja saham ketika IHSG masih dalam fase konsolidasi (yang itu
artinya bisa saja IHSG turun lagi), namun mereka berani untuk masuk ke pasar karena mereka bisa melihat bahwa, dengan mempertimbangkan fundamental
perusahaan, kondisi sektoral, dan juga makroekonomi nasional dimana kesemuanya
menunjukkan perbaikan, maka no way IHSG akan mencetak new low lagi. Pada kondisi inilah, investor yang ngerti fundamental
akan profit jauh lebih besar, ketimbang mereka yang hanya mengandalkan analisa
teknikal dan hanya menunggu IHSG untuk break
out dulu, kemudian baru belanja.
(Dan, btw, kondisi yang sama juga berlaku ketika
pasar akan turun. Pada Maret 2015 lalu,
ketika IHSG masih berada di level 5,400-an dan terus saja naik, penulis sudah
mengatakan di artikel
ini bahwa ada masalah dengan perekonomian
kita, dan bahwa IHSG pada akhirnya nanti akan turun untuk menyesuaikan dengan fundamental
ekonomi nasional. Tapi karena ketika itu teknikal IHSG masih menunjukkan pola uptrend, maka cerita-cerita yang keluar
juga masih optimis terkait percepatan infrastruktur bla bla bla, dan hampir
tidak ada seorangpun yang berpikir untuk jualan kecuali sebagian kecil investor
yang aware soal memburuknya fundamental ekonomi. Ketika
IHSG akhirnya drop pada penghujung April, maka barulah ketika itu semua orang berhamburan
keluar pasar, dan alhasil mereka menderita kerugian yang tidak dialami oleh sebagian
kecil investor lainnya, yang sudah keluar lebih awal).
Nah, balik lagi ke tahun 2016 ini. Jadi, okay,
ceritanya IHSG bakal naik nih? Tapi bagaimana dengan kejatuhan bursa saham di
China? Devaluasi Yuan bla bla bla? Well, itu kan cerita lama bray! Di China sebenarnya gak ada krisis apa-apa, dan kita
sudah pernah membahasnya disini,
dan disini. Kuncinya disini adalah, selama
keributan di China atau Amerika sana tidak sampai berdampak buruk pada fundamental ekonomi dalam negeri, dan memang belum ada dampak buruk apapun, maka
IHSG juga akan baik-baik saja. I
mean, kalau kondisi ekonomi saat ini adalah seperti krisis tahun 1998 atau 2008
lalu, maka penulis juga tidak akan seoptimis ini (Krisis 1998 diawali oleh Thailand, dan krisis 2008 diawali Amerika. Sementara pada tahun 2011, giliran Yunani yang kena krisis, tapi gak sampai berdampak apapun ke Indonesia). Tapi yah, coba anda lihat
lagi sekitar anda: Krisis apanya? Hellooo crisis, where are you??? Jadi apa yang
harus dipusingkan sih?
Dan kalau IHSG beneran naik cepat atau lambat,
maka seperti yang sudah penulis sampaikan disini,
saham-saham yang akan menjadi pendorongnya adalah saham-saham perbankan, infrastruktur, dan properti, karena
memang sektor-sektor itulah yang punya sentimen bagus untuk 2016 terkait kelanjutan pembangunan
infra dll, plus kinerja mereka juga tidak bisa dibilang buruk. Kalau anda perhatikan, beberapa saham di
sektor-sektor diatas sudah mulai bergerak naik dalam beberapa waktu terakhir, namun
kalau melihat kinerja fundamental serta valuasi sahamnya yang masih murah, maka
mereka masih bisa naik lebih lanjut.
Nevertheless, nobody could predict the market precisely.
Jadi kalau nanti terjadi perubahan yang
fundamental pada ekonomi dan pasar, maka analisa diatas akan segera di-update
kembali, just stay tune.
Info Investor: Penulis
membuat buletin berisi koleksi saham-saham pilihan berfundamental bagus yang
valuasinya masih murah, dan anda bisa memperolehnya disini.
Komentar
IHSG apakah bisa diperdagangankan?
kl bisa lewat broker apa?
saya newbie.. memakai zaisan bnis
terima kasih.
China baik-baik saja ? tidak ada krisis ? haha , apakah anda tahu bahwa total kredit yang tumbuh signifikan sejak krisis 2008 ? banking system tumbuh 400% dan saat ini 3,5X dari GDP ? Apakah saudara pikir pertumbuhan yang melesu , demand yang rendah tidak akan berpengaruh pada Non Performing Loan ? Overcapacity bisa terus berlanjut dan sustainable ? Tahukah saudara bahwa dalam 1 tahun ini Forex China yang triliuan sudah turun 400 miliar dollar ? dan apakah saudara pikir devaluasi RMB yang dilakukan PBOC tidak akan berpengaruh pada moneter Indonesia ? BI bisa leluasa menurunkan suku bunga sementara Yuan terus cut-off sampai mencapai equilibrium-nya ?
Market up atau down dalam jangka pendek , well itu urusan para peserta "beauty contest" nya Keynes , namun mengatakan bahwa fundamental ekonomi dunia baik-baik saja dan siap take-off kembali adalah delusional , baseless dan mengundang tawa (well terima kasih untuk yang terakhir)
Salam ,
e
Defenisi krisis apa dulu? Kalo pendapat saya ekonomi dunia melambat iya, krisis? Tidak. Dan setelah perlambatan selesai, akan mulai bergerak normal. Kemudian lari cepat kembali.
since 2010 emerging market hutangnya dalam USD bertambah 3x or more, dan ini adalah bom waktu (yg sudah mulai meretak) yg akan bertambah parah seiring PENGUATAN USD yg masih akan berlanjut . secara makro, ekonomi dunia mengalami KONTRAKSI, coupled that with strengthening USD, is a recipe for disaster. indonesia? seperti biasa akan kena buntutnya saja tanpa berdaya.
oil rendah, commodity rendah, pendapatan pajak indonesia tidak akan tercapai. FDI? so far masih sangat sulit dengan trend penguatan USD (all smart money going back to USA), plus internally pemerintahan kita masih penuh politik dan bau2 sosialisme dan intervensi pemerintah (harga semen, tol, etc, diutak-utik pemerintah) -- tidak disukai capitalist. lalu bagaimana? utk bangun infrastruktur, ya perlu UTANG lagi. utang dalam USD? semakin terjebak dalam emerging market USD-bond di tengah trend penguatan USD...
kalau boleh request analisa kondisi 2008, tks
efeknya pabrik2 disini byk yang mulai phk. company tempat saya kerja mulai perampingan buruh. mulai di phk secara damai. tidak terima karyawan baru.produksi diturunin karena kalah dengan produk2 china,msia, dll.
selama pemerintah masih bermain politik dan bisa dilihat isi2 DPR kek gitu......begitu indonesia akan maju aja mungkin negara luar akan brusaha indonesia tidak pernah maju.
euforia shale oil dan kaitannya dengan kredit permodalan utk shale oil itu sendiri.. kemudian ada statement "junk bond" yg gak perform gara2 kredit macet akibat turunnya harga oil...
semoga junk bond yg dulu pernah menjangkiti USA pas 2007-2008 (CDO) gak kejadian lagi saat ini.. saya takutnya di 2008 sasarannya mortgage nya properti, apakah sasarannya 2 tahun lalu = permodalan buat shale oil?
hehehe..
maaf jika komentar saya kurang bernas.
saya beropini karena habis nonton film The Big Short kemaren... ceritanya soal krisis 2008.
Saya mengikuti Pak Teguh bukan satu dua bulan, tapi sudah 2 tahun dan hasilnya tidak mengecewakan.
saya setuju dgn pandangan pak E yg lebih multi dimensional dan keterkaitan ekonomi global. saya kira analisa beliau lebih mencerminkan pengetahuan akan sejarah ekonomi dan interdependence.
Salam,
Turbo
Nah sekarang di 19 Maret 2020, bursa kembali ke 4.100-an...
Coba pak e tebak lagi..kira kira bursa akan naik lagi atau malah terus turun?